Siang itu, Starla dan Revanno akan kedatangan banyak tamu yang ingin menjenguk Sera. Starla meminta Revanno untuk membantunya ke kamar mandi, mengingat ia sama sekali belum mandi dan membersihkan diri. Tapi bukan untuk mandi, Starla hanya mencuci wajah, menggosok gigi dan juga memberi sedikit polesan make up di wajahnya.Setidaknya, sebagai pemeran utama nanti Starla tidak boleh terlihat kucel dan dekil.“Sudahlah nggak usah terlalu cantik,” dengus Revanno yang melihat Starla sibuk memoles wajah dengan berbagai macam bentuk make up. “Yang akan datang kan hanya Daniel dan Nathan saja.”Ngomong-ngomong, Sera juga sedang di mandikan oleh Suster, agar mereka sama-sama terlihat cantik nanti.“Ya tetap harus berdandan. Masa ada tamu wajahku terlihat kucel. Nanti kalau mereka ingin mengajak berfoto, bagaimana?”Revanno langsung mengernyit. “Memangnya kamu artis? Pakai di mintai foto segala.”“Ck!” Starla berdecak. Meninggalkan lipstik yang akan ia gunakan, karena takut tercoret dan jadi bera
Saat Starla dan Revanno sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Daniel dan Nathan pun akhirnya datang. Tidak. Bukan hanya mereka berdua saja. Tetapi ada satu lagi wanita yang juga turut datang bersama dengan kedua pria itu. Wanita itu adalah Laura. Ya, Starla masih ingat betul dengan wanita yang bernama Laura tersebut.Starla sempat mengernyit seraya menatap ke arah Daniel. Namun, tak berselang lama pandangannya langsung beralih menatap sebuah hadiah yang sedang di bawa oleh ketiga manusia itu. Mereka membawa hadiah yang besar, karena sebelumnya Revanno meminta untuk mereka membawakan hadiah. Jadi mereka benar-benar membawakannya.“Wah, Bapak baru.” Seperti biasa, kekacauan di sana akan di buka dengan ocehan Daniel yang tidak ada manfaatnya.Lalu di susul dengan ocehan bermakna sama dari Nathan. “Rupanya kamu sudah bisa menggendong bayi. Pantas juga kamu menjadi Bapak-bapak.”Seketika Daniel memukul lengan Nathan, sebagai bentuk perwakilan karena Revanno sama sekali tidak bisa bergerak kar
Starla sudah di perbolehkan pulang hari ini. Baik Sera maupun Starla sama-sama sudah sehat dan kuat. Selama di rumah sakit banyak hal yang ia pelajari dalam mengurus anak dari para suster. Beruntung ia mudah belajar, meski belum sepenuhnya hebat dalam mengurus Sera. Namun, Starla yakin ia dan Sera memilki ikatan batin yang kuat. Beberapa hal yang tidak Starla mengerti pun, ia akan mencarinya melalui internet atau bertanya pada temannya—Vania. Tapi lebih dari itu, Starla akan mengandalkan instingnya sebagai Ibu. Saat Sera haus, saat Sera pup, saat Sera ingin di gendong. Starla seolah mengerti. Setiap jerit tangis anaknya, Starla seakan tahu apa yang Sera katakan.Oh, ternyata seperti itu yang di sebut ikatan batin antara Ibu dan anak.Meski begitu, di hari pertama dan mungkin hingga seminggu ke depan, Starla masih harus menggunakan jasa mandi bayi yang ia sewa dari rumah sakit. Hanya sekedar untuk mandi, karena Starla masih belum bisa melakukan kegiatan yang satu itu. Starla masih ta
Biasanya, sebelum ada Sera hari Minggu adalah hari terbebas bagi Revanno untuk bersantai maupun bermain game console. Sejak pagi hingga sore akan ia gunakan untuk duduk di depan TV seraya bermain game. Dulu, atau tepatnya beberapa minggu yang lalu, Revanno masih bisa sepuasnya melakukan itu. Namun, semenjak Sera lahir hari minggu Revanno seketika berubah begitu saja.Apalagi bersamaan dengan teriakan horor dari ambang pintu kamar mereka.“Revannooo!”Seketika pria itu mendesah, menghentikan gerakan tangannya yang sedang sibuk bermain game.“Temani Sera sebentar. Aku ingin mandi.”Untung saja jarak Starla dan Revanno sangat jauh. Jadi saat Revanno mendengus kesal seraya menggumamkan kalimat protes, wanita itu tidak mendengarnya.“Sebentar saja, Revanno. Sera juga masih tidur!” Teriak Starla lagi.Semalaman Revanno tidak tertidur karena Sera terus menangis. Entah yang haus minta susu, entah yang pup, atau terbangun secara tiba-tiba. Entahlah, Revanno hanya ingin bermain sebentar saja ra
