Saga berjalan melewati lorong sunyi yang sudah beberapa bulan ini tidak ia lewati. Semua terasa masih sama. Belum ada yang berubah sedikitpun. Langkahnya berhenti di lorong paling ujung. Ia mulai membuka pintu berwarna coklat tersebut dan masuk ke dalam ruangan bernuansa putih terang yang monoton. Saga tersenyum saat seseorang yang tengah berbaring di ranjangnya menyambut kedatangannya dengan wajah bahagia.“Hai, Pa. Papa sudah minum obatnya?” Pertanyaan sama yang selalu Saga lontarkan pada pria paruh baya yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjangnya.Pria paruh baya itu mengangguk. “Papa, sudah meminumnya sebelum kamu datang ke sini tadi.”Pria paruh baya bernama Andra sekaligus Papa dari Saga tersebut sudah berbulan-bulan lamanya di rawat di rumah sakit ternama, di kota Saga berasal. Andra sudah mengalami sakit parah sejak setahun terakhir. Dokter mengatakan efek kecelakaan yang menimpa Andra berpuluh tahun silam membuat penyakitnya menjadi semakin memburuk. Dan mau tidak m
Pagi ini Starla duduk bersebelahan dengan Revanno di kursi penumpang. Semenjak kejadian malam dimana Revanno mengatakan kalau pria itu juga membutuhkan dirinya, dan tidak ingin Starla menjauh darinya membuat Starla benar-benar masih merasa seperti sedang bermimpi. Pasalnya Starla tidak pernah menyangka kalau Revanno akan mengatakan hal tersebut. Dan apakah itu berarti hubungannya dengan Revanno kini mulai mengalami kemajuan? Apa Revanno kini mulai menyukainya juga? Starla berdehem guna mengusir pikiran yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar kencang tersebut. Starla yakin, Revanno kini perlahan sudah mulai membuka hati untuknya. Namun, Starla juga tidak boleh terlalu berharap. Karena sampai saat inipun Revanno masih belum lagi mengungkit masalah malam itu dengan dirinya. Walaupun hanya sebatas bertanya atau memastikan maksud ucapan Starla malam itu. Pria itu memilih diam. Dan Starla hanya berharap diamnya Revanno berarti baik untukny
Sejak kejadian siang tadi sampai saat ini Starla masih diam dan menolak untuk menceritakan apa yang ia rasakan kepada Revanno. Meskipun beberapa kali pria itu terus bertanya apa yang terjadi. Tapi tetap saja Starla masih enggan untuk berkata jujur.“Kamu yakin nggak apa-apa?” Revanno kembali menanyakan hal itu ke Starla.Saat ini mereka sedang berdiri di depan pintu apartemen Starla. “Aku nggak apa-apa.” Lagi-lagi hanya itu jawaban Starla. Wanita itu segera membuka pintu apartemennya lalu melangkah masuk. Namun, sebelum menutup pintu ia kembali bersuara. “Sepertinya malam ini aku butuh istirahat. Jadi kalau bisa aku mohon, jangan ganggu aku terlebih dahulu.”Revanno menaikkan sebelah alisnya. Kenapa sikap Starla jadi aneh sekali? Pikirnya dalam hati.“Baiklah. Kebetulan aku juga sudah ada janji dengan Daniel malam ini,” ucap Revanno berbohong.Memangnya sejak kapan Revanno pernah membuat janji dengan Daniel? Sejujurnya Revanno ingin menuntaskan hasrat yang sempat tertunda sejak pagi
Starla, Saga dan Revanno berjalan beriringan keluar dari gedung apartemen. Tentu saja di antara kedua pria itu tidak ada yang ingin mengalah dan menjauh dari Starla.“Lebih baik pakai mobilku saja,” ujar Revanno menawarkan.Saga menggeleng. “Pakai mobilku saja.”Revanno langsung mendengus. “Aku sedang berbicara dengan Starla. Bukan denganmu,” sungutnya lalu kembali menatap ke arah Starla. “Pakai mobilku saja ya.”“Yang lebih dulu ingin pergi sarapan dengan Starla itu aku. Sedangkan kamu hanyalah orang nggak di undang yang tiba-tiba saja ikut dan langsung mengekoriku dengan Starla!” Ketus Saga.Mendengar hal itu tentu saja langsung membuat Revanno merasa meradang. Revanno ingin sekali bisa segera membalas kekesalannya pada Saga. Revanno sungguh tidak sabar menunggu hari di mana ia bisa menghajar Saga tanpa ampun. Tapi tentunya tidak di depan Starla.“Apa kamu lupa? Aku ini Bosnya Starla. Jadi terserah aku. Di sini aku
