“Revanno, kita harus pulang terlebih dahulu. Aku belum menyiapkan pakaianku.”“Sudah aku atur semuanya, Sayang.” Revanno mengecup pipi Starla.Mereka berjalan beriringan, masuk ke dalam pesawat. Dua orang pramugari cantik menyambut mereka dengan ramah. Starla dapat melihat jelas, pramugari itu beberapa kali mencuri pandang ke arah Revanno. Dan ia sama sekali tidak menyukai itu.“Kita akan kemana?” Tanya Starla yang langsung memeluk pinggang Revanno manja.“Maldives.”Starla mengangguk. “Kita ingin honeymoon, kan? Bukan urusan pekerjaan?”Revanno terkekeh lalu menarik Starla ke pangkuannya. “Aku nggak punya pekerjaan apapun di sana.”“Tumben sekali,” cibir Starla.“Bisnisku sudah terlalu banyak, Starla. Kasihan mereka yang ingin membuka bisnis. Bisa-bisa bangkrut kalau bersaing denganku,” ujar Revanno dengan sombong.Starla memutar bola matanya dan berniat untuk bangkit. Namun, Revanno sudah lebih dulu menahan pinggangnya. Pria itu menatap Starla dalam. la menarik dagu Starla, hingga k
“Halo? Ini Revanno, kan?”Gleg!Ludah Revanno seolah menyangkut, dan butuh tenaga ekstra untuk menelannya.Dengan segera, Revanno menempelkan ponselnya ke telinga Starla.“Halo?” Kini Starla yang bersuara.“Starla? Itu tadi Revanno, kan?”Starla menahan tawa ketika mendengar sebuah suara dari seberang telepon. “Iya. Dia sedang berbicara dengan anak buahnya, Pa,” jawab Starla sambil tersenyum.Revanno menghela napas lega mendengar jawaban istrinya. Jantungnya masih berdegup kencang, mengingat betapa bodoh dirinya sampai membentak mertuanya sendiri. Tapi, masih tidak dapat di pungkiri bahwa Revanno memang merasa terganggu saat ini.Beberapa menit kemudian, Starla menyudahi pembicaraan dengan Papanya. Lalu ia meletakkan ponsel Revanno ke atas nakas.“Papa bilang apa?” Tanya Revanno penasaran. Terlebih saat beberapa kali tadi ia mendengar Starla dan Andra menyebut-nyebut namanya dalam perbincangan.“Katanya jangan terlalu giat membuat bayi,” jawab Starla santai.“Kamu yakin?” Revanno ter
Beberapa bulan berlalu ….“Sepertinya nggak, Revanno.”“Lihat saja dulu.”Revanno dan Starla sudah seperti orang bodoh yang memperhatikan testpack. Starla belum datang bulan sampai sekarang. Ia sudah terlambat lebih dari satu minggu. Tapi Starla tidak ingin juga pergi untuk periksa. Wanita itu bilang mungkin saja ia tidak hamil. Namun, Revanno tetap memaksa untuk tes menggunakan testpack.Revanno yang pergi membeli testpack ke apotek karena Starla tidak ingin ikut.“Kamu tahu sendiri, jadwal datang bulanku itu memang suka terlambat,” ujar Starla. “Lihat saja dulu.” Revanno kembali membujuk.Starla tetap tidak mau melihat testpack-nya dan memilih memeluk Revanno. Starla sedang duduk di meja wastafel, kedua kaki dan tangannya memeluk Revanno. Sementara Revanno berdiri di antara kakinya. Revanno sendiri memegangi testpack dan memelototi benda itu, sambil menunggu.“Nggak, 'kan?” Tanya Starla pelan.“Iya, nggak,” jawab Revanno pelan.Starla mendesah. Revanno tahu istrinya juga kecewa.“
“Ah, akhirnyaaaaaa ....” Starla tersenyum lebar sembari melihat pantai di depannya. “Suka?” Revanno memeluk istrinya dari belakang. “Suka.” Starla tersenyum lebar dan mengecup bibir Revanno. “Terima kasih, Suami,” ujarnya dengan senyuman manis. Hari sudah sore ketika Revanno dan Starla sampai di vila. Tapi mereka masih sempat untuk melihat sunset yang ada di sana. Starla senang sekali bisa liburan berdua dengan suaminya seperti ini. Malam harinya mereka membakar ikan berdua di halaman belakang. Bahan makanan sudah di siapkan oleh penjaga vila yang Revanno suruh libur selama dua hari. Vila juga tidak akan berdebu parah dalam dua hari ini. Revanno dan Starla berkeliling daerah sekitar pantai menggunakan sepeda motor. Starla yang menginginkannya. Katanya Starla ingin pergi ke pasar-pasar tradisional yang ada di sana. Jadi, lebih enak kalau memakai motor supaya tidak macet. Starla suka mengoleksi barang-barang unik dan lucu menurutnya. Makanya mereka sering ke pasar-pasar tradisional y
