Share

5. Duda Cerewet

Tak hanya Laura yang terkejut, Rick juga amat terperanjat. Cutil itu hampir mengenai telapak kakinya jika ia tidak refleks mengangkat kakinya di detik-detik cutil itu melayang ke arahnya. Napas Laura dan Rick belum juga normal, ketika terdengar ancaman Oma Beth. 

"Dalam hitungan kedua kamu tidak pergi, siap-siap kepalamu akan diselimuti nasi goreng panas!" Oma Beth berkata sambil mengangkat kuali panas. Sebenarnya tidak terlalu panas sebab api menyala sangat kecil agar nasi goreng tidak gosong. Walau begitu, tentu saja bisa membuat kulit wajah melepuh jika diselimuti nasi goreng tersebut. 

Tidak sampai menunggu maminya menghitung, Rick sudah menyeret langkah seribu menuju kamar. 

"Berani kamu kembali dengan mulutmu yang cerewet, maka sarapan pagi ini dengan air putih saja!" teriak Oma Beth sebelum bayangan Rick hilang dari pandangan. 

Setelah tak melihat punggung anaknya lagi, Oma Beth menaruh wajannya kembali, lalu menenangkan napasnya yang tersengal-sengal, baru menaruh nasi goreng tersebut ke mangkuk berbahan beling. 

Laura yang dadanya masih berdebar ketakutan, gegas melanjutkan pekerjaannya mengiris bawang yang tinggal sedikit lagi. 

"Maafkan yang telah terjadi, Lau. Oma bisa jadi macan jika rasa kesal sudah di ubun-ubun," ujar Oma Beth tanpa menoleh. 

"Tidak masalah, Oma. Aku cukup mengerti." Laura menyunggingkan senyum tipis. 

Oma Beth yang masih kesal dengan Rick, tidak bercakap lagi. Pun Laura yang sungkan membuka percakapan duluan. Setelah melalui drama yang lumayan menegangkan bagi Laura, akhirnya acara memasak nasi goreng itu selesai juga. 

"Karena masaknya sudah selesai, aku mau pulang dulu ya, Oma, mau mandi. Nanti sekiranya Oma sudah selesai sarapan, aku akan datang lagi untuk mencuci piring." 

"Kamu tidak makan bersama kami?" Mata Oma Beth menyipit. 

Laura menggeleng. "Tidak, Oma. Aku menghargai peraturan anak Oma."

"Kami bisa menunggumu sampai selesai berganti pakaian."

Senyum tipis mengembang di bibir Laura. "Terima kasih atas penawarannya, Oma, tapi aku tidak mau anak Oma mengamuk karena perutnya sudah lapar."

Kekehan keluar dari mulut Oma Beth. "Rick memang akan berubah jadi singa kalau sedang lapar. Baiklah, Lau, lain kali kita pasti makan bersama karena Oma sering makan bareng dengan orang yang bekerja di rumah. Tapi kamu harus mencicipi nasi goreng buatan Oma." Oma Beth mengambil wadah tertutup di rak piring, lalu menuang nasi goreng dan pelengkapnya. Laura hanya memandang dengan menahan air liur. Ia sudah tak sabar melahap nasi goreng hangat itu. Tadi ia sempat berpikir, Oma Beth tidak akan memberinya. Tambah satu lagi nilai plus untuk Oma Beth yang tidak pelit. 

Setelah mengunci pintu ruang tamu, Laura langsung duduk di sofa. Dengan tak sabar, ia langsung melahap nasi goreng lengkap dengan telur ceplok, acar timun dan wortel, serta taburan bawang goreng. Laura seperti tidak makan berbulan-bulan. Ia seperti baru merasakan nasi goreng, padahal nasi goreng buatan Bik Bedah sangat lezat tapi ia jarang menikmatinya karena ia lebih suka sarapan di kampus. 

Karena didera rasa lapar yang sangat, tak lama wadah nasi goreng itu kosong. Laura menatap nanar wadah tersebut. Tak ada sebutir nasi pun di wadah itu. Bersih seperti dijilat. Matanya berembun begitu saja. Ia tak pernah makan sebersih ini sebelumnya, selalu sisa banyak. 

Perut kenyang mengundang rasa kantuk. Biasanya Laura tidur setelah makan, tapi kali ini ia bergegas mandi dan merapikan diri. Ia memilih t-shirt lengan pendek dan celana sepanjang lutut agar bisa bergerak bebas saat bekerja nanti. Setelah memakai bedak tipis, ia menjepit rambutnya tinggi-tinggi. Lantas gadis itu melesat ke kamar depan sambil membawa wadah yang sudah ia cuci bersih. 

