Mobil Revan berhenti tepat di depan rumah megah. Flora segera membereskan mapnya dan membuka pintu."Maafkan aku Flo," ucap Revan.Flora kembali menutup pintu. Dia melempar pandangan ke arah Revan. Alisnnya mengkerut."Untuk?" tanya Flora."Untuk segalanya. Terutama rumor yang sedang panas di kantor," jawab Revan memasang wajah bersalah."Sejak kapan kau berubah seperti ini? Bukankaah ini wajah. Semua orang memandang janda sebelah mata. Aku sudah memikirkannnya sebelum memutuskan untuk berpisah dengan Demian." Flora memamerkan deretan gigi putihnya."Tapi ini tidak adil untukmu Flo," sahut Revan yang meraih tangan Flora. Reflek wanita itu menepisnya."Revan, maaf, aku tidak bermaksud seperti itu." Flora tersenyum kikuk."Seandainya aku datang lebih dahulu, pasti bajingan itu tidak akan menorehkan luka sedalam ini untukmu." Revan bersandar di kursinya."Semua sudah terjadi dan harus kau tau kalau dia adalah mantan suamiku, Demian. Bagaimanapun dia adalah Daday dari anak-anankku. Aku ha
Mobil Demian baru saja masuk ke garasi. Rebecca menyambut hangat kedatangan suaminya. Pria itu mengelus perut buncit yang berisi darah dagingnya itu."Capek?" tanya Rebecca meraih tas yang di tenteng Demian.Demian mengangguk pelan dan melempar senyum. Dia memang lelah, tapi melihat sang istri yang sudah berubah lebih baik. Membuat rasa letih itu sirna."Gimana dedek? Rewel nggak," tanya Demian sambil mendaratkan kecupan lembut di perut Rebecca."Nggak kok, hari ini Dedek anteng. Nggak rewel, nggak mual, nggak lemes. Pokoknya hebat," jawab Rebecca dengan wajah gembira."Yaudah, masuk yuk. laper nih, tadi masak apaan?" tanya Demian merangkul pinggang Rebecca dan melangkah masuk.Kedua langkah mereka terhenti saat mendengar seorang yang memanggil keduanya. Seorang pria dengan baju casual yang membawa sebuah kantong kresek.Pria itu berdiri di depan pagar. Menunggu sang pemilik rumah mempersilahkan dia masuk. Demian memutar tubuh dan melangkah mendekati orang tersebut.Karena terhalang p
Mentari pagi menyinari bumi. Sebagian orang sudah memulai kesibukannya. Sama seperti seorang wanita yang sedang sibuk di dapur.Untuk pertama kali Flora kembali ke dapur setelah sekitar dua bulan dia tidak ingin menginjakkkan kakinya di sini. Kenagan bersama Demian terlalu banyak di ruangan ini.Benar kata Si Mbok. Lambat laun dia akan terbiasa dengan semuanya dan pada akhirnya luka dalam itu akan sembuh dengan sendirinya.Kehidupannnya masih panjang. Terlebih hidupan anak-anaknya. Dia harus bisa berdiri kokoh sebagai pondasi mereka. Ingatanya kembali pada obrolan bersama Mamanya semalam."Mulailah kehidupan barumu, tidak ada salahnya untuk mencobanya. Tidak untuk menikah, tapi kau juga butuh bersosialisasi dengan orang luar setelahb hidupmu di ikat oleh tali pernikahan," ucap Mama Lidya.Wajah Flora menampakkan senyum cerah pagi ini. Tidak seperti sebelumnya. Dia juga mulai melakukan ritual paginya, menyiapkan bekal makan siang.Dulub Fora tidak pernah absen membuat bekal tigga kota
Rebecca menatap kepergian sang suami dengan berat hati. Sungguh bila di suruh memilih. Dia ingin membatalkan kunungan ke rumah sakit untuk periksa kehamilan.Bagaimana bisa Demian sangat percaya pada orang yang baru dia kenal. Pria itu tidak sadar telah memberi jalan ular masuk ke adalam rumahnya."Nggak usah akting lagi, kenapa kamu datang lagi. Nggak puas kamu nyakitin aku,' ucap Rebecca kesal.Dion menutup mesin di depan, Dia hanya memutar baut dan mesin bisa kembali nyala. Bukan hanya kebetulan. Melainkan ini adalah rencana yang sudah dia susun sebelumnya.Pria bertatao itu berniat mencelakai Demian. Tapi alam berkehendalk lain. Dia malam menjadi sopir pribadi tetangga yang sekaligus adalah seorang wanita yang membawa lari darah dagingnya."Bukankah dulu aku bilang padamu untuk menungguku?" ucap Dion tersenyum simpul."Menunggu? Kau membawa semua uangku dan nomormu tidak bisa di hubungi. Aku mencarimu tapi tidak ada, kau hilang bagai di telan bumi. Dan sekang, kau tiba-tiba datan
