Nicko menepuk dahinya, ia hampir lupa akan Nate Brighton, laki-laki yang tengah berusaha merusak rumah tangganya.
"Huh gara-gara sekretaris tak tahu diri itu aku jadi lupa dengan urusan pribadiku!" keluhnya, kemudian membaca laporan tentang Nate yang dikirimkan oleh Russell.Laki-laki yang menyamar itu menyunggingkan senyuman dan mengepalkan tangannya kuat. Ia tengah diliputi amarah, tapi sudah menemukan jalan untuk mengalahkan pria itu"Hmm jadi begitu ya?" gumam Nicko.Pemuda itu pun melirik ke arah arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Masih ada tiga jam lebih untuk menjemput Josephine. Artinya ia masih memiliki kesempatan untuk memberi kejutan pada pekuda Brighton yang sombong.Dengan cepat, pemuda itu pun menuliskan instruksi pada Russell, kemudian mengendarai mobil van kesayangannya.***Nicko menghentikan van putihnya di depan sebuah dealer mobil mewah dan memperhatikannya dengaSementara ituVilla yang menghadap laut lepas itu tengah porak poranda. Kehadiran kelompok berjubah hitam beberapa waktu lalu telah membuat kacau semua.Villa yang awalnya dipercantik dengan sentuhan karya seni berupa patung dan juga perabotan bergaya klasik pun menjadi rusak. Semua patung bernilai tinggi itu telah hancur oleh ayunan kapak. Bahkan koleksi kristal pun ikut-ikutan hancur oleh hantaman peluru dari kelompok jubah hitam."Cepat beritahu dimana Joachim Rios berada!" perintah pimpinan kelompok penyerang itu. Anak buah Joachim yang sudah terpojok pun hanya bisa menunduk dan menunjuk dengan takut-takut.Mereka semua dengan mudah dilumpuhkan oleh kelompok jubah hitam yang menjadi pengawal pribadi keluarga Lloyd.Hanya dengan satu tangan saja, pria berambut kemerahan itu menyeret anak buah Joachim."Cepat tunjukkan dimana dia!" perintah Russell dengan diikuti beberapa anak buahn
Nicko segera merogoh ponselnya begitu benda pipih itu berdering. Sementar Keitg pemuda masih sibuk menertawainya."Tuan Muda, segeralah keluar, orang-oramg Joachim sedang dalam perjalanan menuju dealer mobil Brighton!" kata Russell mencoba memberi tahu Tuannya.Apa yang terjadi pada Joachim Rios membuat pria berjambang tipis itu menderita banyak kerugian. Villa mewah yang selama ini berdiri kokoh tampak kacau dan berantakan.Villa yang selalu tertata rapi dan elegan kini dipenuhi puing dan debu. Benar-benar pemandangan yang tak menyedapkan dilihat mata."Hmm, apa yang kau lakukan?" tanya Nicko pada pengawalnya.Hutang keluarga Brighton sudah lama jatuh tempo. Seperti pernjanjian awal kalau harta keluarga Brighton akan jatuh ke tangannya apabila mereka tak juga melunasi hutang.Kehancurannya kali ini akibat ia terlalu terobsesi akan teman masa kecilnya dulu Josephine Windsor. Obsesi yang selama ini dipendam
Sekelompok berandalan masuk ke dalam dealer mobil milik Nate, tepat beberapa menit setelah kepergian Nicko. Tanpa basa-basi mereka mulai mengacak-acak. Kursi yang tertata rapi ditendang dan dilempar, vas bunga pun dipecahkan. Keributan yang mereka ciptakan tentu membuat para pengunjung lari terbirit-birit."Nate Brighton! Keluar kau!" teriak salah seorang berandalan yang merupakan pemimpin dari gank yang memporak-porandakan dealer mobil.Nate yang mendengar namanya disebut pun langsung berlari tergopoh-gopoh sambil diikuti kedua rekannya. Lebih tepatnya teman yang menjadi minion untuknya. Kedarangan kelompok berandal itu pun cukup mengejutkan baginya, lantaran ia kenal betul siapa orang-orang itu. Belum sempat keterkejutannya hilang, sebuah tinju menghujam perutnya. Dia yang berdiri tanpa kuda-kuda pun terhuyung jatuh menerima serangan yang tiba-tiba."Ouch!" keluhnya kemudian dibantu oleh dua temannya untuk berdiri."Siapa k
Josephine memandangi benda pipih di hadapannya. Kabar yang baru ia terima berhasil mengubah moodnya saat berada di lingkungan kerja yang baru.Masih terekam jelas dalam otak, peristiwa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu. Saat wanita tua itu berpura-pura sakit agar ia bersedia menemui Adrian Law dan berkencan dengannya.Ayahnya Edmund baru mengabarkan kalau Nenek dilarikan ke Rumah Sakit tiba-tiba. Wanita tua itu tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri setelah memimpin rapat.Kembali Jo menimbang-nimbang sendirian. Bertanya-tanya apakah mungkin keluarganya mempermainkannya lagi. Memikirkan rencana apa yang akan dilakukan untuknya. Apakah mereka akan menjebaknya untuk bersama Nate Brighton yang belakangan ini."Huh, apa mereka mencoba menjadikanku umpan untuk bisa bersama putra keluarga Brighton?" keluhnya sambil memegangi ponselnya."Tapi, bagaimana kalau kali ini Nenek benar-benar mendapat musibah," pikirnya.
