Terjebak Bersama Wanita Gila
Bab 5 : Om, Minta Duit!
Kupandangi Minah yang sedang makan dengan lahabnya, lalu beralih kepada bayinya yang tertidur di atas sopa. Oh iya, masih hidup atau sudah mati nih bayi? Kudekati bayi lusuh itu, keadaannya dan tampilan sangat memprihatinkan. Sungguh malang nasibmu bayi, punya ibu gila seperti Minah.
Kudekatkan jari telunjukku ke hidung sang bayi, ingin merasakan hembusan napasnya. Aku tersenyum, ternyata bayi ini masih bernapas.
"Mama mana, Bik?" tanyaku pada Bik Sumi yang datang menghampiriku.
"Nyonya, eh Tuan ... Eh," jawabnya dengan tergagap sambil menggaruk kepala. "Lagi keluar, Den, perginya udah dari sore. Mungkin bentar lagi datang," sambung Bik Sumi dengan wajah bingung.
"Ya sudah. Bik, ke Supermarket gih! Belikan baju buat Minah dan bayi ini," perintahku padanya sambil memijat kepada.
"Maaf, Den, mereka ini siapa?" Bik Sumi mulai banyak tanya, gue gak suka ini.
"Anak dan istri gue," jawabku asal sambil melotot.
Bik Sumi tampak terkejut dan menatapku tak percaya.
"Buruan, Bik! Ada duit, kan?" bentakku padanya.
"Ada sih, Den. Tapi, uang belanja untuk besok."
"Pakai uang itu aja dulu, nanti gue bilang mama," lirihku.
"Iya, Den Yoppy."
"Oh iya, susu formula sama botol susu juga!" teriakku lagi.
Tanpa menunggu lama, Bik Sumi langsung bergegas pergi. Aku malas sama orang yang gak nurut perintah, dan kepo. Apalagi kepalaku sudah pusing karena adanya Minah, ah ... bagaimana bisa wanita gila ini mengikutiku sampai ke sini? Maksud hati ingin menenangkan diri, sepertinya aku bakalan masuk rumah sakit jiwa karena ketularan gilanya Si Minah.
*******
Kini Minah sudah bernampilan seperti orang waras. Dia telah dimandikan oleh Bik Sumi dan berpakaian bersih walau rambutnya masih terlihat kusut sebab susah disisir. Bayinya juga sudah diberi susu formula, dan tertidur nyenyak.
"Tidur lo, ya! Jangan ke mana-mana lagi! Cepat masuk kamar!" hardikku pada Minah sambil menggendong bayinya hendak pergi.
"Yoppy, Yoppy ... aku mau beli gorengan, gorengan ... gorengan," ujarnya sambil tesenyum-senyum sendiri.
"Gorengan apalagi, Minah? Lo 'kan udah makan satu meja, masa masih gak kenyang juga?"
"Yoppy, Yoppy .... "
"Ah, bisa gak lo manggil nama gue cukup satu kali aja!" bentakku kesal.
Minah menggigit bibirnya sambil menatapku takut-takut.
"Masuk kamar gak lo!" ucapku sambil menggiringnya masuk ke kamar tamu yang sudah disiapkan Bik Sumi.
Minah berjalan perlahan menuju tempat tidur, lalu membaringkan bayinya.
"Tidur gak lo! Kalau nggak, gue congkel mata lo!" ancamku dengan mengacungkan jari telunjuk.
Minah langsung buru-buru membaringkan tubuh di samping bayinya, lalu memejamkan mata. Aku keluar dari kamar dan menguncinya pintu dari luar.
"Yoppy .... " panggil seorang wanita berpenampilan laki-laki dengan potongan rambut pendek khas laki-laki pula.
Aku menyipitkan mata, lalu tersenyum miring. Kemudian menuruni tangga. Ternyata benar yang kudengar, mama sudah berevolusi menjadi pria.
"Hay, Tuan Marko, apakabar?" sapaku padanya sambil celingukan di rumah besar itu, lalu mendekati lemari kaca koleksi anggur-anggur mahal yang tertata rapi itu.
Aku mencoba membukanya, namun terkunci. Kuhampiri mama yang duduk di depan televisi berukuran super jombo itu.
"Pinjam kunci lemari dong, Ma ... eh, salah, Tuan Marko," ujarku sambil menadahkan tangan di hadapan wanita setengah pria yang sedang menikmati rokok elektriknya.
