Revanno melempar amplop coklat itu ke dalam mobilnya dengan gerakan kasar. Namun, setelah di pikir-pikir lebih baik kalau ia simpan saja amplop itu ke dalam tas, supaya lebih aman. Revanno lalu mendengus. Kalau sampai Starla melihat foto itu, Revanno benar-benar akan membuat perhitungan dengan Cheryl. Rasa kesal itu masih saja menyerang kepala Revanno. Ia tidak habis pikir kalau Cheryl bisa menjadi lebih menyebalkan seperti ini. Kenapa wanita itu tidak lenyap saja? Haruskah tangan Revanno sendiri yang mencekik leher wanita itu? Tidak akan. Revanno jelas tidak akan sudi mengotori tangannya sendiri. Revanno lalu menghempaskan punggungnya ke kursi mobil, memejamkan mata sejenak sambil memijat lembut pangkal hidungnya. Sekilas ia melirik jam pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Saat itu juga matanya langsung memelotot. Dengan cepat Revanno menyalakan mesin mobilnya kemudian menginjak gas, dan melaju secepat yang ia bisa. “Sial! Aku terlambat.” Revanno terus merutuki
Starla melangkah sejajar dengan Revanno. Bergandengan tangan menyusuri tepi pantai. Deru ombak laut terus mengiringi langkah mereka. Matahari semakin condong ke barat, menimbulkan semburat cahaya berwarna jingga yang begitu indah di atas langit. Sudah sangat romantis kan suasananya?“Oh iya, aku hampir lupa. Ini untukmu.” Starla menyerahkan empat tangkai bunga mawar yang sejak tadi ia bawa kepada Revanno.Revanno menatap bunga mawar itu dan Starla secara bergantian. “Serius bunga ini untukku?”Starla mengangguk. “Tadi ada yang menjual bunga ini padaku. Dan karena bunganya cantik jadi aku membelinya.”“Tapi kamu jauh lebih cantik, Starla. Apa aku juga boleh membelimu?” Goda Revanno.“Revanno!” Starla memekik dan hal itu membuat Revanno tertawa. “Kamu ingin menerimanya atau nggak? Kalau nggak biar aku buang saja bunganya.”“Eh, jangan di buang.” Revanno segera merebut bunga itu dari tangan Starla, sebelum wa
“Be mine, please.” Sekali lagi Revanno mengatakan hal tersebut. Kali ini setengah berbisik sambil menatap lekat wajah Starla yang ada di depannya.Starla masih membeku. Ia berusaha membuat tubuhnya beradaptasi setelah mendengar Revanno mengatakan hal spontan seperti itu. Rasanya sulit di percaya. Revanno benar-benar mengatakan hal tersebut.“Please ...” Pria itu memohon lagi.Oh, Ya Tuhan ... jantung Starla rasanya hampir meledak. Apakah ini berarti semua perasaan cinta yang ia rasakan ke Revanno akhirnya terbalas? Starla masih sulit untuk mempercayainya. Meskipun ini jauh dari kata romantis, tapi tetap saja mampu membuat Starla kehilangan seluruh kata-katanya. “Revanno, aku–” Ucapan Starla terhenti ketika Revanno meletakkan jari telunjuk ke atas bibirnya.“Say yes or not. Aku tahu, aku bukanlah pria romantis. Aku nggak bisa mengungkapkan perasaanku padamu dengan cara romantis seperti yang di lakukan pria-pria lain di luar sana. Tapi, aku nggak bisa untuk menunda mengatakan ini ke k
Cheryl mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, membelah sepinya jalan raya pada malam hari itu. Kepalanya benar-benar pusing saat ini. Bahkan alkohol yang ia minum tadi sama sekali tidak membuat pusingnya menghilang. “Arrrggghh!” Cheryl memukul stir mobilnya kesal.Sejak Revanno meninggalkannya dengan posisi terikat seperti tadi, suasana hatinya memang menjadi sedikit kurang baik. Cheryl merasa kesal dan marah. Rencananya untuk memiliki Revanno ternyata gagal lagi kali ini. Ia kembali memukul stir mobilnya.Revanno berani sekali melakukan hal itu padanya. Untung saja anak buah Cheryl tadi masuk ke dalam ruangan untuk mengecek keadaannya. Kalau tidak, mungkin akan sampai besok pagi Cheryl masih dalam kondisi terikat di sofa seperti tadi.“Sial! Lihat saja, Revanno. Apapun yang terjadi aku pasti akan mendapatkanmu,” gumam Cheryl sembari mencengkeram kuat stir kemudinya. Cheryl terpaksa membuang rencananya yang sudah gagal.
