“Apa yang sedang kamu lakukan di situ?”“Berengsek!” Cheryl mengumpat pelan. Siapa orang yang berani mengganggunya di saat seperti ini? Cheryl mulai panik. Bisa gawat jika orang lain menyadari apa yang tengah ia lakukan sekarang. Cheryl berusaha mengatur napasnya sejenak sebelum kemudian ia memutuskan untuk menoleh ke belakang.“Ah, maaf. Saya hanya ....” Ucapan Cheryl langsung terhenti begitu ia menyadari siapa orang yang saat ini tengah berdiri di belakangnya. “Saga?! Apa yang sedang kamu lakukan disini?” Tanyanya sedikit kesal.Saga langsung tertawa sarkas. “Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang sedang kamu lakukan? Dan kenapa kamu bisa berada di sini malam-malam begini, hah?!” Saga menatap curiga ke arah amplop yang masih berada di tangan Cheryl.Cheryl hanya tersenyum. Lalu dengan cepat ia menyembunyikan amplop itu ke balik punggungnya. “Bukan urusanmu!” Ketusnya sinis.“Akan menjadi urusanku jika itu menyangkut dengan Starla,” desis Saga tajam.“Wah, aku merasa iri sekali den
“Apa yang sedang kalian lakukan?”Saat itu juga Saga maupun Cheryl langsung menoleh ke sumber suara secara bersamaan. Rupanya sudah ada Revanno yang tengah berdiri dengan kedua tangan terlipat ke depan dada. Pria itu menatap Cheryl dan juga Saga secara bergantian. “Berani sekali kalian berdua membuat keributan di depan rumah orang lain!” Ketus Revanno.Saga langsung mendengus. “Seharusnya kamu urus wanita ini supaya dia nggak membuat keributan disini!” Balasnya tak kalah ketus.Revanno merasa geram dengan ucapan Saga. Pria itu memang paling pintar jika di suruh memancing emosinya.“Bukanya sejak tadi kamu yang ribut dengannya? Oh, atau jangan-jangan kalian berdua diam-diam merencanakan sesuatu, ya. Kalian sudah bersekongkol.” Revanno memicing ke arah Saga.“Nggak ada untungnya bagiku untuk bersekongkol dengan mantan calon tunanganmu.” Saga tersenyum miring ke arah Revanno.Revanno mengeram dalam hati. Saga memang sialan. Pria itu benar-benar menyebalkan. “Jangan pernah menyebut kata
Saga yang baru saja ingin menekan bell di pintu apartemen Starla langsung terkejut ketika melihat wanita yang ingin di kunjunginya itu tengah membuka pintunya. Starla tampak memperhatikan sekitar lalu pandangan terakhirnya jatuh kepada Saga.“Sepertinya aku tadi mendengar ada keributan? Apa aku yang salah dengar, ya?” Starla menggaruk belakang telinganya sambil terus menatap sekeliling yang ternyata terlihat begitu sepi. Bahkan hanya ada Saga yang kini sedang berdiri di depan pintu apartemennya.“Keributan apa? Jangan bilang kalau kamu sedang melindur.” Saga menjawab tenang.Starla hanya meringis. “Nggak tahu juga, sih. Aku tadi sedang menonton TV. Lalu aku seperti mendengar ada suara keributan dari arah luar.”“Ah, masa? Apartemen mewah seperti ini mana mungkin nggak kedap suara. Jangan-jangan hantu lagi,” goda Saga dengan wajah serius.“Ih, nggak ada hantu ya disini! Jangan mencoba menakut-nakutiku, Saga.” Starla langsung cem
Malam yang menyebalkan itu akhirnya telah berganti menjadi pagi yang cerah bagi Revanno. Bangun tidur di kamar Starla, di tambah dengan hal pertama yang ia lihat pun juga Starla. Kekasihnya itu sedang sibuk berdandan di depan meja rias.“Nggak usah terlalu cantik.” Revanno memberi komentar secara tiba-tiba.Starla langsung mengerjap begitu mendengar suara Revanno. Ia lalu menoleh ke belakang. Sejak kapan pria itu bangun?“Pagi,” sapa Starla sambil tersenyum. Hati Revanno selalu berdebar kencang setiap kali melihat senyuman itu. Ia ingin selalu melihat senyum itu melekat di bibir Starla. Revanno lalu beranjak turun dari ranjang kemudian menunduk dan memeluk tubuh Starla dari belakang. “Ada apa ini?” Starla menatap pantulan dirinya dan juga Revanno yang tengah memeluk tubuhnya dari belakang itu dari balik pantulan cermin. Saat ini pria itu hanya menggunakan celana training panjang tanpa atasan. Revanno memang suka sekali tidur tanpa memakai baju. Apalagi kalau telanjang.“Nggak ada a
