Hari ke empat Angga pergi ke luar kota. Riska yang sudah tidak bisa menahan rasa rindunya kepada Angga, ditambah lagi dengan kondisinya yang memang menurun beberapa hari terakhir ini, akhirnya pingsan.
Riska dari pagi sudah merasakan tubuhnya tidak enak. Tapi dia tetap memaksakan diri untuk datang ke butik dengan diantar Fajar.
Bahkan sedari pagi, pertanyaan kamu baik-baik saja, selalu ditanyakan oleh keluarganya.
Riri sendiri juga merasa jika Riska sedang tidak baik-baik saja. Terlihat dari wajahnya yang terlihat pucat.
"Mbak Riska!"
Riri mengetuk pintu ruang kerja Riska, sambil memanggil-manggil namanya. Tapi hampir lima menit dia mengetuk dan memanggil-manggil nama Riska, tidak ada sahutan dari dalam.
Riri pun akhirnya menjadi khawatir, takut terjadi apa-apa dengan Riska. Karena Riska tidak pernah mengabaikan jika Riri memanggilnya, apalagi mengingat wajah pucat Riska tadi pagi.
Dengan mengumpulkan keberaniannya, Riri membuka pintu
Kini para orangtua dan juga Kakek, sudah berada di rumah sakit. Mereka menunggu Riska yang sampai sekarang masih belum sadar.Wajah-wajah bahagia tidak bisa mereka sembunyikan. Bahkan sekarang kedua orangtua Fajar juga berada di dalam ruang perawatan Riska."Pa! Kita kasih tahu Angga sekarang, pa?" tanya Sofia.Sofia duduk di kursi samping bankar Riska. Sofia menggenggam tangan Riska yang tidak terpasang infus. Rasa haru dan bahagia sangat terasa.Sebagai orangtua, dia memang menginginkan untuk menggendong cucu segera. Tapi mereka juga bukan tipe orangtua yang akan memaksakan kehendak mereka."Jangan kasih tahu Angga dulu! Riska belum sadar ini!" Kakek yang
Di kota B, Angga benar-benar mencoba yang dia bisa, untuk segera menyelesaikan pekerjaannya disana.Rasa tidak tega dan juga bercampur rindu kepada Riska, tumpang tindih menjadi satu. Apalagi jika Angga teringat dengan air mata Riska saat mengantarnya ke bandara."Ga! Ini mau kamu selesaikan sekarang? Kamu istirahatlah dulu, jangan memaksakan diri!"Dimas sampai tidak tega, karena melihat Angga yang memaksakan dirinya untuk segera menyelesaikan pekerjaannya di kota B."Taruh saja di meja! Kamu juga sudah melihatnya sendiri, bagaimana Riska menangis waktu mengantarku ke bandara kan?"Angga bukannya tidak capek. Dia capek, sangat capek malah. Tapi jika mengin
Perdebatan unfaedah Angga dan Fajar masih terus berlanjut. Riska yang masih ingin berbicara dengan Angga, akhirnya hanya bisa cemberut.Sofia yang sadar jika mood Riska kembali berubah, karena perdebatan Angga dan Fajar, akhirnya mendekati Riska."Sayang! Kamu makan sesuatu nggak? Mau Mama buatkan atau belikan?" tanya Sofia dengan penuh perhatian."Mama! Fajar nyebelin, Ma!" Riska menatap Fajar dengan sebal."Kamu itu bagaimana, Riska itu istrimu atau istriku? Kenapa kamu malah menyalahkanku karena Riska masuk rumah sakit! Bukankah itu karenamu, Riska berakhir di rumah sakit!"Suara Fajar cukup keras untuk didengar semua orang yang berada ruang rawat
"Fajar ... Boleh ya! Aku mau makan itu," rengek Riska.Sore harinya, Fajar kebagian untuk menjaga Riska sendiri. Sedangkan yang lain, sedang pulang ke rumah untuk membersihkan diri dan juga berganti pakaian.Fajar terpaksa harus menemani Riska sendiri. Jika bukan karena ancaman dari orang tuanya dan juga Angga, Fajar akan memilih untuk pulang saja.Bukannya Fajar tidak mau menjaga Riska. Tapi setelah Riska berada di rumah sakit, yang Fajar dapatkan adalah hal yang tidak baik.Mulai dari dia yang tiba-tiba tidak konek setelah mengetahui kehamilan Riska. Berdebat dengan Angga, dimarahi Riska, hingga telinganya dijewer mamanya."Tidak bisa!"
