“Cerah amat itu wajah kayaknya?”
Rosaline langsung mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang mengatai dirinya itu.
“Dini? Kamu belum pulang?” tanya Rosaline.
“Iya, aku belum pulang. Aku perhatiin dari tadi wajah kamu ceria deh, nggak seperti kayak biasanya. Ada apa?” Dini menatap Rosaline penuh selidik seraya terseyum.
“Nggak ada apa-apa.” Rosaline memasukkan barang-barangnya ke dalam tasnya dan bersiap untuk pulang.
“Masa sih? Tapi kayaknya aku mencium aroma bunga hati yang lagi mekar nih,” goda Dini.
“Bunga hati mekar apaan?! Ngomong yang jelas deh,” gerutu Rosaline.
“Kamu kayak orang yang lagi jatuh cinta, Rose. Sekarang ngomong sama aku, siapa laki-laki beruntung itu?” desak Dini.
“Nggak ada. Udah ah, aku mau pulang.” Rosaline beranjak darin kursi kebesarannya.
“Tumben kamu buru-buru pulang?” &nb
Kinanti mulai merasakan perbedaan dengan sikap Adhikari padanya. Entah mengapa ia merasa bahwa sikap suaminya sekarang terkesan lebih dingin padanya. Bahkan akhir-akhir ini pun suaminya itu semakin sibuk dengan pekerjaannya di kantor dan meski sampai rumah pun suaminya itu masih sibuk dengan ponselnya. Jika ia tanya suaminya itu pasti akan menjawab jika sedang mengerjakan urusan kantor. Beberapa hari yang lalu Adhikari juga pergi pagi-pagi sekali sebelum ia menyiapkan sarapan.“Mas.” Kinanti berjalan menghampiri Adhikari yang sedang duduk di ruang tengah seraya fokus dengan layar laptopnya.“Heem.”“Kamu kapan ada waktu, Mas?”“Waktu buat apa?&rdquo
Kinanti duduk di tepi ranjang Ivana, begitu juga dengan Ivana.“Aku semakin curiga setelah melihat reaksi kamu yang janggal kayak gini, Kak. Aku mohon ceritakan sama aku. Di awal pernikahanku dengan Mas Adhi, aku juga merasa kalau kalian semua aneh dan aku juga merasa jika Mama kurang suka sama aku. Aku juga sempat berpikir kalau Mama nggak setuju sama pernikahan aku dan Mas Adhi,” ucap Kinanti.“Itu kan dulu, Kinan. Sekarang Mama kan sayang banget sama kamu, selayaknya Mama sayang sama aku dan anaknya yang lain.”“Iya aku tahu itu, Kak. Tapi kenapa di awal menikah sebelum aku hamil Mama kurang suka sama aku?”“Aku nggak tahu harus cerita yang kayak gimana ke kamu, Kinan. Sebenarnya aku pun juga nggak berhal menceritakan ini sama kamu,” sahut Ivana.“Aku mohon, Kak. Aku nggak mau ada yang ditutup-tutupi lagi.”“Kamu mau aku cerita soal apa?”
Seharian ini Rosaline terus saja uring-uringan setelah tadi pagi ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Adhikari bersama istrinya. Dari pada tak berkonsentrasi di kantor, saat jam kantor usai, ia langsung bergegas pulang ke apartemennya.Sampai di apartemen, Rosaline langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin dengan tujuan agar pikiran dan tubuhnya tak lagi merasa panas. Usai mandi, Rosaline langsung memakai dress tidurnya karena ia pikir tak akan pergi ke mana-mana dan tak akan ada yang datang untuk bertamu ke apartemennya.Duduk di depan layar televisi tak lantas membuat Rosaline terhibur meski hanya sedikit. Ia malah terus mengganti saluran televisi hingga berkali-kali tiada henti. Hingga ia mendengar bel pintu apartemennya berbunyi.“Hhhh ... siapa sih ini yang datang?! Heran deh, bikin orang jadi tambah kesel aja!” Rosaline menghentakan kalinya menuju pintu.“Siapa?!” Seru Rosaline seraya membuka daun pintu dengan cukup k
Rosaline hanya memakai dress rumahan karena hari ini ia tak berniat berangkat ke kantor. Meski rambutnya masih sedikit basah, ia tetap menggulung rambutnya secara asal agar tak mengganggunya memasak di dapur. Semalam ia tak sempat makan malam karena perasaannya yang sedang marah tak menentu hingga membuat ia kehilangan selera makannya. Kini ia merasa sangat lapar setelah semalaman ia mengeluarkan banyak energi.Rosaline memasak nasi lalu ia tinggal menyiapkan lauk dan sayurnya. Sepertinya hanya dengan roti isi saja tak akan bisa membuat perutnya merasa kenyang kali ini.“Baunya harum.” Adhikari berjalan menghampiri Rosaline di dapur.Rosaline menyerngit melihat Adhikari yang bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang yang kemarin ia gunakan. “Kamu ngapain nggak pakai baju?” “Nggak nyaman pakai baju bekas kemarin. Ini aja kalau aku nggak takut kamu ngamuk aku nggak bakal pakai celana ini lagi.”
