Bab 11Bibir Sabrina tersungging sambil memegangi tangan Elang yang tengah membantunya untuk turun dari mobil. Perlahan tangan Sabrina menggenggam lembut jemari sang suami.Dalam langkahnya, Sabrina menunduk untuk menutupi bibir yang tak kuasa menahan senyum. Ribuan kupu-kupu rasanya berdesakan dalam jantungnya. Gerakan kupu-kupu dalam dadanya itu membuat Sabrina merasa ingin menangis dan tersenyum secara bersamaan.Sudah lama hati Sabrina terasa kosong. Sekalinya terisi, membuat Sabrina mabuk kepayang. Tak sia-sia Sabrina memaksa Elang untuk menikahinya kemarin jika rasanya sebahagia ini.Elang menarik satu kursi untuk Sabrina duduk. Ia berdiri di belakang kursi itu sampai Sabrina meletakan badannya.Sabrina terkesima."Kamu kenapa?" tanya Elang saat ia baru saja duduk dan mendapati Sabrina sedang menahan bibir yang tersenyum.Perlakuan Elang barusan, menambah jumlah ribuan kupu-kupu dalam dirinya. Hatinya membuncah karena sikap manis Elang yang tidak pernah ia dapatkan dari beberap
Bab 12Tangan Elang terulur untuk mengusap rambut Sabrina yang menutupi dahi. Anakan rambut itu menghalangi kecantikan yang terpancar dari wajah sang istri. Elang terkesima.Untuk sejenak, Elang terdiam sambil mengamati wajah Sabrina yang terlelap. Hidungnya yang kecil tapi tinggi, bibirnya yang tidak terlalu tebal juga tidak terlalu lebar, mata yang kehitaman dengan bulu mata yang panjang tapi tidak terlalu lebat. Semua itu ada di wajah oval milik Sabrina.Kayla dan Sabrina sama-sama memiliki kecantikannya sendiri. Sama-sama cantik dengan ciri khasnya masing-masing.Sayangnya, dua wajah itu kini berhasil membuat Elang jatuh hati.Suami Kayla itu terpesona dengan wajah Sabrina. Tanpa permisi hatinya berdesir.Elang mendekatkan wajahnya ke arah dahi Sabrina. Ia mendaratkan bibirnya di atas dahi wanita yang kini menjadi istrinya itu dengan perlahan. Sebuah senyuman terukir di wajah Elang. Bagaimana ia akan memulai malam pertamanya mengingat sebelumnya tidak ada cinta diantara keduanya.
Bab 13Pagi itu, binar cinta tumbuh di hati Elang dan Sabrina. Malam yang penuh dengan gelora membuat keduanya tak lagi canggung menjalani hari sebagai sepasang suami istri. Kini, Sabrina tak lagi canggung untuk bermanja layaknya pasangan lainnya."Aku masak nasi goreng, Mas mau sarapan?" tanya Sabrina saat Elang yang baru saja mandi, lalu menghampirinya di dapur.Wangi shampo menguar dari rambut Elang. Wajah yang segar dan berseri-seri pun terpasang sempurna di wajah yang tampan nan rupawan itu."Wanginya enak. Mas laper," balas Elang setelah jarak keduanya terpangkas. Ia mendekati badan langsing yang sedang berdiri di depan kompor,, lalu tanpa permisi tangan kekar itu memeluknya dari belakang.Rambut panjang Sabrina yang dicepol ke atas membuat Elang bebas menyusuri leher jenjang milik istrinya itu. Ia meletakkan dagunya di atas bahu, lalu menghidu aroma sabun yang menguar dari badan wanita yang semalam dikencaninya di atas ranjang."Mas ihh," rengek Sabrina geli merasai sentuhan sa
Bab 14Tangan Elang terulur meraih jemari Sabrina, lalu digenggamnya lembut penuh rasa. "Makasih ya kamu sudah bersedia mengerti posisi Mas. Ini semua tidak mudah, tapi Mas yakin kamu pasti bisa.""Sama-sama, Mas. Mas juga jangan bosan bantu aku untuk tetap kuat," balas Sabrina mantap sambil diiringi senyum tipis."Pasti. Kita sama-sama belajar sampai saatnya tiba untuk membuka semua ini. Mas berdoa semoga ketika itu, Kayla mau legowo menerima kehadiranmu.""Aamiinn." Sabrina membalas genggaman tangan Elang. "Sebenarnya aku juga ingin kenal dengan Mbak Kayla, tapi aku sadar diri.""Boleh lah nanti sesekali kamu main ke rumah. Biar aku bilang sama Mama, nanti Mama yang atur."Sabrina terdiam sambil berpikir. "Apa Mas juga tidak akan memperkenalkan aku dengan Mama dan Papa?"Ada tatapan penuh harap yang terpancar dari sorot mata Sabrina. Antara ingin dan takut, antara rasa bersalah dan rasa minder."Kalau Mama sama Papa nanti bisa aku atur, tapi kalau sama Kayla Mas masih harus banyak
