Rian langsung menuju ke kantor polisi. Ia tak mau membuang banyak waktu untuk segera menyelesaikan masalah nya. Agar tidak ada lagi yang mengganggu dirinya. Begitu sampai di kantor polisi. Rian mengatakan jika dirinya adalah korban rumah kebakaran dan polisi segera meminta Rian untuk duduk."Pak, tadi saya sudah ke pos satpam kompleks rumah saya. Dan mengatakan kalau rekaman cctv sudah dibawa ke kantor polisi," jelas Rian."Iya, Pak. Saya telah mengkonfirmasi itu. Dan kini susah ditangani oleh pihak kami. Setelah kami periksa memang ada seorang laki-laki yang dengan sengaja membakar rumah anda saat satpam rumah anda tidak berada di tempat. Seperti nya hal itu telah direncanakan oleh orang tersebut. Karena kalau tidak tentu hal itu tak akan terjadi. Tetapi wajahnya tak terlihat karena tertutup oleh hoodie dan sidik jarinya juga tidak ditemukan karena memakai kaos tangan," terang pak polisi.Rian tak habis pikir. Siapa sebenarnya yang melakukan itu? "Pak, apa masih bisa dicari siapa pel
Saat sedang menyambut para pengunjung ada seseorang yang tak asing. "Kamu," celetuk Mila. Ia kemudian mundur beberapa langkah. Rian melihat Mila merasa cemas langsung menghampiri Mila. Ia melihat sosok yang sedang ditatap oleh Mila. "Bukan kah kamu Yana?" tanyanya."Wah, ternyata ingatanmu cukup kuat, ya? Aku nggak nyangka kalian bisa berdua terus. Apa kabar kamu, Mila?" balas Yana dengan senyum yang Mila mengartikan itu adalah senyum sinis."Baik. Ada apa kamu ke sini?" tanya Mila. Ia ingin menghindari Yana. Tetapi jaraknya terlalu dekat. Yana dengan senyum miring kemudian mendekati Mila. "Mila, kenapa kamu terlihat takut? Nggak usah khawatir. Masalah perusahaan di tanganku baik-baik saja kok. Tapi sayang sekali kamu tak ada andil di sana? Atau kamu mau dapat bagian?" "Nggak sudi. Pergi kamu dari sini!" usir Mila. Ia tak tahan dengan kedatangan Yana."Loh, kamu kok sewot. Aku mau ke sini makan. Bukankah aku juga ingin jadi pengunjung yang bersama dengan pengunjung lain merayakan aca
"Kamu jangan mengeluh, Sayang! Kita akan hadapi ini sama-sama. Aku janji akan terus ada di samping kamu," tutur Rian. Ponselnya tiba-tiba bergetar. Ia meraih ponsel di atas nakas dan melihat panggilan dari kantor polisi. "Halo, Pak?" Polisi memberitahukan sesuatu kepada Rian."Baik, saya akan ke sana sekarang," jawab Rian."Ada apa?" tanya Mila."Katanya polisi orang yang telah membakar rumah kamu sudah tertangkap. Kamu di sini saja, ya? Biar aku yang ke kantor polisi sendiri," jawab Rian. Ia sudah antusias untuk berangkat ke kantor polisi."Aku ikut," rengek Mila."Sebaiknya kamu di rumah saja! Nanti aku pasti akan kabari kamu kok. Ingat kamu juga tidak boleh kelelahan. Kasihan anak kita kalau kamu capek," sahut Rian. Ia menatap wajah Mila."Ya sudah. Kamu hati-hati di jalan! Kalau ada informasi terbaru segera beritahu aku, ya?" balas Mila. Ia kemudian mengantarkan Rian sampai ke depan pintu kamar saja dan kemudian mengunci pintu kamarnya agar merasa ny
Kenapa Yana melakukan semua itu? Dugaannya memang sangat tepat. Tetapi bagaimana menolong orang yang telah menjadi suruhan Yana begitu juga dengan istrinya. Ia harus berhati-hati karena Yana bukanlah manusia yang memiliki hati manusia. Hatinya sudah seperti iblis. Mungkin karena dia terlahir dari orang tua yang tidak memberikan dia kasih sayang. Sehingga ia seperti kurang kasih sayang dan tak ada yang mengarahkan dalam kebaikan. Itulah tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak agar bisa berfikir jernih dan juga bisa dihargai oleh orang lain.Rian juga harus berhati-hati. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan kantor polisi dan telah membuat kesepakatan kalau pelaku tadi tidak memberitahukan kepada Rian. Seperti yang dikatakan oleh pelaku, kalau Rian sebenarnya sudah diikuti oleh orang suruhan Yana. Sehingga Rian juga harus santai seperti tak tahu apa-apa. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah resto. Ia menyampaikan hal yang ia dapatkan dari kantor polisi. "Hah? Teg