Jo masih menatap suaminya dengan kecurigaan. Ia memang tak menyukai Nate dan perilakunya, tapi tak bisa membenarkan jika Nicko melakukan tindakan di luar batas."Apakah Nick membuat keributan dengan Nate ya?" pikir Jo.Selama dua tahun belakangan, ia baru menyadari kalau suaminya sebenarnya memiliki kemampuan bela diri. Terlihat saat mengunjungi LaFayette restoran beberapa waktu lalu. Nicko yang tubuhnya cenderung kurus justru dengan mudah melumpuhkan petugas keamanan yang bertubuh besar.Jo khawatir kalau suaminya tersinggung akan ucapan keluarga Brighton dan membuatnya marah."Nick, kau tidak berkelahi dengan Nate Brighton kan?" tanyanya hati-hati.Pertanyaan Josrphine yang terdengar terlalu hati-hati itu ternyata menyelamatkan Nicko. Seketika tercetus alasan yang tepat untuk menutupi kecuriagaan Josephine."Sesuatu terjadi pada dealer mobil laki-laki itu. Aku tak sengaja melewati lokasi dealer mobilnya
Pria paruh baya itu menggigit bibirnya, merasakan nyeri akibat cengkraman pemuda yang tersisihkan itu."Dasar laki-laki tak tahu diuntung, beraninya kau bersikap kurang ajar," jawab Howard dengan suara yang tertahan."Siapapun tak kuijinkan untuk menyakiti Istriku," jawab Nicko kemudian menghempaskan tangan Ayah Damian.Damian yang sudah mengetahui bagaimana kekuatan Nicko pun memilih diam tak membela ayahnya. Tak ingin merasakan ngilunya pukulan yang disebabkan oleh kepalan tangan suami sepupunya itu lagi."Siapa yang tak memiliki sopan santun di sini. Ibu kandung kalian sedang berbaring lemah, tapi kalian malah sibuk membicarakan perceraian. Sibuk menyalahkan Jo dengan apa yang terjadi," kata Nicko yang mampu membungkam seluruh anggota keluarga Windsor."Kalian semua orang yang memiliki pendidikan tinggi, seharusnya di saat seperti ini kalian fokua pada kesembuhan pasien. Lakukan sesuatu yang membuat Nenek menjadi le
Dokter cantik itu hanya menutup mulutnya begitu melihat kondisi Elizabeth. Tubuh rampingnya terasa lemas dan seolah akan tumbang."Dokter Ryan, bagaimana ini?" tanya Howard sang putra tertua mewakili Keluarganya yang terlihat panik.Tak satupun dari mereka tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan sang dokter pun tak tahu. Gadis itu hanya bisa menunduk sambil memainkan jemarinya."Dokter, apakah Ibu akan semakin buruk?" tanya Ayah Josephine, sementara Catherine hanya bisa menangis tersedu-sedu. Kakak kandung Josephine itu sangat takut melihat keadaan sang Nenek.Frekuensi kejang pada tubuh Elizabeth semakin sering. Wanita tua itu pun terlihat sangat sulit untuk bernapas.Sebagai profesional medis, tentu ia sangat tahu apa yang terjadi pada Elizabeth. Ia tahu kalau ia telah melakukan kesalahan fatal yang dapat menyebabkan kematian pada pasiennya. Namun ia masih mencoba untuk mengelak dengan apa yang terjadi sekarang.
Pasangan muda itu pun melangkah cepat menuju ruang tempat Elizabeth dirawat. Wanita tua itu sempat tenang sejenak, tapi kembali kejang. Dolores yang mencoba memberikan pertolongan pun semakin bingung.Mungkin jika ada seorang yang ahli pengobatan di ruangan ini akan berpikir yang dilakukan oleh Dokter Dolores adalah sebuah kekonyolan. Mereka pasti akan berpikir kalau dokter ini begitu gegabah dan bertindak ngawur. Konsentrasinya telah pecah oleh kegugupannya."Aduh, bagaimana ini. Buku panduan akupunturku pun tersimpan di mobil," batin dokter Ryan.Perempuan muda ini pun mencoba untuk menenangkan diri dengan menghela napas sambil memejamkan mata sejenak. Jemarinya mencoba untuk meraba-raba kulit Elizabeth.Brak!Pintu kamar pun dibuka dengan kasar. Kehadiran Nicko bersama Josephine oun memecah keheningan mereka.Seketika pandangan keluarga Windsor pun mengarah kepadanya."Datang juga kau rupan