Fajar kini tengah kelimpungan untuk menenangkan Riska yang menangis sesegukan.Apa yang ditakutkan Fajar benar-benar terjadi. Riska yang tadinya sok-sokan berani untuk mendengar cerita horor, berakhir dengan menangis sesegukan."Aduh, Ris! Udah dong! Nanti kalau Om dan Tante tahu, pasti aku yang akan disalahkan lagi," ucap Fajar sambil memeluk Riska, dan mengusap-usap punggung Riska."Kamu kenapa juga cari cerita yang serem begitu! Kan aku jadi takut!" jawab Riska dengan masih sesegukan."Tuh kan! Aku lagi yang salah!" ucap Fajar dalam hati."Iya maaf! Lain kali nggak lagi!"Fajar selalu m
Besok siangnya, Riska sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tentu saja hal itu membuat Riska teramat sangat bahagia."Ingat ya, Ris! Kamu harus menjaga pola makanmu. Makan makanan yang sehat juga. Kalau sempat, olahraga ringan juga bagus untuk kehamilanmu," pesan Wanti saat Riska sudah siap untuk kembali ke rumah."Terima kasih ya, Tante. Riska sayang sama Tante," balas Riska sambil memeluk Wanti."Sama-sama! Sudah lama juga ya, Tante nggak peluk kamu," ucap Wanti sambil tersenyum.Riska hanya terkekeh mendengarnya. Lalu mereka berdua pun melepaskan pelukan mereka.Wanti berbalik untuk melihat Fajar.
Riska kini tengah istirahat di dalam kamarnya. Tapi bukannya tidur siang, Riska justru menonton video wanita hamil.Riska duduk di atas ranjang sambil memangku laptop. Riska juga memakai kaos Angga yang sangat kebesaran di tubuhnya. Mau bagaimana lagi, Riska kangen setengah mati kepada Angga, tapi Angga nya belum pulang.Riska dengan serius menonton video tentang wanita hamil di laptopnya. Banyak hal yang Riska dapat dari menonton video itu."Berarti badan aku nanti bakalan bengkak dong," ucap Riska sambil melihat ke arah badannya sendiri."Kalau nanti badanku gendutan,Angga bakal tetep masih sayang sama aku nggak ya?"Riska berjalan menuju ke cermin untuk melihat bentuk tubuhnya sendiri.Di kehamilan Riska yang masih berada di trimester pertama ini, membuat bentuk tubuh Riska terlihat masih seperti biasanya.Tapi Riska sendiri juga merasakan ada beberapa bagian tubuhnya yang terasa semakin membesar."Baby! Kamu baik-baik disan
"Angga!" Teriak seorang wanita.Merasa namanya dipanggil, Angga lalu menoleh ke belakang, dan mencari siapa yang sudah memanggilnya."Disini!" Teriak wanita itu sambil berlari kecil dan menyeret kopernya menghampiri Angga."Kamu …." Angga benar-benar tidak bisa berkata-kata saat melihat wanita itu."Mau apa kamu disini?" tanya Angga dingin."Kamu kok gitu sih! Aku nebeng kamu ya, sampai rumah!" ucap Risty tanpa tahu malu.Ya, wanita yang memanggil Angga tadi adalah Risty. Wanita yang tidak tahu malu, yang selalu mengejar-ngejar Angga."Memangnya kamu siapa, sampai aku harus membiarkanmu ikut denganku?" tanya Angga sarkastik.Dari dulu Angga sungguh tidak menyukai perangai Risty yang bertingkah tidak tahu malu di depannya.Untuk sekarang, Angga masih bisa menahannya. Bagaimanapun, mereka sudah dewasa, bukan lagi anak remaja."Jahat banget sih! Aku kan kesini memang mah nyusulin kamu," jawab Risty denga