"Duduk, Yoppy!" perintahnya.
Aku melengos, lalu duduk di hadapannya. Kutatap wajah aneh itu, dengan jambang dan kumis tipis. Dadanya sudah terlihat rata, namum sayang ... jakunnya tidak ada.
"Bagaimana kabarmu, Nak?" tanyanya dengan suara serak.
"Yah, seperti yang lo lihat, masih hidup .... " Aku cengengesan.
"Sumi bilang kamu bawa anak dan istri, apa itu benar?" Dia mengeryitkan dahi sambil menatapku tajam.
Aku mengangguk, lalu mencomot rokok elektrik dari tangannya. Wanita yang telah melahirkan itu terlihat kesal.
"Ah, gak enak! Gue balikin nih," ujarku sambil melempar benda itu ke sopa.
Mama terlihat menghela napas, lalu berkata, "Kapan kamu nikah, Yop? Kenapa gak ngundang Mama?"
Aku menahan senyum, lalu terbahak, "Mama? Gak salah, dengan tampilan lo seperti ini, kayaknya gue gak bisa panggil lo Mama lagi."
Aku bangkit dari sopa dan melangkah meninggalkannya.
"Yoppy, Mama belum selesai bicara!" ucapnya nyaring.
"Besok ajalah, Bro, gue ngantuk." Aku kembali menaiki anak tangga menuju kamar yang terletak di samping kamar Minah dan bayinya.
********
"Yoppy, yang benar itu istri ama anakmu?" tanya Mamaku kala kami baru selesai makan sarapan.
Aku mendeliknya sambil menghisap rokok yang terasa nikmat, sebab tadi malam aku tak bisa menikmatinya.
"Emangnya kenapa, Bro?" balasku sambil menghembuskan asap rokok ke wajahnya.
"Yoppy!!!" hardiknya dengam wajah geram. "Jaga kesopananmu, walau bagaimana pun juga, aku ini Mamamu!"
"Iya, Mama. Sorry .... " Aku nyengir.
"Jawab Mama serius, Yoppy! Apa benar mereka itu anak dan istrimu?" Mama menunjuk Minah yang sedang bersenandung mengelilingi rumah sambil menggendong bayinya.
"Iya, Nyonya Marta alias Tuan Marko. Emangnya kenapa? Kalau lo gak senang melihat kedatangan kami, gue bisa angkat kaki sekarang kok!" ucapku ketus.
"Bukannya begitu, Yoppy. Mama senang kamu ke sini, ini rumah kamu juga dan kamu berhak datang kapan pun. Tapi istrimu itu kenapa terlihat seperti orang gila begitu?" Mama terlihat syok melihat kelakuan Minah.
Bagaimana tidak, kelakuan Minah memang tak bisa di bilang waras. Ia meletakan bayinya di lantai, lalu melompatinya berkali-kali seperti anak-anak yang sedang main lompat tali saja.
"Yoppy, coba bayi diamankan dulu! Mama takut keinjak wanita itu, Yop," ujar Mamaku dengan ngeri.
Aku beranjak menghampiri Minah, lalu menggendong bayinya yang tergeletak di lantai.
"Minah, bisa gak sih ... kalo lo tuh jangan bertingkah seperti orang gila begini!" bentakku padanya.
"Eee ... Desi ngajakin main .... " jawabnya sambil memainkan kedua jari telunjuk.
"Oh, jadi nih bayi kamu kasih nama Desi?" Aku terbahak.
Minah ikut tertawa, lalu mengikuti langkahku menghampiri Mama.
"Minah, ayo salim sama Mama gue!" perintahku padanya.
Minah terlihat ragu-ragu, lalu mendekati Mamaku. Ia langsung berlutut di bawah kaki mama lalu mencium kakinya.
"Aduh, kok seperti ini? Yoppy!" Mama beranjak menjauh sambil berteriak risi.
"Om, om ... minta duit .... " Minah mengejar Mamaku.
Hahaaa, aku makin terbahak. Wanita setengah laki-laki vs wanita gila. Mereka sama-sama tak waras, hanya aku saja yang waras di rumah ini.
Bersambung ....
