Beberapa tahun yang lalu.Saat itu Starla masih duduk di bangku kuliah semester pertama. Ia berhasil masuk ke Universitas ternama yang ada di Jakarta berkat beasiswa yang ia dapatkan. Dan tidak tanggung-tanggung, Starla bahkan berhasil mendapat beasiswa untuk menyelesaikan gelar S1-nya berkat seleksi yang ia ikuti. Dulu Starla memang hanya seorang anak panti yang tidak mempunyai uang. Dan ia sangat bersyukur bisa mendapatkan beasiswa setiap kali ingin bersekolah dan melanjutkan jenjang pendidikannya. Namun, meskipun begitu Starla tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Selain itu, ia juga harus mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk mempersiapkan semua keperluan yang akan ia hadapi di semester terakhirnya nanti. Starla yang saat itu hanya bekerja sebagai pengantar makanan cepat saji, pada akhirnya memutuskan untuk keluar dan mencari pekerjaan lain yang bisa menghasilkan lebih banyak uang. Tiba-tiba saja salah satu tem
Hari itu, Starla baru saja pulang bekerja dari Klub pukul empat pagi. Karena semalam adalah malam Minggu jadi bukan hal baru lagi bagi Starla jika ia harus bekerja sampai pagi. Jalanan masih terasa begitu sepi. Ia sudah berusaha membangunkan Vania, berharap temannya itu mau menjemputnya. Tapi sudah berkali-kali Starla menghubungi, tetap tidak ada jawaban dari Vania. Mungkin temannya itu masih tidur.Akhirnya Starla memutuskan untuk berjalan. Ia berharap ada taksi yang lewat di jalan itu. Dari kejauhan Starla melihat ada sebuah mobil berwarna hitam yang tengah melaju mendekat ke arahnya. Ia pikir mobil itu hanya akan lewat saja. Tapi ternyata ia salah. Mobil itu justru berhenti. Ada seorang pria yang keluar dari dalam mobil itu dan berjalan mendekati Starla. Pria itu menanyakan sebuah alamat ke Starla. Dan ketika Starla sibuk memberitahu alamat yang pria itu tanyakan. Tanpa di sadari ada pria lain yang sudah berdiri di belakangnya, lalu dengan cepat membekap mulut Starla dengan sebua
Saga tersentak dan langsung mengerjap beberapa kali sambil menatap sekeliling. Ia tidak tahu kalau ternyata ia tertidur begitu saja saat memejamkan matanya tadi. Dan efek ketiduran itu justru semakin membuat lehernya terasa semakin kering karena kehausan.“Starla,” panggil Saga serak sambil berdiri. “Sial! Hampir satu jam aku tertidur. Tapi kenapa Starla nggak membangunkanku, ya?” Gumamnya sambil melirik jam yang ada di pergelangan tangannya.Saga berusaha mencari keberadaan Starla di dapur. Barangkali wanita itu ada di sana setelah membawakan minuman untuknya. Namun, saat langkah Saga tiba di sana ternyata dapur itu kosong. Bahkan saat Saga membuka lemari pendinginnya juga masih tetap kosong. Hal itu menunjukkan kalau Starla belum masuk ke dapur sama sekali.“Kemana Starla? Apa dia lupa membawakan minuman untukku?”Saga lalu berjalan masuk ke kamar tamu yang di tempati Starla. Ia pikir, Starla benar-benar lupa membawakan minuman untuknya
Perkelahian sengit antara Saga dan Marcel baru berhenti saat keduanya sudah terkapar dan mulai kehabisan tenaga. Meski sama-sama terluka dan babak belur. Namun, jika di lihat keadaan Saga saat ini tampak jauh sedikit lebih baik daripada keadaan Marcel yang mengalami babak belur cukup parah.Marcel terkapar di atas lantai, sedangkan Saga menyandarkan tubuhnya ke tembok. Wajah Marcel penuh dengan luka pukulan, sudut bibirnya juga robek membuat mulutnya penuh dengan darah di tambah dengan darah yang keluar saat ia terbatuk. Tidak jauh berbeda dengan Marcel, Saga pun juga sama babak belurnya. Hanya saja ia sedikit lebih beruntung karena hanya mempunyai beberapa luka pukulan di wajahnya.“Saga.” Starla memanggil Saga yang hanya diam sambil mengatur napasnya.Melihat Saga yang tengah terluka seperti itu membuat Starla ingin sekali mendekati Saga. Ia ingin membantu Saga tetapi pria itu menggeleng, melarang Starla untuk mendekat. Saga takut jika
