“Tumben sekali kamu menunjukkan batang hidungmu,” ujar Daniel ketika melihat Revanno datang ke Klubnya.Revanno hanya diam. Ia terus melangkah mendekati Daniel, lalu memesan minuman kepada bartender tanpa menghiraukan ucapan temannya itu.“Ya Tuhan, berbicara dengan kambing memang harus sabar ya.” Daniel bergumam sembari meneguk segelas vodka yang ada di tangannya.Revanno langsung menoleh tajam. Dan tentunya, Daniel yang di tatap seperti itu langsung menciut sambil berpura-pura tidak melihatnya.“Kamu tahu, kan? Aku sudah sering mengatakan hal ini padamu, kalau terkadang niatku datang ke klubmu itu hanya untuk menenangkan pikiranku. Bukannya untuk mendengar ocehan dari mulutmu,” ujar Revanno dingin.Daniel yang mendengarnya langsung mengangguk. Sebaiknya ia segera menyingkir sebelum ia menjadi pelampiasan kekesalan Revanno.“Baiklah. Aku akan pergi.” Daniel langsung berdiri dan ketika ia hendak melangkah Revanno justru menahan lengannya. Daniel mengumpat dalam hati. Ia tidak ingin m
Kepala Revanno terasa berdenyut dan perlahan nyeri itu datang menyerangnya. Matanya masih fokus menatap langkah wanita yang mendekat ke arahnya. Sial. Revanno terus mengumpat dalam hati. “Revanno, kamu kenapa?” Cheryl langsung merangkul bahu Revanno ketika tubuh pria itu hendak terhuyung ke belakang. Aroma alkohol langsung menyeruak ke dalam hidung Cheryl saat ia berdekatan dengan Revanno. “Lepaskan aku!” Sentak Revanno kasar. “Kamu mabuk. Aku akan menolongmu,” ujar Cheryl keras kepala. “Aku nggak butuh pertolonganmu.” Revanno berteriak kesal. Ia lalu menutup pintu mobilnya dan meninggalkan benda beroda empat itu di halaman apartemennya begitu saja. Revanno berusaha berjalan dengan langkah sempoyongan menuju gedung tempat tinggalnya. Namun, baru beberapa langkah, ia lalu terhuyung dan jatuh ke tanah. Nyeri di kepalanya benar-benar mengganggunya saat ini. Cheryl yang melihatnya pun hanya tertawa. Ia lalu berjalan mendekati Revanno. Berdiri di depan pria itu sambil melipat kedua
Acara makan malam antara Saga dan Starla menjadi lebih canggung setelah perbincangan mereka di dalam mobil sebelumnya. Terlebih Starla yang mulai berpikir yang tidak-tidak tentang Saga. Sampai saat ini kepalanya terus mempertanyakan bagaimana bisa Saga menyuruhnya seperti itu? Apa benar sepeduli itu Saga padanya? Tapi karena apa? Starla ingin sekali bertanya tapi lidahnya terasa kelu ketika ingin menanyakan hal tersebut. Saga berdehem memecah keheningan di antara mereka. “Setelah makan ingin pergi kemana dulu?” Tanyanya. Starla langsung mengerjap dan tersenyum kaku ke arah Saga. “A-aku ingin langsung pulang saja. Hari ini aku sedikit capek karena banyak sekali pekerjaan.” “Baiklah.” Saga lalu mengangguk dan melanjutkan acara makannya. Mobil Saga berhenti di depan apartemen Starla. Mereka masih tidak banyak bicara sampai saat ini. Dan tentunya situasi seperti ini membuat Saga merasa tidak nyaman. Ia hanya meminta Starla untuk men
Revanno berhenti tepat di depan Starla, napasnya terdengar begitu memburu. Ia terus berusaha melangkah lagi untuk semakin dekat dengan Starla. Namun, Starla tetap berusaha menghindar. Revanno bisa melihat wajah kecewa Starla dengan jelas, meskipun wanita itu berusaha keras menutupinya. Apa yang sudah Revanno lakukan? Sudah berapa kali ia menyakiti hati Starla? Kenapa ia begitu bodoh sekali? “Revanno lepaskan aku!” Teriak Starla saat Revanno berhasil menangkap tubuhnya yang hendak menghindar. Revanno tidak ingin menyakiti Starla lagi, tapi saat ini pikirannya benar-benar sudah tidak bisa ia kendalikan sama sekali. “Aku sudah berusaha, Starla. Aku benar-benar sudah nggak bisa menahannya lagi.” Revanno langsung mendorong kasar tubuh Starla hingga terjatuh ke sofa panjang yang ada di depan TV. “Revanno!” Starla memekik saat Revanno menghimpit tubuhnya dari atas. “Apa yang kamu inginkan?! Lepaskan aku, brengsek!” Starla terus meronta tapi tenaga Revanno jelas bukanlah tandingannya. “A