"Oma, aku datang." Laura mengetuk pintu. 

Daun pintu terbuka dan Laura tak ingin mengembangkan senyum dahulu, khawatir duda cerewet itu yang membukakan  pintu. Dan kekhawatiran Laura terbukti, pria itu menatap Laura sebentar, lalu matanya memindai penampilan Laura dan ujung rambut hingga ujung kaki. 

Setengah mati Laura menahan diri untuk tidak mencebik dan membiarkan dirinya dikuliti duda cerewet itu. Demi sebuah masa depan yang sebentar lagi akan ia genggam. 

"Hmmm, masih kurang rapi, tapi lumayanlah daripada kusuruh dandan ulang nanti waktunu malah habis untuk bergonta ganti pakaian, jadi tidak kerja-kerja." Rick membuka pintu lebar-lebar agar Laura masuk. 

"Thank you." Laura memaksakan senyum palsunya. 

"Mami sedang mengantar Cla les renang. Pesannya jika kamu kembali, bekerjalah mulai sekarang. Rumah harus sudah glowing saat Mami pulang nanti."

Laura memberi tatapan mendelik. "Oma Beth orang yang bijak, aku tidak percaya beliau menitipkan pesan seperti itu." Sumpah, ingin sekali rasanya Laura mencakar-cakar wajah duda itu, tapi yang ia lakukan hanya mempertahankan senyum palsunya. 

"Pembantu macam apa yang tidak percaya kepada bosnya?!" 

*Soalnya...."

"Halah, sudahlah!" hardik Rick mengibaskan tangan. "Aku tidak mau buang-buang waktu untuk berdebat dengan pembantu! Pekerjaanku banyak! Lekaslah bekerja, nanti Mami keburu datang. Dimulai dengan membersihkan kamarku dulu."

"Baik, Pak."

"Pak? Panggilan macam apa itu? Panggil aku tuan!" Rick melangkah ke kamarnya. Melalui matanya, ia mengisyaratkan agar Laura masuk ke kamar. 

Namun, sebelum memutuskan untuk masuk ke kamar duda cerewet itu, Laura tiba-tiba merasakan rumah ini amat sepi. Ke mana Jeff? Jika pria yang lebih hangat daripada kakaknya ini ada di kamar, berarti ia aman karena Laura yakin, Jeff pria yang baik. 

"Apakah saat ini kita cuma berdua di sini?" Laura melempar tatapab selidik saat di ambang pintu. 

"Jika sedang libur, Jeff menjadi sopir Mami ke mana pun Mami pergi, jadi tentu saja hanya kita berdua saat ini."

Bola mata Laura terbeliak lebar. 'Hanya kami berdua dan dia menyuruh gue merapikan kamarnya?' gumam Laura di dalam hati. Tengkuknya bergidik ngeri ketika membayangkan duda cerewet itu memperkosanya. 

"No! No!" Laura menggeleng-geleng. Ketakutan terlukis jelas di wajahnya. 

"Ada masalah?" Rick menyipitkan pandangan. Melihat gadis itu menatapnya takut, ia jadi kepikiran sesuatu. 

"Kamu takut diperkosa saya? Kenapa masih berdiri di pintu kalau begitu!" sindir Rick. 

Mulut Laura tercungap. Duda cerewet itu bisa membaca jelas apa yang ia takutkan. Dan apa katanya tadi? 'Oh, jadi dia menantang gue untuk batal kerja di sini? Oke, Lau, jangan rendahkan harga diri lo! Masih banyak majikan yang mau nerima lo!' Ego Laura terusik. Namun, saat hendak meninggalkan tempat itu, sisi lain hatinya melarang. 

'Majikan memang banyak, Lau, tapi siapa yang mau menerima orang asing? Bersyukurlah kamu ketemu Oma Beth yang mudah menerimamu! Abaikan duda cerewet ini! Fokus pada isi perutmu untuk hari-hari ke depan!'

Baru saja Laura hendak mendebat pria itu, tapi Rick sudah menyerocos lagi. 

"Yang harus kamu ingat adalah, pertama aku tidak bernafsu pada pembantu, karena pembantu itu keringatnya bau bawang basi, sungguh menjijikkan. Secantik apa pun orangnya, apalagi gembel kayak kamu."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status