Seperti hari-hari biasanya sembari menunggu suaminya pulang, Starla merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan tangan yang sibuk memainkan ponsel. Sejak hamil Starla sering mengeluh bosan ketika berada di rumah sendirian. Maka dari itu ia jadi lebih sering bermain dengan ponselnya untuk mengusir kebosanan itu. Saat tangannya sedang sibuk menekan layar ponsel, tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponselnya. “Kak Saga?” Starla mengernyit sembari menatap nama Kakaknya di layar ponsel.Ngomong-ngomong, tadi siang Kakaknya itu baru saja membelikan Starla beberapa baju hamil untuk di pakai saat kandungannya sudah membesar. Saga memang jadi semakin perhatian dengan Starla semenjak tahu kalau adiknya itu tengah mengandung calon keponakannya. Tapi tak jarang juga Saga membuat Starla jengkel berkat perhatian Kakaknya yang di nilai terlalu berlebihan.“Ya. Halo? Ada apa, Kak?” Starla langsung bertanya.“Nggak ada apa-apa,” jawab Saga yang membuat Starla mengernyit. “Kamu suka bajunya?” Imbuh pr
Hari ini Starla dan Revanno kedatangan William dan juga Joshep di rumah mereka. Seperti biasa, kedua pria paruh baya itu pasti akan mengatakan rindu dengan sang cucu yang padahal cucunya itu belum lahir ke dunia. Revanno hanya bisa menggeleng setiap kali melihat tingkah Ayah dan juga Kakeknya itu. Kehamilan Starla ini benar-benar mengubah banyak hal. Bahkan sikap Ayah dan Kakeknya saja bisa menjadi begitu berbeda dari biasanya setiap kali bertemu dengan Starla. Mereka pasti akan selalu memanjakan Starla dan juga calon cucu mereka tentunya. Hari sabtu memang hari yang pas untuk berkumpul dengan keluarga. Apalagi untuk William yang selalu merasa kesepian. Berbeda dengan Joshep. Sudah di pastikan Ayah Revanno itu tidak akan pernah merasa kesepian selagi ia masih bisa bersenang-senang dengan para wanita di Klub miliknya.Meski William seorang pria, tapi setiap kali bertemu dengan Starla ia tidak pernah lupa memberi banyak nasehat tentang kehamilan pada Starla. Mulai dari pantangan, atau
Joshep dan William sudah pulang beberapa menit yang lalu. Dan kini Starla sedang membereskan sisa makanan mereka dan beberapa peralatan yang mereka gunakan tadi. Revanno mengamati istrinya itu dari balik kursi meja makan. Starla seperti tidak merasa kelelahan, padahal perutnya sudah membuncit, Revanno bisa melihat itu dengan jelas.“Sebaiknya kamu beristirahat dulu, sayang.“Starla hanya menoleh sekilas melihat sang suami sebelum kemudian berbalik lagi masuk ke dalam dapur.“Kamu nggak capek?” Revanno bertanya lagi saat tubuh yang sudah menggemuk itu keluar dan melangkah ke arahnya.“Nanti. Lagipula aku hanya membereskan ini saja,” balas Starla seraya menata kembali meja makan.“Biar Bi Diyah saja.”“Bi Diyah sedang mencuci piring. Aku juga hanya menata ini saja, Revanno.”Dengan gemas Revanno menarik tubuh istrinya. Lalu ia dudukkan di atas pangkuannya. “Keras kepala sekali sih istriku ini,” ujar Revanno gemas seraya mencubit dagu Starla.Seketika saja wanita itu berontak, melepas
Starla dan Revanno sudah berpakaian lengkap, mereka sudah duduk di meja makan, melahap masakan yang Bi Diyah buat. Obrolan di atas ranjang tadi berhenti ketika Starla merasakan mual. Revanno yang panik membantu istrinya itu ke dalam kamar mandi.“Kok aku masih mual, ya?“ Tanya Starla bingung saat ia telah selesai menelan buah apel yang sudah di kunyah di dalam mulutnya. “Dokter bilang, setelah melewati trimester pertama mualnya akan hilang. Tapi kenapa aku masih mual?” “Mungkin kamu salah makan.”Sambil mengingat-ingat, Starla masukan lagi satu potong buah apel ke dalam mulutnya. “Sepertinya nggak. Aku hanya makan kue dari Kakek tadi dan makan siang sama kamu. Dan semua itu makanan kesukaanku.”“Atau kamu tiba-tiba alergi?” Tebak Revanno asal.Satu alis Starla naik ke atas. “Alergi kamu mungkin,” celetukya membalas ucapan sang suami.Revanno langsung cemberut. “Jahat sekali.”Starla terkekeh, menyodorkan satu potong buah apel ke arah Revanno. “Alergi nggak bisa jauh-jauh dari kamu.”