Bab 15"Mas kenapa?" tanya Sabrina saat Elang hanya diam saja ketika di perjalanan. Ia membingkai wajah sang suami dengan dua mata indahnya.Elang menoleh, lalu membalas tatapan Sabrina sambil mengulum senyum."Ngga apa-apa.""Seperti ada yang sedang di pikirkan.""Enggak, kok. Mas ngga apa-apa. Cuma agak lelah aja.""Ya sudah, nanti kalau sudah sampai Mas bisa langsung balik ke Mbak Kayla." Sabrina memaksa bibirnya untuk mengatakan hal itu meskipun sebenarnya dalam hatinya ada rasa berat."Mas ngga balik ke sana dulu."Sabrina tersentak. Secercah rasa lega tiba-tiba saja timbul dalam hatinya yang sempat layu."Kenapa, Mas?""Papa ngasih waktu kita seminggu lagi untuk bersama." Elang menoleh sekilas.Sabrina menahan senyum yang hendak terbit di wajahnya. Lalu, tiba-tiba saja terbayang dalam wajahnya bagaimana perasaan Kayla saat mengetahui bahwa dirinya masih harus berjauhan dengan sang suami satu minggu lagi."Pasti Mbak Kayla sedih," lirih Sabrina mencoba memposisikan diri."Ngga ap
Bab 16"Sabrina?" pekik Elang. Ia langsung berdiri salah tingkah mendapati istrinya sedang mendengarkan obrolannya dengan sang papa."Kamu sudah lama di situ?" tanya Elang lagi.Helaan napas dalam keluar dari bibir wanita yang sedang berdiri di belakang Elang itu. Lalu bibirnya tersungging sedikit. "Enggak, kok. Baru aja.""Ke—kenapa ngga duduk di situ?" sahut Elang sambil menunjuk sofa dengan ekor matanya."Aku ngga mau ganggu Mas. Makanya aku tunggu di sini." Sabrina menjawab sekenanya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan sang suami. Ia pun berinisiatif untuk melakukan sesuatu hal."Mas, boleh ajak Papa dan Mama ke sini kalau mau. Biar aku siapkan makan malam nanti." Sabrina berujar setelah menetralisir hatinya yang tak menentu."Kamu yang siapkan?" tanya Elang lagi. Dahinya mengerut penuh lipatan, seolah meragukan kemampuan Sabrina."Iya. Aku bisa kok masak," jawab Sabrina mantap. Tak ada keraguan dalam ucapannya."Beneran?" sahut Elang lagi.Sabrina mengangguk yakin. Ia bermaksu
Bab 17Sabrina mendorong troli belanja sendirian. Ia hanya diantar oleh Elang tapi tidak ditemani masuk ke dalam supermarket. Terbersit rasa dongkol dalam hati Sabrina, tapi ia segera menepisnya."Perjuangan baru dimulai," batin Sabrina setelah mengembuskan napas kasar dengan semangat.Sabrina melenggang menuju kasir setelah ia selesai mendapatkan bahan makan yang ia butuhkan. Ia harus mengantri di belakang sepasang suami istri yang tampak mesra dan serasi.Hati Sabrina bersorak penuh cemoohan. Namun, hal itu bukanlah sesuatu yang bisa membuat langkah Sabrina mundur. Apa yang dilihat makin menambah semangatnya untuk menjadi satu-satunya istri Elang Hastanta."Berat ya?" ucap Elang sambil mengambil alih tas belanjaan dari tangan Sabrina untuk dimasukkan ke dalam bagasi."Berat sih. Tapi setelah lihat wajah Mas, beratnya jadi hilang," seloroh Sabrina menghibur diri.Elang tertawa, lalu dengan cepat melangkah menuju kursi kemudi. Ia tak bisa berada di luar dengan leluasa sebab berada di
Bab 18Acara makan malam berlangsung dengan lancar. Mereka menikmati masakan Sabrina dengan antusias dan saling memuji. Tak hanya Bu Laras, Pak Rahardjo pun turut memuji masakan menantu keduanya itu."Nikmati liburan kalian seminggu ini, semoga seorang cucu segera hadir diantara kalian," ucap Pak Rahardjo setelah ia selesai menikmati masakan Sabrina."Mohon doanya saja, Pa. Elang juga sedang berusaha," jawab Elang setelah menatap wajah sang istri, lalu menggenggam tangan Sabrina dengan lembut.Wajah Sabrina merona. Hatinya berbunga-bunga mendapatkan perhatian berlebih dari mertuanya yang baru saja ia kenal. Ucapan Pak Rahardjo itu bak secercah harapan untuk menjadi pemilik tahta dalam hati sang suami."Iya. Mama juga. Makanya kami setuju kalian menikah, biar Elang bisa dapat keturunan dari darahnya sendiri. Soal Kayla, dia pasti mengerti nanti. Kalau sekarang belum saatnya. Biar Mama yang temani dan hibur dia, kamu jangan khawatir," ucap Bu Laras penuh semangat."Sebenarnya Elang suda