Share

Bab 4. Pertemuan

Andara berjalan bersisian dengan sang pemilik apartemen. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya karena sebentar lagi akan bertemu dengan sang mantan tercinta.

Sesampainya di ruang tengah apartemen mewah itu, Andara tak mendapati sosok yang dirindukannya. Namun, Andara berhenti melangkah saat tatapannya bertemu dengan tatapan pria berwajah tampan dengan mata sipit khasnya. Andara mengenalnya, itu Fabian Wijayatama.

Andara menelan ludah dengan susah payah. Pesona Fabian benar-benar gila, wajah pria itu jauh lebih tampan jika dilihat secara langsung seperti sekarang. Kulitnya juga jauh lebih putih dari yang biasa Andara lihat di layar kaca. Gila, Fabian idaman para wanita.

"Jadi, ini wanita yang kamu pilih jadi pacar pura-puraku?" tanya Fabian sembari menatap Andara dari atas sampai bawah.

Hal itu mampu menarik kesadaran Andara dari lamunannya.

Jujur Andara sedikit risih ditatap seperti itu, ditambah ada sedikit rasa grogi karena yang menatapnya seorang aktor tampan terkenal yang menjadi idaman para wanita.

"Tidak ada yang lebih cantik lagi? Wajahnya terlalu standar. Apa kata orang-orang jika pacarku bertampang pas-pasan."

Wah, apa katanya? Andara bertampang standar? Hey, apakah Fabian tidak menyadari jika kecantikan Andara hampir menyaingi Akila.

Andara berdecak kesal dalam hati. Wajah Fabian memang jauh lebih tampan jika dilihat langung seperti ini, tetapi sifatnya lebih baik di layar kaca. Di berbagai media dan acara televisi Fabian terlihat begitu baik, sopan, dan rendah hati. Namun, itu hanya sebuah pencitraan. Pada nyatanya perkataan Fabian cukup mengores hati.

Sekarang, Andara menarik kembali semua kata-katanya yang memuji Fabian sebelumnya. Gaya bicara Fabian membuat Andara ilfiel sekarang.

"Hey, aku ini cantik. Harusnya kau bisa melihat itu!" balas Andara yang melemparkan tatapan tak bersahabat pada si aktor.

"Cantik, kalau dilihat dari sedotan," ledek Fabian.

Akila menghela napas panjang mendengar perdebatan singkat itu. Dia mengajak dua orang itu untuk membicarakan soal perjanjian, tapi mereka malah berseteru.

"Sudahlah. Bi, kamu jangan ngomong gitu. Andara itu cuma butuh dipoles sedikit, kecantikannya pasti terlihat." Akila duduk di sebelah Fabian sembari menatap pria itu, mencoba menegur sang kekasih rahasia. Kemudian, Akila beralih menatap Andara yang masih berdiri. "An, maafin Bian, ya. Dia emang orangnya gitu, maklumin, ya?" 

"Hmm." Andara hanya membalas dengan deheman pelan. Kemudian dia mendudukan diri tepat di hadapan Akila dan Fabian. 

"Hmm, hmm, kau tak bisa bicara, ya?" Lagi-lagi Fabian mencoba memancing keributan.

Andara menatap nyalang pria sipit menyebalkan itu. Namun, jangan pikir dia akan tinggal diam, dia akan membalas pastinya. "Kalau sedang berbicara dengan orang lain itu, matanya dibuka jangan merem terus, tidak sopan sekali."

Fabian hendak melayangkan kalimat balasan. Namun, urung kala merasakan kehadiran seseorang di sekitar mereka.

Ketiga persona itu menoleh karena merasakan kehadiran orang lain, mereka menemukan Zelian yang masih menggunkan jas kerjanya.

"Mas," panggil Andara dan Akila bersamaan.

Zelian menatap dua wanita itu secara bergantian. Yang satu istri, yang satunya lagi mantan kekasih yang masih dicintai.

Zelian hanya membalas panggil itu dengan senyum lalu beralih duduk di spot kosong di sebelah Andara.

"Hai, Bang," sapa Fabian. Dia terlihat tak cangung sama sekali, itu berarti dia sudah akrab dengan Zelian.

"Hai, Bi," balas Zelian. "Kalian udah lama?" tanyanya sembari menatap satu per satu orang-orang yang ada di sana.