Starla terbangun pukul enam pagi. Rasanya seperti baru saja matanya bisa terpejam tapi sekarang sudah harus bangun lagi. Ia menggeliat kecil, seluruh tubuhnya terasa pegal dan remuk. Semua itu karena aktivitas panasnya yang ia lakukan dengan Revanno semalam. Starla lalu menoleh ke samping. Dimana Revanno masih tertidur pulas dengan suara dengkuran halus yang keluar dari hidungnya.“Aku tinggal dulu ya, Sayang,” bisik Starla sambil mencium kening Revanno. Ia tersenyum setelahnya. Merasa malu dengan kelakuannya sendiri.Dasar seperti anak ABG saja!Starla kemudian turun dari ranjang, mencari pakaiannya yang berserakan di lantai kamar Revanno. Dan bahkan celananya saja masih tertinggal di balkon apartemen karena semalam Revanno melepas dan meninggalkannya di sana.Starla segera melangkah keluar dari apartemen Revanno. Wajahnya terus berseri dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Namun, tiba-tiba senyum dan seri di wajahnya menghilang begitu saja setelah Starla keluar dari pintu apart
Sesuai dengan janji Saga pagi tadi. Ia benar-benar menjemput Starla ke kantor tepat di jam makan siang. Mobil Saga sudah terparkir di depan kantor milik Revanno. Ia membuka ponsel dan mengetik balasan untuk Starla.Saga :Aku sudah sampai di depan kantor.Starla membuka pesan yang masuk ke dalam ponselnya dengan wajah ceria. “Ck! Nggak usah senyum-senyum seperti itu. Kamu ini ingin bertemu dengan pria lain. Tapi kenapa harus seceria itu, sih?!” Revanno yang sejak tadi mengamati Starla merasa kebakaran jenggot sendiri.Starla justru terkekeh. “Tapi pria lain yang kamu maksud adalah Saga. Jadi nggak ada salahnya kalau aku seceria ini.”Revanno mendengus. “Terserah!” Ketusnya kesal.“Sejak kapan kamu jadi posesif seperti ini?” Starla menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Revanno.“Apa?! Aku? Posesif?” Revanno lalu tertawa sarkas. “Aku biasa saja,” elaknya.Starla kembali tersenyum. “Iya deh kamu memang biasa saja.” Ia berjalan mendekati Revanno. “Biasa posesif, kan?” Godanya sambil
“Hei, si anjing!” Revanno yang masih fokus bekerja langsung terkejut begitu melihat Daniel datang sambil mengatainya anjing.Sialan sekali temannya itu.“Nggak salah kamu berbicara seperti itu? Masa anjing teriak anjing,” cibir Revanno santai.Daniel mendengus. “Kamu itu memang anjing ya, Rev. Kamu juga teman sialan!” Revanno mengernyit, tidak paham dengan apa yang di maksud Daniel. Temannya itu tiba-tiba saja datang ke kantornya di siang hari. Lalu setelah itu mengatai dan memaki-maki Revanno. Apa maksudnya? Apa Daniel sudah bosan hidup?“Kamu dan Starla sudah resmi menjadi sepasang kekasih, kan?” Tanya Daniel kemudian.“Iya,” jawab Revanno santai. Pria itu masih sibuk menatap layar komputernya.“Berengesek!” Daniel langsung mematikan layar komputer Revanno begitu saja. Ia tidak peduli dengan mata Revanno yang langsung memelotot tajam padanya. “Kamu itu ibarat kata seperti kacang yang lupa dengan kulitnya!” Tuding Daniel.“Tunggu dulu. Apa nggak ada kata-kata yang sedikit lebih ker
“Starla?” Revanno masih terdiam kaku saat melihat Starla sudah berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Wanita itu menatapnya dengan alis berkerut.“Revanno, ada apa? Kenapa kamu berteriak sendiri?” Starla berjalan mendekati pria yang sudah menjadi kekasihnya tersebut.Revanno langsung berdehem. “Ah, i-itu. Nggak kok. Aku hanya sedang kesal saja menunggu kedatanganmu. Aku pikir, pria pengganggu itu nggak akan mengantarmu kembali,” ujarnya beralasan.“Tadinya sih Saga memang berniat seperti itu.” Starla menyahut santai. “APA?!” Revanno langsung berdiri murka.Starla sedikit kaget dengan teriakan Revanno. Namun, sedetik kemudian ia langsung terkekeh kecil. “Ya ampun, Revanno. Aku hanya bercanda,” ujar Starla yang masih terkekeh. “Jadi kamu cemburu ya dengan Saga,” godanya kemudian.“Aku nggak cemburu! Hanya merasa kesal saja,” sahut Revanno.“Oh, nggak cemburu. Ya sudah kalau begitu, besok-besok aku ingin pergi bersama Saga lagi. Kebetulan kami tadi juga sudah membuat rencana untuk mak