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 6 : Gue Bacok lo!Taklama kemudian, Minah kembali berlari ke arahku sambil mengibarkan selembar uang seratus ribu."Yoppy, Yoppy ... dapat duit," ucapnya senang sambil mencium uang itu."Gila lo ya, Minah, beraninya lo nodong Mama gue!" Aku menahan tawa.Minah langsung mengambil bayinya dariku, lalu mengajaknya duduk di pojok Sofa. Kulihat ia menyingkap baju lalu menyusuinya."Mira, mimik dulu, ya! Abis itu baru kita main lagi .... " oceh Minah pada bayinya.Lagi-lagi aku terbahak melihat kelakuan Minah, tadi dia bilang nama anaknya Desi, kok sekarang malah jadi Mira? Dasar orang gila!Ah, lama-lama mengamati kelakuan Minah bikin otakku makin error. Aku beranjak menuju dapur dan menghampiri Bik Sumi. Lalu menyuruhnya menutup semua pintu dan pagar, agar Minah tak bisa keluar dari rumah ini dan berkeliaran ke mana-mana.Aku kembali ke kamar sambil menenteng dua botol anggur hasil curian dar
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 7 : Minah Ada di Mana-mana"Ma, cariin baby sitter buat bayinya Minah dong!" pintaku pada Mama yang sudah berpenampilan rapi dengan jas warna abu-abu dan rambut yang klimis. Jambang dan kumisnya tertata rapi."Emangnya istrimu gak sanggup apa ngurusin anaknya?" tanyanya sambil mengerlingku dari balik cermin di hadapannya.Kuhempaskan tubuh di atas springbeb sambil tak mengalihkan pandangan dari pria yang dulunya adalah wanita itu."Yeah, seperti yang lo lihat, Ma!" sahutku.Mama mendekat padaku dan menaikkan sebelah alisnya, lalu berkata dengan raut wajah serius, "Kamu menyebutnya bayi Minah, dia anak kamu bukan sih? Coba jawab jujur!""Anak dan istri Yoppy, Ma. Makanya tolongin!""Benar? Tidak bohong?""Kalo gak mau nolong ya sudah, bawel amat!" Aku beranjak bangkit dari tempat tidur dan menatapnya sinis dengan niat ingin merajuk."Yoppy, bukannya gak mau nolongin kamu. Cuma Mama
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 8 : Baby SitterKutatap bayi berkulit putih itu, lalu mencubit pipi. Aww, sakit! Aku meringis. Ini nyata dan bukan mimpi."Kenapa bengong gitu? Heran ya lihat Minah dan bayinya masih hidup? Makanya, jangan mabok melulu!" ujar Mama sambil menjitak kepalaku dengan geram."Aaghhh, sakit tahu!" Aku melotot garang padanya."Untung saja tadi malam Mama ketemu Minah di jalan, kalau nggak ... udah jadi duda kamu sekarang!""Ah, kenapa dipungut lagi tuh wanita gila!" lirihku kesal."Buruan mandi sana!" Mama mengambil bayi Minah lalu memberikan pada wanita cantik berpakaian putih sexi, lengkap dengan topinya. Ia terlihat seperti perawat saja.Aku tersenyum cool pada wanita itu, maklum udah lama jadi jomlo kesepian."Ini Putri, baby sitter yang akan membantu mengurus bayi Minah. Kamu baruan mandi sana, Yop! Hari ini juga kita bawa istrimu ke RSJ. Mama gak mau kamu menelantarkan mereka lagi!" ucap Ma
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 9 : Rumah Sakit JiwaDengan sangat terpaksa, aku menginjak kembali Rumah Sakit Jiwa tempat minah dirawat sebelum dia kabur. Ini semua hanya demi mobil baru dari Tuan Marko. Lumayan, kalau dijual tuh mobil, bisa bikin kolam renang minuman. Lagi-lagi senyum jahat tersungging di bibir ini."Pak Yoppy?" sapa perawat di RSJ sembari mempersilakanku masuk ke ruangan Dokter yang menangani Minah."Gimana Si Minah, udah ketemu belum?" tanyaku di depan ruangan itu sambil mengeluarkan sebatang rokok dan menggigitnya di ujung bibir."Maaf, Pak, di sini dilarang merokok!" tegur perawat itu.Yeah, kulirik sengit perawat laki-laki itu lalu menyimpan kembali rokok ke dalam saku celana. Tak lama berselang, seorang wanita cantik dengan jas putih menuju ke kami. Aku menyipitkan mata menatapnya, hasrat jomlo akut kembali berterbangan.Wanita cantik itu menatapku sambil tersenyum. Astaga, aura ketampananku pasti membuatnya
