Kali ini Alana memicingkan mata. “Aku baru saja mengiyakan satu permintaanmu, dan sekarang kau sudah meminta yang lain.”“Aku kan hanya mencoba peruntungan. Suasana saat ini begitu romantis, sayang sekali kalau aku tidak menyatakan perasaanku.” Eric kembali memainkan gelasnya, merasa lebih gugup dari sebelumnya. “Jadi, apa kau mau? Menjadi kekasihku.”Alana tidak tahu apakah Eric benar-benar serius atau bercanda. Dia tidak bisa membedakan keduanya. “Apa kau serius?”Eric tampak jengkel, lupa kalau dia tengah gugup. “Kau masih saja meragukanku! Aku serius, Lana. Kau meminta bukti dengan menyuruhku berbaikan dengan Braden, dan aku melakukannya. Aku bahkan mulai berhenti merokok meski kau tidak memintanya. Meski yah, kadang aku masih merokok sesekali.”Eric mengecap bibirnya dengan ujung lidah, dan merasakan mulutnya pahit karena seharian tidak merokok. Alana merasa tidak enak jika harus menolak Eric, tetapi dia juga tidak bisa menerimanya.“Tapi kita belum lama kenal. Aku tidak bisa men
“Aaaaa! Aaaa!” Braden memeluk Alana dengan erat. “Ayo cepat usir!”“Kalau kau memelukku seperti ini, bagaimana aku bisa mengusir dia? Aku bahkan nyaris tidak bisa bernapas!” Alana berusaha melepaskan lilitan tangan Braden di lehernya yang masih saja histeris. “Keluar dari sini!”Dengan patuh Braden keluar dari kamar mandi yang sempit. Alana merasa heran mengapa Braden hanya menjerit-jerit ketakutan alih-alih cepat keluar dari tempat itu.Alana mengambil sikat lantai bergagang panjang dari bawah wastafel, berusaha mengusir kecoa masuk ke lubang pembuangan air. Dia tidak tega untuk membunuh binatang itu. “Shuuu shuu ... “Binatang itu hanya berputar-putar bingung di seputaran kamar mandi, membuat Alana jengkel. “Ayo, pergilah. Kenapa kau tidak mau pergi?”“Alana ... Alana, dia sudah pergi belum?” Braden berteriak-teriak, membuat Alana bertambah jengkel.Alana mengabaikan pemuda itu, dan fokus dengan apa yang dia kerjakan. Akhirnya, gadis itu berhasil mendorong si serangga mendekati luba
Gadis itu memang membuat Alana cemburu, tetapi dia yakin kalau Greta adalah gadis yang baik. Greta adalah gadis yang sederhana dan baik hati. Dia tahu Braden hanya bersikap menyebalkan pada gadis itu.“Lana, coba ke sini.” Greta memanggil Alana untuk mendekat. “Mana yang menurutmu lebih bagus?”Alana mengamati kedua tas yang dicoba gadis itu. Di bahu kanannya adalah sebuah tas tangan besar berwarna biru cobalt dengan aksesori yang meriah, sedangkan di tangan kirinya adalah sebuah tas dengan model yang lebih sederhana namun berwarna hijau terang.Alana mengernyitkan dahi dengan bingung. Kedua pilihan itu sama-sama aneh menurutnya, hanya saja dia menganggap maklum bahwa selera masing-masing orang bisa sangat berbeda. “Emm, dua-duanya terlihat bagus.”“Begitu?” Greta terlihat tidak yakin dengan pendapat Alana. “Di antara semua tas yang ada di sini, mana yang menurutmu paling bagus?”Alana melihat sekelilingnya. Kemudian dia mengambil sebuah tas hitam yang berada di etalase utama. “Aku su
Setelah Braden mengambil sepotong celana jeans dan Alana mengambil sebuah kemeja putih cantik, akhirnya mereka berempat menuju kasir. Saat Adrian lagi-lagi harus membayar, Braden dan Alana kembali bertukar pandang ngeri saat mengetahui nominal yang harus dibayarkan.Kali ini Alana memandang Greta dari sudut pandang baru. Image lugu dan polos yang dia ciptakan ternyata hanya sekadar tampilan luar. Hanya kedok. Adrian menenteng kantong-kantong belanjaan milik Greta dengan gadis itu yang tersenyum lebar di sampingnya.Saat Adrian menawari Braden dan Alana sepatu, mereka menolak. Mereka tidak tega jika Adrian harus mengeluarkan lebih banyak uang lagi. Sedangkan Greta, keluar dari toko dengan menenteng dua buah kotak sepatu di tangannya.Dan seperti janjinya, sebelum pulang Adrian mengajak mereka untuk makan es krim. Setelah menentukan menu, Alana dan Greta mencari meja kosong. Sedangkan Braden dan Adrian memesan makanan untuk mereka.“Aku lihat Adrian sangat perhatian sekali padamu. Setia
