Malam harinya, setelah Starla menyiapkan air hangat untuk sang suami mandi. Starla kembali berusaha membuka kunci ponsel Revanno. Kali ini ia memasukkan angka kosong sebanyak empat kali. Namun, hal itu tidak berhasil juga. Lalu ia memasukkan angka lima sebanyak empat kali, tapi hasilnya masih sama.Di detik selanjutnya, ponsel Revanno bergetar dan satu pesan masuk ke dalamnya. Di dalam notifikasi pesan itu Starla bisa membaca nama pengirim, dan itu dari Karin.Karin: Besok malam di Hotel Shangri-La ya, Revanno. Saya akan usahakan Anda puas. Terima kasih sudah memakai jasa saya.Starla langsung membelalak, membekap bibirnya dan hampir menjatuhkan ponsel Revanno kalau saja ia tidak ingat suaminya itu akan curiga. Ia duduk di tepi ranjang, masih dengan keterkejutannya dan rasa sakit hati yang tidak tertampung. Dadanya naik turun seiring napasnya yang memburu.“Jadi, Revanno menyewa Karin untuk memuaskan hasratnya?” Starla bergumam sendirian sambil terus memandang lurus. “Apa Revanno ng
Starla masih terdiam, berdiri dengan wajah bingung di tempatnya. Ia masih tidak tahu harus melakukan apa, atau harus merespon seperti apa. Karena jujur saja, tidak terlintas sedikitpun di dalam pikirannya kalau Revanno akan melakukan hal ini. Jangan salahkan Starla kalau ia tidak percaya Revanno bisa membuat kejutan sehebat ini. Salahkan sendiri suaminya itu yang memang bukan tipe pria romantis. Jadi, jika ada sesuatu yang membuat Starla tersentuh, tentu wanita itu harus menyadarkan diri terlebih dahulu. “Kamu nggak ingin masuk, Starla?” Tanya Daniel yang sudah tiba di belakang tubuh Starla, membuat Starla tersentak lalu menoleh dengan kesal. “Kamu tahu?” Pria itu membalas pertanyaan Starla dengan mengendikkan bahunya santai. “Sejak kapan?” “Nanti saja aku jelaskan. Lagipula ini bukan saatnya kamu bertanya. Kamu sudah di tunggu banyak orang.” Starla kembali menghadap ke depan, dimana semua orang sudah berkumpul dan menunggunya masuk. Di pandanginya lagi tulisan besar di depan pin
Melahirkan adalah proses yang paling di tunggu-tunggu oleh semua pasangan suami-istri. Apalagi untuk pasangan baru seperti Revanno dan Starla. Menurut hari perkiraan melahirkan, lima hari lagi Starla di perkirakan akan melahirkan buah hati mereka ke dunia. Perut Starla kini sudah sangat besar, panggul dan juga betisnya sering kali terasa sakit. Katanya semua ibu hamil akan merasakan hal itu. Atau banyak yang bilang juga sebagai tanda-tanda atau gejala menjelang melahirkan.Menjadi pasangan baru yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai orang tua baru, baik Revanno maupun Starla sering mempelajari banyak hal dari internet, contohnya apa saja yang harus di urus sebelum melahirkan. Begitu juga dengan tanda-tanda melahirkan.Sudah beberapa hari belakangan ini, Starla merasa cepat sekali ingin buang air kecil, karena katanya, janin yang membesar sudah mulai turun dan menekan kantung kemih. Jadi hal itu yang membuat Starla tidak bisa menahan keinginan untuk buang air kecilnya. la ju
Hari ini benar-benar kejadian yang paling konyol di sepanjang hidupnya. Revanno tidak habis pikir dengan Starla. Sungguh tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Joshep, William dan juga Saga sudah tiba di rumah sakit dengan wajah panik dan gugup. Sementara itu Starla yang akan melahirkan justru sedang asyik menyantap makanannya di sebuah restoran.Sungguh, ini hari apa, sih? Kenapa seperti ini jadinya?Berulang kali Revanno mengehela napas. William pun sudah berulang kali menghubungi dan meminta Revanno untuk membawa Starla secepatnya ke rumah sakit. Tapi, wanita dengan perut membesar itu justru merengek ingin minta makan terlebih dahulu.“Sudah apa belum?” Tanya Revanno lemas. Ya, tentu saja lemas. Dada Revanno yang tadinya nyaris terjun bebas karena mendapati Starla yang akan segera melahirkan justru di paksa kembali ke tempatnya ketika melihat istrinya itu justru melahap makanannya dengan santai.“Kamu nggak ingin makan terlebih dahulu?”Revanno mendengus malas. “Bagaimana ingin
