Sepertinya rencana jahat Arya untuk mengumpankan Gita pada Dimas berbuah hasil, Dimas sudah terlihat memakan umpan yang sengaja di berikan Arya padanya, seperti hari ini, Dimas terlihat sedang makan siang berdua dengan Gita yang akhir akhir ini selalu menempel padanya seperti lintah.
"Pak, apa istri anda tak marah jika anda sering keluar makan dengan saya seperti ini?" pancing Gita."Aku sudah bilang berkali-kali, jangan panggil aku dengan sebutan pak, aku jadi berasa tua, panggil saja nama ku, atau Mas terdengar lebih syahdu," goda Dimas dengan seringai nakalnya."Dan untuk masalah Maya, dia tak pernah mengekang ku, mungkin karena kami juga sudah lama bersahabat saat kami sama-sama belum menikah, jadi kami sudah saling percaya dan saling memahami masing masing.""Oh, baguslah kalau begitu, soalnya malam ini saya ingin mengajak mas untuk merayakan keberhasian pemenangan tender Multy, mas bersedia, kan?" todong Gita semakin berani tat kala Dimas memberSementara di tempat lain, tak biasanya Arya pulang lebih awal dari biasanya, jam enam sore dia sudah sampai ke rumahnya, seperti biasanya tak ada interaksi atau obrolan apapun antara Arya dan Jasmin meski kini mereka berada dalam satu kamar yang sama.Jasmin asik mematut diri di cermin, sementara Arya yang baru saja selesai mandi pun langsung mengenakan pakaian rapi dan formal.Namun sayangnya Jasmin tak tergoda untuk bertanya kemana suaminya itu akan pergi, terserahlah, toh kalau di tanya pun jawabannya paling akan sinis dan menyakitkan, pikir Jasmin."Aku ke rumah ibu, kak." pamitnya asal. "Tunggu!" seru Arya saat Jasmin menyambar cluth nya dan hendak keluar dari kamar itu, membuat Jamin menghentikan langkahnya di ambang pintu."Kita kesana bersama, aku juga di undang ayah mu untuk menghadiri acara anniversary abang mu, akan terasa aneh dan menjadi pertanyaan jika kau datang sendiri tanpa aku." ucapnya lagi seraya menyusul Jasmin keambang p
Benar saja tepat sekitar puku sepuluh pagi Maya mendatangi kantor Arya, seorang sekretaris wanita muda nan seksi mengantarkan Maya menuju ruang kerjamantan suaminya itu.Ada sedikit nyeri dan sesal di hatinya, andai saja dirinya tak melakukan kesalahan fatal itu, mungkin saat ini dirinya lah yang menjadi nyonya direktur di perusahaan besar itu, dan hidup mereka juga pasti akan sangat bahagia, namun sesal hanya sesal dan andai tinggalah andai, semua sudah terjadi, nyatanya kini dirinya sudah berpisah dan sudah mempunyai pasangan masing-masing, meskipun kini dirinya sedang menuai karma buruknya karenja ternyata sang suami ditengarai melakukan perselingkuhan di belakangnya.""Ah, masuk.Silahkan duduk nyonya Dimas!" sapa Arya terkesan sangat formal saat menyambut kedatangan Maya karena ada sekretarisnya disana, meskipun dia yakin sekretarisnya tak akan banyak bicara pada siapapun, namun dirinya tetap harus menjaga imejnya, mencegah lebih baik daripada mengobati, buka
Semenjak pertemuan saat itu di kantor yang awalnya hanya membahas tentang kedekatan Dimas dan Gita, kini kedekatan itu terjadi juga pada Arya dan Maya, dengan dalih ingin membantu Maya dalam mengusut hubungan suaminya dengan wanita idaman lain yang merupakan teman kantor nya itu berlangsung sukses.Alih-alih beralasan ingin membantu agar rumah tangga mantan istrinya itu bisa yerselamatkan dan kembali menjadi baik-baik saja, namun kenyataannya Arya justru semakin memperkeruh susana dengan mengompori Maya secara halus, memperlakukan mantpan kekasihnya dengan penuh perhatian, membuat timbul perasaan bersalah dan menyesal di hati Maya yang semakin menggunung, dan berakhir dengan keinginan kuatnya untuk mengambil kembali pria yang dulu pernah sangat mencintainya itu."Arya, andai saja dulu aku tak melakukan kesalahan itu, mungkin saat ini kita sedang menikmati hari hari bahagia kita," cicit Maya yang siang itu sedang berada di sebuah restoran Jepang yang dulu menj
Entah setan apa yang merasuki Arya sehingga dia dengan teganya menyakiti tubuh Jasmin hanya karena teguran sang istri yang mengingatkan kalau apa yang diperbuatnya kini adalah suatu kesalahan, bukannya menerima petuah dari sang istri malah menyiksanya dengan membabi buta."Lain kali, kau akan menerima yang lebih dari ini jika kau ikut campur lagi masalah ku!" ancamnya sambil berlalu dari hadapan Jasmin yang kini terduduk lemas di lantai.Suara deru mesin mobil terdengar beberapa saat kemudian, rupanya Arya pergi entah kemana, seperti biasanya tak ada rasa ingin tahu lagi kemana suaminya pergi dalam diri Jasmin, yang coba dia lakukan saat ini adalah mencoba meraih tasnya mencari-cari botol berisi obat yang biasa di minumnya saat dadanya terasa sesak dan nyeri.Sial, botol itu kosong, rupanya Jasmin lupa kalau dia belum membeli obatnya yang tadi pagi habis.Dengan sisa tenaga yang dia punya, Jasmin menyambar ponselnya dan memesan taksi online untuk menuju apotik, dia tak akan mampu berke