Saga berjalan melewati lorong sunyi yang sudah beberapa bulan ini tidak ia lewati. Semua terasa masih sama. Belum ada yang berubah sedikitpun. Langkahnya berhenti di lorong paling ujung. Ia mulai membuka pintu berwarna coklat tersebut dan masuk ke dalam ruangan bernuansa putih terang yang monoton. Saga tersenyum saat seseorang yang tengah berbaring di ranjangnya menyambut kedatangannya dengan wajah bahagia.“Hai, Pa. Papa sudah minum obatnya?” Pertanyaan sama yang selalu Saga lontarkan pada pria paruh baya yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjangnya.Pria paruh baya itu mengangguk. “Papa, sudah meminumnya sebelum kamu datang ke sini tadi.”Pria paruh baya bernama Andra sekaligus Papa dari Saga tersebut sudah berbulan-bulan lamanya di rawat di rumah sakit ternama, di kota Saga berasal. Andra sudah mengalami sakit parah sejak setahun terakhir. Dokter mengatakan efek kecelakaan yang menimpa Andra berpuluh tahun silam membuat penyakitnya menjadi semakin memburuk. Dan mau tidak m
Pagi ini Starla duduk bersebelahan dengan Revanno di kursi penumpang. Semenjak kejadian malam dimana Revanno mengatakan kalau pria itu juga membutuhkan dirinya, dan tidak ingin Starla menjauh darinya membuat Starla benar-benar masih merasa seperti sedang bermimpi. Pasalnya Starla tidak pernah menyangka kalau Revanno akan mengatakan hal tersebut. Dan apakah itu berarti hubungannya dengan Revanno kini mulai mengalami kemajuan? Apa Revanno kini mulai menyukainya juga? Starla berdehem guna mengusir pikiran yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar kencang tersebut. Starla yakin, Revanno kini perlahan sudah mulai membuka hati untuknya. Namun, Starla juga tidak boleh terlalu berharap. Karena sampai saat inipun Revanno masih belum lagi mengungkit masalah malam itu dengan dirinya. Walaupun hanya sebatas bertanya atau memastikan maksud ucapan Starla malam itu. Pria itu memilih diam. Dan Starla hanya berharap diamnya Revanno berarti baik untukny
Sejak kejadian siang tadi sampai saat ini Starla masih diam dan menolak untuk menceritakan apa yang ia rasakan kepada Revanno. Meskipun beberapa kali pria itu terus bertanya apa yang terjadi. Tapi tetap saja Starla masih enggan untuk berkata jujur.“Kamu yakin nggak apa-apa?” Revanno kembali menanyakan hal itu ke Starla.Saat ini mereka sedang berdiri di depan pintu apartemen Starla. “Aku nggak apa-apa.” Lagi-lagi hanya itu jawaban Starla. Wanita itu segera membuka pintu apartemennya lalu melangkah masuk. Namun, sebelum menutup pintu ia kembali bersuara. “Sepertinya malam ini aku butuh istirahat. Jadi kalau bisa aku mohon, jangan ganggu aku terlebih dahulu.”Revanno menaikkan sebelah alisnya. Kenapa sikap Starla jadi aneh sekali? Pikirnya dalam hati.“Baiklah. Kebetulan aku juga sudah ada janji dengan Daniel malam ini,” ucap Revanno berbohong.Memangnya sejak kapan Revanno pernah membuat janji dengan Daniel? Sejujurnya Revanno ingin menuntaskan hasrat yang sempat tertunda sejak pagi
Starla, Saga dan Revanno berjalan beriringan keluar dari gedung apartemen. Tentu saja di antara kedua pria itu tidak ada yang ingin mengalah dan menjauh dari Starla.“Lebih baik pakai mobilku saja,” ujar Revanno menawarkan.Saga menggeleng. “Pakai mobilku saja.”Revanno langsung mendengus. “Aku sedang berbicara dengan Starla. Bukan denganmu,” sungutnya lalu kembali menatap ke arah Starla. “Pakai mobilku saja ya.”“Yang lebih dulu ingin pergi sarapan dengan Starla itu aku. Sedangkan kamu hanyalah orang nggak di undang yang tiba-tiba saja ikut dan langsung mengekoriku dengan Starla!” Ketus Saga.Mendengar hal itu tentu saja langsung membuat Revanno merasa meradang. Revanno ingin sekali bisa segera membalas kekesalannya pada Saga. Revanno sungguh tidak sabar menunggu hari di mana ia bisa menghajar Saga tanpa ampun. Tapi tentunya tidak di depan Starla.“Apa kamu lupa? Aku ini Bosnya Starla. Jadi terserah aku. Di sini aku