Mobil Revan melaju melewati jalanan ramai lancar. hari ini tugas di selesaikan lebih awal karena ada suatu acara mendesak.Jantung Revan berdegup kencang. Entah mengapa dia merasa canggung. padahal dulu dia sering berkunjung di rumah Flora dan cukup akrab dengan mamanya.Dia terus berdoa agar dirinya bisa menaahan diri. Perjalana cukup jauh, akan sanhgat canggung bila persaannya tidak dapat di kontrol.Mobil menepi. Di sebrang jalan sudah ada wanita yang sedang menunggu kedatangannya. Dia segera berlari kecil mendekati mobil Revan."Sudah lama?" tanya Revan basa-basi."Nggak kok. Berangkat sekarang yuk, takut kemaleman," ucap Flora yang segera masuk ke dalam mobil.Revan menginjak pedal gas saat Wanita itu sudah masuk ke adalam mobil. Mereka melaju meningggalkan rumah Flora.Dari kejauhan si Mbok menatap kepergian sang Nyonya dengan tatapan bahagia. Akhirnya wanita yang selama ini sudah dia anggapp sebagai anaknya sendiri mampu melewati masa sulit."Udah makan belum? Atau kita mampir
Revan dan Flora sampai di kampung halaman. merek sampai tengah malam, jadi anak-anak sudah tertidur lelap.Lidya menyuguhkan segelas teh jahe untuk menghangatkan tubuh kedua tamunya. Wanita paruh baya itu menyambut hangat kedatangan mereka."Revan tidur di kamar Flo aja ya, nanti Flo biar sama tante," ucap Lidya melempar senyum hangat.Revan hanya mengangguk pelan. Melihat sang Mama ada maksud tertentu membuat Flora memutar otak."Lalu Key dan Rey?' tanya Flora tersenyum kecut."Mereka sudah tidur di kamar tamu, mereka suka sama kamarnya kok," jawab Lidya santai.Flora hanya tersenyum kecut. Mamanya sudah merencankan semua dengan rapi sebelum dia datang. Entah dia harus senang atau sedih."Yaudah, aku lihat anak-anak dulu. Duluan ya, kamarnya masih sama kok," ucap Flora bangkit dari sofa dan menaiki tangga menuju kamar anak-anak.Sementara Lidya dan Revan masih duduk di ruang tamu. Pria itu masih menikmati teh hangat yang mebuat tubuhnya terasa lebih hangat.Lidya masih duduk di te
Acara sarapan selesai. Lidya melempar pandangan penuh arti pada kedua anak kecil yang duduk di hadapannya.Mereka masih canggung atas kehadiran pria yang asing bagi mereka. Hal ini tak membuat Lidya kehabisan akal."Key, Rey, jadi ke kebun binatang nggak?" tanya Lidya mengedipkan matanya.Seketika mata Flora membulat. Entah mengapa belakangan ini Mamanya berubah menjadi wanita genitdan agresif dalam hubungannya dengan Revan.Revan melempar pandangan ke arah anak kecil yang masih sibuk menatap sarapannya dengan malas. Sudah waktunya dia membangun pendekatan dengan mereka. "Jalan-jalan ya, mau Om anterin?" Revan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang di berikan Lidya.'Astaghfirullah, kenapa nggak Mama aja yang nikah sama Revan aja' batin Flora jengkel."Revan, kamu kan baru nyetir perjalanan jauh. Besok juga harus nyetir lagi kan. Lebih baik kita duduk di rumah aja gimana? Kita main-main di rumah," saran Flora sambil memamerkan deretan gigi putihnya."Nggak bisa dong, kan besok udah pu
Flora dan Revan sedang berada di dalam wahana bermain. Keduanya berjalan berdampingan. Wanita yang berjalan di samping pria tersebut menggandeng dua orang anak yang masih memantau keramaian di sekitarnya.Banyak orang bahagia dan menikmati suasana liburan saat ini. Tapi tidak untuk mereka. Rasa canggung sedari tadi tidak mau pergi dari mereka."Kalian mau main apa?" tanya Revan memecah keheningan.Key dan Rey saling bertatapan. Kedua anak itu tidak bisa menyembunyikan ketidak sukaan mereka terhadap pria tersebut.Flora menepuk pundak keduanya. Kedua pasang bola mata bulat menatap Flora bersamaan."Di tanya sama Om, jawab dong," ucap Flora melempar senyum teduh.Sejujurnya dia juga belum siap berada di posisi seperti ini. Dia tau bagaimana perasaan kedua anak kecil yang ada di hadapannya.Namun bila dia tidak memulai, kapan lagi. Demian sudah melanjutkan hidupnya. Memang pasangan hidup tidak terlalu di butuhkan saat ini untuknya. Tapi kedua anak ini. Mereka membutuhkan sosok Dady."Ba