Rosaline mengerutkan keningnya saat ia mencium aroma kopi. Selesai berpakaian ia kemudian keluar kamar dan menemukan Adhikari yang telah siap menunggunya untuk sarapan.“Aku hanya membuat roti panggang dan kopi hitam. Sebelum ke kantor sarapanlah dulu setelah itu aku akan mengantar kamu ke kantor.”Rosaline mendudukan dirinya di kursi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia bahkan lupa jika semalam Adhikari tak juga meninggalkan apartemennya, entah pria itu tidur di kamar sebelah atau di depan TV ia tak ingin bertanya. Ia tak ingin banyak berdebat dan membiarkan Adhikari melakukan apa yang ingin pria itu lakukan.“Apa tidurmu semalam nyenyak?”“Lebih nyenyak lagi kalau kamu nggak ada di apartemenku.” Rosaline mulai memakan sarapan yang dibuatkan oleh Adhikari.Adhikari terdiam, ia tahu bahwa saat ini Rosaline sedang dilema dengan hatinya meski sebenarnya wanita di hadapannya ini masih sangat mencintainya seperti h
Rosaline terharu menyaksikan acara sakral pernikahan Dini dengan Raka, bahkan ia pun sampai menitikan air mata haru dan bahagianya.Rosaline duduk bersama orangtuanya dan juga Jasmine menyaksikan acara sakral itu.“Ayo kita ke sana, Kak. Kita ucapin selamat buat Kak Dini dan suaminya,” ajak Jasmine.“Iya, ayo.”“Ayo, Ma, Pa,” ajak Jasmine.Mereka berempat berjalan menuju pelaminan untuk mengucapkan selamat pada sepasang pengantin baru itu.“Dini, Raka, selamat ya. Semoga kalian dilimpahkan dengan berbagai macam keberuntungan, kebahagiaan dan cinta. Semoga pernikahan kalian langgeng.” Rosaline memeluk tubuh Dini dan Raka berantian.“Makasih
Kinanti merasa sangat resah karena sudah satu minggu ini Adhikari tak pulang ke rumah. Entah mengapa hatinya merasa tak tenang karena semakin hari suaminya itu semakin sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba saja ia teringat dengan sosok wanita karir mantan kekasih dari suaminya.“Mungkin aja kalau aku juga kerja, Mas Adhi nggak akan kerja banting tulang sekeras ini sampai seminggu nggak pulang-pulang. Bahkan untuk sekedar menerima telpon atau membalas pesan aku aja Mas Adhi nggak sempat,” gumam Kinanti.Kinanti meraih tasnya lalu berjalan mencari keberadaan asisten rumah tangganya.“Bik, aku mau pergi ke rumah mertuaku. Bibik nggak usah masak buat makan siang.”“Iya, Bu.”Kinanti pergi dari rumahnya menggunakan taksi menuju rumah mertuanya. Ada beberapa hal yang harus ia luruskan dengan adik iparnya. Terakhir kali ia bertemu dengan Laksmi dalam hubungan yang tak baik.“Mama.”&nb
Rosaline sudah mulai nyaman dengan kehadiran Adhikari dalam hidupnya. Bahkan selama dua minggu ini Adhikari terus menginap di apartemennya. Ia sudah melupakan bahwa Adhikari masih berstatus sebagai suami dari wanita lain.Setiap hari Adhikari selalu mengantar dan menjemput Rosaline bekerja, ia juga akan dengan senang hati mengantar ke mana saja Rosaline akan pergi. Namun pada kenyataannya mereka tak akan pergi ke mana-mana, mereka hanya bisa mengurung diri mereka di dalam apartemen karena status hubungan mereka yang tak lazim.“Sayang, nanti aku mau pulang ke rumah.” Dengan sedikit rasa takut Adhikari mengutarakan niatnya kepada Rosaline. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil perjalanan menuju ke apartemen.“Udah kangen sama istri kamu?” sahut Rosaline tanpa ingin menatap ke arah wajah Adhikari.“Bukan gitu, Sayang. Kan udah dua minggu ini aku nggak pulang sama sekali.”“Ya pulang aja. Aku juga nggak