Revanno menghampiri Starla yang sedang sibuk membungkus kado di ruang tengah. la duduk di sebelah sang istri seraya mengambil setoples keripik kentang buatan Bi Diyah.“Untuk siapa?” Tanya Revanno sambil mengunyah.Starla menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya membungkus kado hadiah untuk Mikayla, anak sahabatnya—Vania.“Untuk anaknya Vania, namanya Mikayla,” jelas Starla.Beberapa hari yang lalu Vania sempat mengatakan kalau anaknya akan merayakan ulang tahun. Dan berhubung kemarin Starla memiliki waktu untuk berbelanja, sekalian ia membeli hadiah untuk ia berikan kepada anaknya Vania.“Ulang tahun?” Revanno bertanya lagi dan Starla langsung mengangguk. “Kapan?” Imbuhnya dengan tangan yang bersiap memasukan dua keripik kentang sekaligus ke mulutnya.“Besok. Antar aku, ya?”Seketika gerakan tangan Revanno terhenti. “Nggak, ah. Kamu sendiri saja. Lagipula aku kan bekerja.”“Eh, mana bisa begitu?” Starla nenoleh ke arah sang suami, mengernyitkan keningnya. Seolah tidak t
Revanno kekeuh tidak ingin ikut datang ke rumah Vania. Pria itu hanya mengantarkan sang istri sampai di depan pagar rumah Vania saja. Hal itu membuat Starla cemberut, merasa kesal karena Revanno tidak ikut turun. “Kenapa sih nggak ingin ikut?” Tanya Starla dengan bibir maju ke depan. “Padahal juga hanya sebentar saja, kok.”“Aku ada pekerjaan penting, Sayang,” jawab Revanno sabar.“Pekerjaan apa? Sepenting apa memangnya sampai harus kamu yang mengerjakannya?” Revanno menoleh penuh dramatis. “Tentu saja harus aku yang mengerjakannya. Suamimu ini pimpinan di perusahaan, Starla. Jadi wajar kalau pekerjaan itu aku yang mengerjakannya. Lagipula aku juga harus memberi contoh yang baik untuk para karyawanku.”Seketika bibir Starla langsung mencibir. Kalau orang lain yang berkata demikian mungkin Starla akan percaya, tapi Revanno? Ck! Bagaimana tingkah pria itu dulu, Starla sangat tahu. Ya, meskipun Starla akui kalau gaya kepemimpinan Revanno memang bagus. Tapi biasanya Revanno tidak pernah
Beberapa menit kemudian Joshep dan William tiba di rumah sakit bersama Sera yang saat ini tengah di gendong oleh Bi Diyah. Selama jeda menunggu para Kakek itu tiba di rumah sakit, Starla tidak ingin berbicara dengan Revanno. Ia masih merasa kesal pada suaminya yang mengabaikan dirinya. Revanno tidak menjemput Starla di rumah Vania. Tetapi pria itu justru marah-marah ketika Starla pulang terlambat. Apalagi saat beberapa menit sebelum kecelakaaan, Starla mendengar Revanno mengumpat dari balik sambungan telepon. Starla kesal sekali rasanya.Ngomong-ngomong, kecelakaan itu memang tidak fatal terjadi, hanya tabrakan beruntun akibat kemacetan dan tidak menghasilkan korban jiwa yang meninggal. Beberapa hanya luka lecet dan shock seperti Starla.Saat Joshep dan William datang, Revanno sedang mati-matian meminta maaf pada sang istri. Starla mendiamkannya hampir selama jeda sebelum Joshep dan William tiba.Revanno merasa bersalah, Starla juga tahu itu, terlihat dari gurat resah di wajah suamin
Kencan yang Revanno bayangkan adalah jalan-jalan menaiki mobil, berhenti di taman yang sepi dan menikmati jajanan yang ada di sana. Seharusnya. Ya seharusnya memang seperti itu. Namun, hal itu tidak mungkin karena ini adalah malam Minggu. Ia sudah merangkai semua rencana itu di dalam kepalanya, tetapi realita memang tidak seindah ekspetasi. Pasalnya, baru saja mobilnya keluar dari pelataran rumah sakit, kemacetan sudah menunggu mereka.Revanno menghela napas, wajahnya tertekuk masam, sedikit kesal lebih banyak mengumpat. Starla yang duduk di sampingnya bersama dengan Sera di dalam gendongan wanita itu sudah beberapa kali mengomeli Revanno. Meski Sera belum mengerti, atau memahami apa yang sang Ayah ucapkan, tapi tetap saja rasanya tidak tenang sekali mendengar Revanno mengumpat kasar di depan Sera.“Sabar, Revanno …” Sudah beberapa kali Starla berujar seperti itu. Kali ini ia menambahkan dengan usapan lembut di lengan suaminya. “Nggak apa-apa kok agak malam, Sera juga sudah memakai ba