"Aku baru aja datang, Mas," jawab Andara dengan suara yang sedikit lirih. Kepalanya juga turut menunduk.

Setelah dua bulan lebih berpisah, ini kali pertama Andara kembali bertemu dengan Zelian bahkan kembali duduk bersampingan. 

Berbagai rasa bercampur aduk menjadi satu, baik di hati Andara maupun Zelian. Yang paling mendominasi adalah rindu, rasa yang selama ini mati-matian dipendam kini malah memberontak. Namun, kedua orang itu masih berusaha menahan diri untuk tak saling memeluk satu sama lain demi menghormati dua persona lain yang sedang bersama mereka.

"Aku udah lama, sih, Bang. Udah dari semalam. Soalnya di depan rumah banyak wartawan, yaudah aku kabur ke sini aja," jawab Fabian.

"Aku di sini dari pagi, setelah Mas berangkat kerja tadi," jawab Akila.

Zelian mengangguk. Dia sama sekali tak mempermasalahkan Fabian yang menginap di apartemen milik istrinya. Sebab dia telah mengetahui hubungan gelap antara Akila dan Fabian. Dua orang itu telah menjelaskannya kemarin. Awalnya, Zelian sempat marah saat tahu hubungan gelap Fabian dan Akila karena dia rela melepaskan Andara saat menikah dengan Akila, tetapi Akila malah tak kunjung bisa melepas Fabian. Namun, setelah Akila menjelaskan soal perjanjian yang sempat juga dijelaskan pada Andara, perlahan amarah Zelian rendam.

"Semuanya sudah sama-sama setuju dengan perjanjian itu, jadi sekarang kita harus menyusun rencana." Akila kembali membuka suara sekaligus membuka topik yang seharusnya mereka bahas sedari tadi.

"Tidak, sekarang aku tidak setuju," protes Fabian yang membuat tiga orang lainnya menatap ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Zelian dengan kening yang berkerut.

"Aku tidak ingin berpura-pura pacaran dengan wanita itu," jawab Fabian sembari menujuk ke arah Andara.

Andara tak terima dengan penolakan itu. Dia balas menunjuk ke arah Fabian. "Kau pikir aku mau pacaran pura-pura dengan pria menyebalkan sepertimu? Cuih. Aku ingin melakukan semua penjanjian ini hanya agar aku bisa kembali lagi dengan Mas Zelian!" tukas Andara.

"Bian, kau sebaiknya yang banyak tingkah. Turuti saja. Ini semua juga untuk meredam berita perselingkuhanmu dengan Akila. Apa kau mau terus-terusan dikejar wartawan dan mendapat hate commen dari para netizen? Apa kau mau kariermu hancur karena berita itu?" Zelian menatap Fabian. Dia tak habis pikir dengan jalan pikiran selingkuhan istrinya itu.

Jujur saja, kalau bukan karena ingin kembali menjalin hubungan dengan Andara, Zelian tidak akan mau ikut-ikutan menutupi perselingkuhan istrinya dan Fabian. 

"Benar kata Mas Zelian, Bi. Kamu nurut, ya? Apa kamu gak capek terus-terusan sembunyi kayak gini? Dicaci sana sini? Kamu mau terus-terusan kayak gitu? Jujur, aku ingin nama baik kita kembali bersih. Aku tak ingin karierku hancur karena ini semua. Belum lagi Orang tuaku dan orang tua Mas Zelian terus mendesakku untuk menjawab kebenaran berita itu. Tak mungkin 'kan aku mengatakan jika aku benar berselingkuh denganmu pada mereka, bisa-bisa orang tuaku akan marah besar begitupun dengan mertuaku dan mereka pasti akan menyuruhku meninggalkanmu dan pergi ke luar negeri bersama Mas Zelian. Aku tidak bisa melakukan itu semua," kata Akila panjang lebar sembari menggenggam sebelah tangan Fabian.

Fabian mengembuskan napas panjang. Tak ada pilihan lain, dia harus terima menjadi pacar pura-pura wanita bertampang standar yang jauh dari tipe idamannya itu.

"Baik-baiklah. Aku menurut saja," ujar Fabian pasrah.

"Begitu kek dari tadi. Banyak tingkah sekali," sindir Andara sembari membuang pandangan ke arah lain.

"Diamlah!" ketus Fabian.

"Sudah-sudah," lerai Zelian. "Jadi, bagaimana rencananya?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status