Sudah pembukaan lima dan Starla tidak berhenti meringis kesakitan. Revanno yang melihat sang istri begitu berjuang untuk melahirkan anak mereka tidak bisa menahan pilu di dadanya. Terkadang, diam-diam Revanno menghapus sudut matanya yang berair. Tidak hanya berbaring, untuk mengurangi rasa sakit itu Starla sesekali berjalan memutari ruangan, lalu berhenti di sisi ranjang hanya untuk mencengkeram sprei putih di atasnya. “Apa sakit sekali?” Tanya Revanno hati-hati. Karena seharian ini wanita hamil yang akan segera melahirkan itu tampak tidak ingin banyak di tanya. Starla pasti selalu mengomel kalau Revanno bersuara. “Kamu diam saja bisa nggak?” Nada suara Starla masih terdengar halus. Namun, kata-katanya sangat menyakitkan. Rasanya Revanno jadi ingin ikut merintih. “Aku malas sekali mendengarmu selalu bertanya seperti itu. Jelas saja rasanya sakit, Revanno. Nggak usah di tanya lagi!” “Ya, aku kan hanya ingin bertanya, Starla. Aku ingin memastikan keadaanmu baik-baik saja apa nggak,”
Hampir setengah jam Starla berusaha mengeluarkan bayi di dalam perutnya. la mengejan hingga rasanya seluruh napas ia keluarkan semua. Perih, sakit, terengah, panas, semua bercampur menjadi satu di dalam dirinya, terutama di pusat tubuh Starla. Titik-titik keringat membanjiri hampir seluruh wajah Starla. la raup napasnya dalam-dalam merasakan sesuatu yang besar akan keluar sebentar lagi dan tubuhnya seperti terbelah saat itu juga. Revanno yang terus berada di sampingnya, yang terus menggenggam tangan istrinya, yang terus menjadi pelampiasan rasa sakit itu merasa amat sangat cemas. Starla terlihat begitu kesakitan, Revanno takut wanita itu akan menyerah di tengah jalan mengingat Starla sudah banyak melewati kesakitan dan seolah tidak memiliki tenaga lagi untuk berjuang. Namun, mungkin Revanno lupa, istrinya adalah wanita hebat, wanita kuat, Starla tidak akan menyerah secepat itu. Hingga di detik selanjutnya, ketika jeritan Starla berikan bersama dorongan kuat di pusat tubuhnya, Starla
Menjadi seorang Ibu itu ternyata sangat tidak mudah. Amat sangat tidak mudah. Apalagi untuk Ibu baru seperti Starla. Baru satu hari menjadi seorang Ibu. Tapi Starla merasakan tubuhnya sudah lemas sekali.Malam ini, tepatnya tengah malam saat dirinya sedang terlelap di atas ranjang rumah sakit. Sementara Revanno tertidur di ranjang ruang tunggu, suster datang untuk membangunkannya, membawa Sera yang sebelumnya di letakkan di ruang bayi.Bayi mungilnya itu terus menangis tanpa berhenti. Suster berkata karena kehausan. Starla yang tengah berbaring mencoba bangun dan duduk. Mendengar suara Sera menangis juga membuat Revanno terbangun, mungkin selain suara Sera, tidur di tempat yang tidak pernah ia tiduri juga salah satu faktor yang membuat Revanno mudah terbangun malam itu.“Ada apa, Starla?” Tanya Revanno seraya menghampiri sang istri yang sedang duduk di atas ranjang sambil menggendong Sera di pangkuannya. Wanita itu masih berusaha memasukkan puncak dadanya ke dalam mulut Sera. Namun,
Langit perlahan mulai terang, matahari juga sudah mulai meninggi. Tepat pukul empat tadi Starla dan Revanno baru bisa kembali tertidur. Sera yang sudah lebih tenang Starla pindahkan pada tempat tidur bayinya. Saat ketukan di depan sana terdengar, mata Starla kembali terbuka, karena nyatanya ia tidak bisa benar-benar terlelap. Starla hanya sekedar memejamkan mata. Jadi saat terdengar suara apapun ia akan membuka matanya.“Selamat pagi, Bunda.”Menoleh ke samping, dimana suster baru saja masuk seraya membawakan makan pagi untuk Starla yang di balas oleh wanita itu dengan senyum ramah.“Bayinya tenang, Bunda?”“Tenang, Sus,” jawab Starla sambil mengalihkan pandangan pada Sera yang masih tertidur pulas.“Di habiskan ya, Bunda. Supaya asinya lancar.”Starla mengangguk. “Terima kasih, Suster.”Lalu setelah suster pergi, Starla beranjak dari posisi berbaringnya. Ia duduk dengan kaki menggantung di atas ranjang, lalu menghadap ke arah Sera. Dari tempatnya saat ini, bukan hanya Sera yang terli