Saat ini Revanno tengah duduk sendirian di dalam ruang kerjanya. Berkali-kali pria itu tampak menghela napas seraya memasang wajah yang kesal. Perasaan Revanno benar-benar terganggu sejak kejadian pagi tadi. Dan hal yang paling mengganggunya adalah ketika Saga mengatakan kalau pria itu akan menemani Starla seharian ini. Ck! Mengingat Saga justru semakin membuat Revanno bertambah kesal dan membuat pekerjaannya menjadi berantakkan. “Sial! Pria pengganggu itu apa nggak punya pekerjaan? Berani-beraninya dia ingin menemani Starla seharian ini. Memangnya dia siapa?” Revanno mendengus. “Berani sekali dia mengataiku jangan sok perhatian. Lalu yang dia lakukan itu apa? Kalau juga bukan sok perhatian?” Revanno terus bergumam sendirian di dalam ruangannya. “Aku nggak bisa diam saja. Aku nggak rela membiarkan Starla berdua dengan pria seperti dia.” Revanno langsung berdiri dari tempat duduknya, berniat untuk keluar ruangan dan pulang ke apartemen. Namun, saat langkahnya hendak mencapai pintu
Saga merasa di kejutkan oleh bunyi dering ponselnya yang tiba-tiba saja mengganggu acara berbincangnya dengan Starla. Karena tidak ingin merasa semakin terganggu, Saga pun akhirnya memilih untuk mengambil benda pipih yang ia letakkan di atas meja itu kemudian menjawab panggilannya. “Ya. Ada apa?” Tanya Saga begitu menempelkan ponsel itu ke telinganya. “.…“ Starla hanya bisa mengernyit sembari mengamati Saga yang mengusap wajahnya. Ekspresi pria itu tiba-tiba saja berubah setelah mendengar suara dari seberang teleponnya. “Baiklah. Aku akan kesana.” Saga lalu menutup panggilannya. Ia mendesah sambil menjatuhkan punggung ke sandaran sofa. “Kenapa?” Tanya Starla penasaran. “Ada masalah yang harus segera aku periksa. Tapi ….” Saga menatap Starla lekat. “Kalau aku pergi. Siapa yang akan menjagamu?” Ucapan Saga berhasil membuat Starla tertawa. Saga kenapa, sih? Kenapa harus sekhawatir itu pada dirinya? Memangnya i
Ini hari libur dan Revanno baru ingat kalau Daniel mengundangnya untuk datang ke rumah barunya. Daniel mengatakan kalau orang tuanya selalu mendesak agar ia membeli rumah, supaya setelahnya ia bisa mendapatkan istri. Sementara Revanno hanya bisa tertawa ketika mengingat ucapan Daniel tersebut. Revanno sudah rapi dengan pakaian santainya. Dan karena ia tidak mempunyai pakaian di apartemen Starla, jadi begitu bangun tidur tadi ia harus kembali ke apartemennya untuk berganti pakaian. “Belum selesai?” Tanya Revanno saat memasuki kamar Starla. Wanita itu masih sibuk berdandan di depan kaca. “Sebentar lagi,” ujar Starla sambil mengaplikasikan maskara pada bulu matanya. “Ck! Nggak usah terlalu cantik!” Ketus Revanno. Dan hal itu justru berhasil membuat pipi Starla yang sudah di poles blush-on bertambah menjadi semakin memerah. Bagaimana bisa pria itu menyuruh Starla untuk tidak terlalu cantik? Sedangkan Revanno saat ini terli
Starla mengerjap ketika sinar matahari mulai menembus jendela kamarnya. Melirik sekilas jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Lalu pandangannya beralih ke sisi ranjangnya. Dimana Revanno masih terlelap dengan begitu pulasnya tanpa sehelai pakaian apapun. Hanya selimut yang menutup tubuh pria itu. Begitupun juga dengan tubuh Starla.“Eeuuugghh.” Starla meregangkan tubuhnya sejenak sebelum beranjak untuk membersihkan diri. Rasanya seluruh tubuhnya begitu remuk. Semalam Revanno benar-benar tidak memberinya ampun. Tapi meskipun begitu Starla tetap menikmati permainannya semalam. Bahkan permainannya semalam terasa begitu berbeda dari biasanya. Revanno yang biasanya mengutamakan nafsunya entah semalam hal itu tidak di rasakan oleh Starla sama sekali. Dan justru Starla merasa kalau permainan Revanno semalam benar-benar penuh dengan perasaan dan kasih sayang.Apa benar begitu?Starla segera melangkah menuju kamar mandi. Beberapa men