Pada liburan kali ini, mereka akan menginap di sebuah resort pantai mewah yang terdiri dari beberapa villa dengan masing-masing kolam pribadi dengan pandangan pantai yang menakjubkan.Mereka diantar oleh dua orang bellboy yang juga membantu membawakan tas-tas mereka hingga sampai ke villa tempat mereka akan menginap hingga beberapa hari ke depan. Villa itu merupakan sebuah bangunan berdinding kaca di sekelilingnya, yang menampakkan pemandangan laut dan langit biru jernih.Terdapat tiga kamar tidur di sana, dengan fasilitas lengkap seperti dapur, kamar mandi, ruang tamu, dan area gazebo serta kolam renang pribadi. Di sebelah kolam renang, terdapat tangga batu yang akan membawa mereka langsung menuju pantai.Melihat pantai yang membentang di kejauhan sana, membuat Alana langsung melompat-lompat kegirangan seperti anak kecil. Rasa lelahnya seketika hilang begitu saja. Dia ingin langsung berlari ke pantai dengan kaki telanjang, tetapi rupanya mereka harus membagi-bagi kamar.Sherly akan t
Alana tertawa mendengar lelucon yang dikatakan salah seorang pemuda di hadapannya. Suara tawanya terbawa angin hingga kejauhan. Eric dan Braden berjalan mendekat ke arah tiga orang yang sedang berbincang itu.“Ini Ricky dan Justin. Mereka juga sedang berlibur dan kebetulan menginap di villa sebelah kita.” Alana memperkenalkan kedua pemuda asing itu pada Braden dan Erick. Mereka berempat berkenalan dengan ramah, meski masing-masing berusaha menutupi rasa tidak sukanya pada satu sama lain.Braden dan Eric menyiratkan ancaman terselubung bahwa keduanya harus segera pergi, atau mereka akan terkena masalah. Akhirnya mereka berpamitan pada Alana dan pergi dengan enggan.“Besok datanglah ke tempat kami. Kami akan mengadakan pesta barbeque. Pasti sangat menyenangkan kalau kau datang.” Pemuda bernama Ricky itu menampilkan senyum menawannya pada Alana.“Kalian berdua juga diundang. Datanglah bersama Alana.” Justin menambahkan dengan enggan.“Terima kasih undangannya. Aku akan mampir kalau sempa
Hari masih terlalu pagi untuk berenang, tetapi Alana sudah tidak sabar untuk bermain air. Tidak setiap hari dia bisa melakukannya. Gadis itu menyentuhkan sebelah ujung kakinya ke air kolam, dan bergidik karena dingin.“Aku ingin berenang, tapi sepertinya terlalu dingin.” Alana melirik ban karet besar berbentuk flamingo di sudut kolam dengan mendamba. “Apa aku jalan-jalan dulu saja?”Dia meletakkan handuk yang dibawanya ke gazebo kemudian mengambil sandal sebelum turun ke pantai. Satu kakinya baru saja menginjak anak tangga batu saat seseorang menegurnya. “Hei, mau ke mana kau?”‘Astaga, kenapa dia muncul?’ Batin Alana sebal saat Eric menghampirinya.“Eh, aku mau jalan-jalan sebentar.”“Bukankah tadi kau bilang mau berenang?”“Masih terlalu pagi untuk berenang. Aku memutuskan untuk jalan-jalan sebentar.”Eric memutari sun bed dan sampai di hadapan Alana. “Ayo, biar kutemani.”“Eh, tidak perlu. Aku hanya akan jalan-jalan sebentar.” Alana beralasan.“Kalian mau pergi?” Tanya Braden yang
Alana menggapai flamingo yang terapung-apung di pinggiran kolam, sebelum akhirnya duduk di atas benda besar berwarna pink itu. Entah mengapa, Alana menyadari pagi itu Greta berkali-kali melontarkan tatapan kesal ke arahnya.Awalnya hal itu mengganggunya, tetapi akhirnya Alana memilih untuk tidak peduli dan mengabaikan gadis itu sepenuhnya. Eric melompat ke air menyusulnya, dan berusaha menarik-narik kaki Alana agar gadis itu tercebur.“Lepaskan! Berenang saja sana. Jangan ganggu aku!” Alana mengayuh menjauh dari Eric.Eric tertawa-tawa sambil mencipratkan air ke arah Alana, membuat gadis itu memekik. Tidak lama kemudian Braden juga menyusul. Braden dan Eric menjahili Alana dengan membalik flamingo yang tengah didudukinya, hingga gadis itu tercebur dan basah kuyup.Insiden itu berakhir dengan mereka yang perang air. Air terciprat ke mana-mana, termasuk mengenai Greta yang terlihat makin jengkel. Sedangkan Sherly dan Steve hanya menonton mereka sambil tertawa dan makan buah.Sudah tenga