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 10 : Dokter WindaAku membalikkan badan dengan jengkel, lalu mengembalikan bayi Minah kepada Putri. Kemudian menaiki anak tangga menuju lantai atas. Heran, perasaan jam di kamarku udah pukul 09.00 deh. Kututup pintu dengan kasar lalu mengehempaskan tubuh di tempat tidur.Kuhela napas panjang, lalu mengendorkan kancing kemeja yang terasa mencekik leher. Kemudian meraih ponsel dan mencari kontak dokter Winda.[Pagi, dokter. Lagi apa?] Kukirim pesan itu padanya.Taklama kemudian, pesanku langsung terbalas.[Pagi juga, ini siapa dan ada perlu?]Aku tersenyum simpul membaca balasan pesan dari sang calon istri, aku suka wanita seperti ini. Judes dan bikin gregetan, kalau dekat saja, sudah kugigit dia. Hahaaa, kugigit bantal dengan girang. Jiwa maskulinku sangat tertantang untuk menaklukkan sang dokter cantik yang akan menemaniku bersanding di pelaminan nanti.Langsung kutelepon dia, rindu mendengar su
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 11 : DitolakDengan kesal, kupacu mobil menuju pulang. Tak kuhiraukan Putri yang meringis ketakutan melihat beberapa kali mobil kami hampir menabrak kendaraan lain."Mas, jangan ngebut!" ujar Putri sambil berpegangan pada kursinya dan memeluk erat bayi Minah.Aku melengos dan memacu mobil makin kencang, kuacuhkan saja jeritan baby sitter itu.Kupukul setir dengan keras saat mobil telah sampai di depan rumah mama. Aku langsung berlari masuk dan menghampiri lemari koleksi minuman yang sudah dipindahkan ke kamar mama. Kuambil tiga botol dan membawanya masuk ke kamar.Kubuka pakaian dengan kasar, lalu melemparnya dengan kesal. Percuma saja sudah berpenampilan ala eksekutif
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 12 : PencitraanKuamati Minah yang terlihat sedang berbicara sendirian di rauangan rawat khusus itu. Mungkin ini kelas VIP bagi orang yang gilanya akut kayak si Minah. Dua minggu di sini, rambutnya masih saja acak-acakan banyak kutu begitu.“Selamat pagi, Pak Yoppy,” sapa seorang perawat yang dikhususkan untuk menjaga di depan ruang Minah.“Selamat pagi juga. Gimana kabar Minah? Udah waras belum dia, ya?” tanyaku dengan gaya cool ala pengusaha muda tentunya.Perawat tak cantik itu terlihat menahan senyum. Sudah pasti dia terpesona dengan dengan tampilanku yang kerenku. Bagaimana tidak, jas Tuan Marko yang masih berlabel harga sepuluh juta melekat di tubuh six-pack ini.Kuputar leher ke belakang, Winda terlihat semakin mendekat ke arah kami. Segera kusuruh perawat yang hanya cengar-cengir itu untuk segera membuka pintu kamar rawat si Minah. Heran, mungkin wabah penyakit gila ini sudah m
Terjebak Bersama Wanita GilaBab 13 : Kabar dari KampungMama menarik Putri keluar dari kamar, ia terlihat sangat marah dengan ucapanku. Ah, bodo deh! Aku juga gagal dapat apem, eh! Kuhembuskan napas kecewa campur kesal campur geli juga, kayak es campur sama seperti jenis kelamin mamaku yang campuran.Kulangkahkan kaki menuju pintu, lalu menutupnya. Di telingaku terngiang kata-kata mama yang mengaku akan menikah dengan Putri. Terus aku manggil dia apa dong? Ya ampun, Tuan Marko makin gila deh. Kayaknya cuma aku saja yang waras dalam cerita ini. Hmmm ... gara-gara Minah, semuanya tokohnya jadi hancur.“Yoppy!” Mama tiba-tiba masuk ke kamarku, masih dengan tampang sangar.“Hey, Bro, mau ngapain lagi? Masih kurang puas udah nampar gue dua kali?” tanyaku dengan cengengesan sambil membuka kemeja dan melemparnya ke arah mama.“Kamu ini emang saraf, ya! Bisa-bisanya kamu mau merkosa Putri, untung aja mama ada kelupaan