“Saga.” Starla memanggil Saga yang saat ini tengah menekan bell di pintu apartemennya. “Starla? Kenapa kamu bisa keluar dari sana?” Tanya Saga sambil mendekat. Starla tidak langsung menjawab. Ia hanya diam sambil tersenyum kaku ke arah Saga. Kebetulan hari ini Revanno sedang ada pekerjaan yang harus di selesaikan bersama Nathan. Dan Revanno menyuruh Starla untuk pulang terlebih dahulu. Karena kemungkinan Revanno akan pulang larut malam. Jadi Revanno tidak lupa memberi pesan kepada Starla agar wanita itu segera memindahkan barang-barang ke dalam apartemennya mulai malam ini juga. Dan berhubung barang yang harus Starla pindahkan cukup banyak. Jadi Starla meminta bantuan ke Saga tanpa sepengetahuan Revanno. “Em … aku tadi lupa bilang ya? Kalau mulai hari ini aku akan tinggal di apartemen Revanno,” ujar Starla pada akhirnya. Saat menghubungi Saga tadi Starla memang tidak mengatakan apapun soal kepindahannya. Ia
Untuk Starla. “Untukku? Dari siapa ini?” Starla semakin mengernyit menatap kertas bertuliskan namanya yang tertempel disana. Perasaan Starla tidak pernah memesan apa-apa. Dan selain itu, selama ia tinggal di apartemen ini pun Starla sama sekali belum pernah menerima paket dalam bentuk apapun. Tapi kenapa pada hari ini tiba-tiba ia bisa mendapatkan sebuah paket yang di rasa cukup mencurigakan tersebut? Rasa penasaran Starla pun kini bertambah menjadi semakin besar. Starla ingin membukanya tapi tiba-tiba ia teringat pesan Saga yang menyuruhnya agar tetap waspada. “Apa ini yang di maksud Saga waktu itu? Tapi disini tertulis namaku, walaupun nggak ada pengirimnya,” gumam Starla sendirian. Starla mulai merasa was-was. Apa sebaiknya ia kembali menemui Saga saja dan meminta pria itu untuk melihat isi amplop coklat yang di bawanya? Tapi kalau Starla kembali, itu berarti ia akan semakin membuang banyak waktu. Sedangkan sekarang Starla ingi
Tidak.Tidak Mungkin.Kata-kata itu yang terus keluar dari kepala Starla.Bagaimana bisa pria itu masuk ke dalam rumahnya? Starla menggeleng, tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia semakin takut saat pria bernama Marcel itu mulai melangkah untuk mendekatinya.“Marcel.” Starla kembali bergumam pelan.Pria itu memang Marcel. Ternyata pria itu benar-benar kembali. Pria yang ia lihat beberapa waktu yang lalu ternyata memang adalah Marcel. Ya Tuhan, apa yang harus Starla lakukan?Starla sangat ketakutan sekarang. Bagaimana caranya pria itu bisa masuk ke dalam apartemennya? Dan ketakutan Starla semakin menjadi-jadi saat tubuh Marcel sudah berdiri tepat di depan tubuhnya. Starla merasa tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan mulutnya juga tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun saat ini. Padahal ia ingin sekali berteriak dan berlari sekencang mungkin.Ketakutan yang sudah terjadi bertahun-tahun silam kini mulai membayangi Starla lagi. Ketakutan yang sampai sekarang masih terus mengha
Beberapa tahun yang lalu.Saat itu Starla masih duduk di bangku kuliah semester pertama. Ia berhasil masuk ke Universitas ternama yang ada di Jakarta berkat beasiswa yang ia dapatkan. Dan tidak tanggung-tanggung, Starla bahkan berhasil mendapat beasiswa untuk menyelesaikan gelar S1-nya berkat seleksi yang ia ikuti. Dulu Starla memang hanya seorang anak panti yang tidak mempunyai uang. Dan ia sangat bersyukur bisa mendapatkan beasiswa setiap kali ingin bersekolah dan melanjutkan jenjang pendidikannya. Namun, meskipun begitu Starla tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Selain itu, ia juga harus mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk mempersiapkan semua keperluan yang akan ia hadapi di semester terakhirnya nanti. Starla yang saat itu hanya bekerja sebagai pengantar makanan cepat saji, pada akhirnya memutuskan untuk keluar dan mencari pekerjaan lain yang bisa menghasilkan lebih banyak uang. Tiba-tiba saja salah satu tem