Dua puluh lima tahun yang lalu .… Saga yang masih berusia lima tahun tinggal di sebuah rumah besar bersama dengan kedua orang tuanya. Ia juga memiliki seorang adik perempuan yang masih bayi pada saat itu. Ayah Saga yang bernama Andra adalah seorang pengusaha di bidang spare part yang cukup terkenal di kotanya. Banyak sekali para pesaing yang iri melihat kesuksesan Andra pada masa itu. Bahkan tidak jarang ada juga yang berusaha menjatuhkannya dengan segala cara. Salah satunya adalah teman Andra sendiri yang bernama Herman. Saga sering sekali memanggilnya dengan sebutan Paman Herman. Suatu hari, Andra berencana ingin mengajak keluarganya pergi berlibur karena selama ini ia terus saja sibuk bekerja. Jadi ia ingin memanfaatkan waktu yang ia miliki untuk pergi berlibur dengan keluarganya. “Mama, kita ingin pergi liburan kemana?” Saga kecil bertanya kepada wanita cantik yang saat ini sedang mengganti popok adik bayi perempuannya. Wanita cantik itu bernama Sandra, Mama Saga. “Kita akan p
Andra tidak tahu bagaimana caranya ia bisa sampai ke rumah sakit. Saat ia terbangun tubuhnya sudah berada di sebuah kamar rumah sakit, lengkap dengan sebuah jarum infus yang terpasang di tangannya. Hal pertama yang langsung Andra cari adalah keluarganya. Ia menoleh, menatap sekeliling kamar yang ia tempati. Tapi ternyata tidak ada satupun anggota keluarganya yang berada di satu kamar dengannya.“Sandra? Saga? Starla?” Andra berteriak memanggil istri dan juga anak-anaknya.Mendengar teriakan tersebut membuat perawat dan dokter langsung berlari masuk ke dalam kamar perawatan Andra.“Bapak sudah bangun rupanya. Tenang, Pak. Kondisi Anda belum begitu stabil.” Kata Dokter yang berusaha menenangkan Andra.“Dimana anak-anak dan istri saya?” Andra langsung bertanya kepada Dokter yang masuk ke dalam kamarnya.“Tenang, Pak. Putra Bapak baik-baik saja,” jawab Dokter tersebut.“Lalu bagaimana dengan keadaan istri dan bayi kami?” Andra kembali bertanya dengan tidak sabaran.Dokter itu tampak diam
“Nggak mungkin!” Hanya kata itu yang terlintas di kepala Starla dan mampu ia ucapkan ke Saga. Perkataan Saga benar-benar sulit untuk ia percaya. Bagaimana bisa ia yang selama ini hidup sendirian tiba-tiba bisa memiliki keluarga?“Saga, kamu jangan berani membohongiku. Ini bukan saat yang tepat untuk kamu berbohong, Saga. Ini nggak lucu!” Teriak Starla. Ia begitu marah, kaget dan tidak percaya.Saga diam sejenak, mengamati Starla yang seperti kesulitan untuk bernapas. “Dimana kalungmu?”“Kalung?” Starla mengernyit bingung. “Kenapa kamu bertanya soal kalungku? Memang apa hubungannya dengan kalungku?”“Katakan saja dimana kalungmu?” Saga tampak mendesak.“D-di koper yang aku bawa tadi,” jawab Starla ragu.“Kalau begitu ayo. Kita ambil kalungmu sekarang juga.” Saga lalu menuntun Starla masuk ke kamar tamu yang ada di apartemen Revanno. Beruntung sekali Starla tadi belum sempat mengeluarkan semua is
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam akhirnya mobil Saga sampai juga di tempat tujuan. Saga melihat Starla yang tengah tertidur pulas di bahunya.Wanita itu terlihat kelelahan sekali. Saga paham betul dengan kondisinya. Namun, saat Saga hendak menggendong Starla keluar dari mobil, tiba-tiba wanita itu terbangun.“Tidur saja. Aku akan menggendongmu ke kamar,” bisik Saga pelan.Starla menggeleng, ia berusaha bangun agar Saga tidak perlu menggendongnya. “Ini rumah siapa?” Tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.“Ini rumah kita.” Starla langsung menatap lekat ke arah Saga. “Ayo kita masuk,” ajak Saga kemudian.Starla hanya bisa menurut saat Saga menuntunnya masuk ke dalam rumah besar tersebut. Rumah yang di kata Saga adalah rumahnya. Selama dua puluh lima tahun hidup, Starla tidak pernah membayangkan memiliki sebuah rumah yang bisa ia sebut dengan rumahnya. Ia juga tidak pernah membayangkan kalau ia bisa pulang ke rumahnya dan bertemu dengan anggota keluarganya. Karena selama in