"NIko, kemana kamu membawa ku?" tanya Jasmin dalam isak tangisnya, dia masih bisa tau kalau jalan yang mereka lewati saat ini bukan jalan menuju rumahnya, lagi pula bukankah Niko tak tau dimana alamat rumahnya yang sekarang dia tinggali bersama Arya."Patuhlah, aku tak mungkin menjahati mu, atau menyakiti mu," ucapnya dingin.Ternyata Niko membawa Jasmin ke klinik miliknya."Obati dulu luka mu baru ku antar pulang, karena aku yakin di rumah, suami mu atak akan mungkin mau mengobati luka mu, mengantar mu membeli obat saja dia ogah!" seloroh Niko mendudukan Jasmin di ranjang tempat periksa pasien."Aku tidak apa-apa, hanya luka kecil saja," elak Jasmin saat Niko mulai membersihkan luka di keningnya."Sekecil apapun lukanya, ya tetap saja namanya luka dan harus di obati, ini bisa infeksi jika tak di obati, bahkan akan membekas," cicit Niko sambil terus saja fokus mengoleskan obat di luka Jasmin.Namun tanpa di sengaja kaki Niko terpeleset dan tangannya bertumpu pada pundak Jasmin, yang me
"Wah,, hebat sekali kelakuan istri ku ini, lewat tengah mlam pulang di antar oleh mobil mewah, apa begini kelakuan mu jika aku tak ada di rumah, huh?" sambut Arya saat Jasmin baru saja sampai di rumahnya di antar Niko, beruntung dia menolak saat Niko hendak turun dan mengantarkannya sampai depan pintu, kalau tidak, masalahnya akan semakin runyam, karena rupanya Arya sudah berada kembali di rumah setelah tadi dia menyiksanya dan pergi entah kemana.Entah kapan suaminya itu sampai di rumah, hanya saja bukankah seharusnya dia bertanya dahulu, secara baik-baik darimana istrinya pergi, jangan asal tuduh dan menghakiminya dengan sangat keji seolah-olah istrinya berkelakuan sama bejatnya seperti kelakuan dirinya, tapi bagaimana mau heran, karena saat ini Jamin sedang berhadapan dengan Arya, suami kejam dan tak punya hati itu."Aku hanya dari apotik, kak membeli obat." jawab Jamin seraya menunjukkan botol obat yang di bungkus plastik bercap salah satu apotik 24 jam itu.
Jasmin yang baru saja kembali ke ruangan kerjanya setelah sebelumnya mengurungkan diri untuk membahas sebuah pekerjaan dengan Dimas di ruangan kakak laki-lakinya yang kini mulai di sibukan dengan 'mainan' barunya itu, sekretaris Dimas menahannya untuk masuk karena kakaknya itu sedang menerima seorang tamu penting."Cih, tamu penting!" Decih Jasmin yang bisa menebak dengan mudah kalau 'tamu penting' yang di maksud olh sekretaris kakaknya itu adalah Gita, yang getol sekali mengunjungi ruangan kakaknya seolah mereka itu pengangguran yang kerjanya hanya bercinta setiap hari tanpa mengenal waktu.Jasmin menjadi kesal sendiri karena ternyata dirinya harus terjebak dalam lingkaran setan pernikahan yang jauh dari kata sehat, bagaimana tidak, kakak laki-laki, ipar, bahkan suaminya sendiri bagai sedang berlomba bermain api dan beradu hebat menyakiti pasangannya masing masing, sialnya dia terjebak sendirian menjadi satu satunya orang waras yang kini hampir di b
"Hey Niko, kenapa dokter kandungan itu mengira aku pacar mu, dan kenapa juga kamu tak berusah untuk menjelaskan padanya kalau aku bukan kekasih mu seperti yang di tuduhkannya?" Kesal Jasmin saat Niko terus saja membawanya keluar dari ruang praktek dokter Miranda tanpa dia menjelaskan atau meluruskan apa yang di tuduhkan dokter kandungan itu."Sejak kapan kau begitu peduli dengan pikiran orang lain tentang kedekatan kita, dulu kau santai-santai saja saat semua teman kita mengira kalau kita adalah pasangan kekasih," ujar Niko seraya terus menarik tangan Jasmin untuk mengikutinya ke lantai paling atas rumah sakit."Dulu aku belum menikah, sekarang aku sudah bersuami, jadi rasanya tak enak saja kalau sampai---""Ckk,,, bersuami atau tidak rasa rasanya tak ada bedanya, kau masih tetap kemana-mana sendiri, menanggung beban masalah mu sendirian, kalo mentok ujung-ujungnya nyariin aku, kaya sekarang ini!" decak Niko sambil memijit tombol angka tujuan di seb