"Lalu bagaimana dengan kami? Aku sudah mengatakan yang sebenarnya kepada kalian. Kenapa kalian tega membiarkan aku dan Sera dalam ketakutan," tanya Sera. Wajahnya seperti marah."Kamu bisa istirahat di kamar karyawan. Kan ada beberapa tempat tidur di sana. Kamu bisa pakai satu untukmu dan Sean. Kamu tahu sendiri kalau kamar kami hanya satu di sini. Apa kamu tahu siapa yang membakar rumahku, Sera?" sahut Mila. Ia hanya ingin mengetes Sera saja."Aku benar-benar nggak tahu. Aku juga tahu dari berita kalau rumah kamu kebakaran," jawab Sera. Kemudian Sean menangis. Sera mengatakan kalau Sean mengantuk. Mila kemudian mengantarkan Sera ke kamar khusus karyawan agar Sean bisa tidur dengan nyaman. Sementara itu Rian membawa rekaman pembicaraan nya dengan Sera ke kantor polisi. Beberapa kali Rian menoleh ke arah belakang mobil yang sejak awal tadi seperti mengikuti nya. Ia kemudian melewati jalanan yang selalu ramai kendaraan. Meskipun agak jauh. Agar ia merasa aman sepanjang p
Keesokan harinya, Bu Widia mengabarkan kalau akan ada orang yang memantau rumah resto Mila. Karena dirasa tak aman karena adanya anak buah Yana yang berkeliaran. Mila dan Rian cukup berterima kasih karena ternyata ada orang yang masih ada di pihak mereka untuk saat ini. Bu Widia telah menyuruh orang juga untuk mengawasi perusahaan milik keluarga Mila serta rumah Yana juga. Karena Bu Widia benar-benar ingin membantu keluarga teman lamanya. Rian juga fokus mengurus resto saja. Ia juga harus menjadi suami siaga yang menjaga istrinya jika Sewaktu-waktu akan melahirkan. Karena menurut dokter HPL hanya sebagai perkiraan saja. Tetapi yang namanya takdir tidak akan bisa ditentang. Begitu juga kapan anaknya akan lahir. *Satu bulan berlalu.Bu Widia mengabarkan jika Yana telah ditangkap. Rian yang mendapatkan kabar itu langsung meminta izin ke kantor polisi untuk mengecek kebenaran. Mila diminta untuk selalu di rumah serta memegang ponsel jika Sewaktu-waktu ia akan m
Saat Mila hendak dilepaskan terlihat pakaian Mila bagian bawah nampak basah. "Siapa yang menyiram kamu? Kok basah semua baju kamu?" gumam Joko.Bu Widia yang menyadari kalau Mika hendak melahirkan justru mendorong tubuh Joko dan membantu Mila Melepaskan semua tali yang menempel pada tubuhnya. "Cepat buka mobil dan angkat Mila ke dalam mobil!" perintah nya.Rian segera mengangkat tubuh istrinya ke dalam mobil. Dan mobil pun dengan cepat melaju dan hampir saja menabrak beberapa pengendara lain. Tetapi berhasil sampai di rumah sakit dengan selamat. Rian segera membawa Mila ke ruang UGD dan melihat kondisi Mila begitu lemah. Rian menemani Mila, ia ingin menepati janjinya ketika melahirkan nanti ia akan menemani Mila di samping nya. "Pak, ini air ketubannya sudah habis. Jadi nggak memungkinkan untuk melahirkan normal,'' ujar Dokter yang telah melihat kondisi Mila."Lakukan yang terbaik untuk istri saya, Dok!" sahut Rian. Ia sudah cemas melihat Mila dalam kondisi lemas.
"Callista?" tanya Mila.Rian mengangguk. "Ya, kita beri nama anak kita Callista, bagaimana?""Setuju. Callista, semoga dia bisa jadi anak yang sesuai namanya, ya? Gemar akan kebajikan dan menjadi Wanita paling cantik. Cantik sikap maupun juga cantik wajah," sahut Mila. Ia kemudian mengecup kening bayinya yang telah diberikan nama Callista.Rian kemudian menyuapi Mila makanan yang telah ia beli sebelum nya. Karena ia begitu sayang pada sang istri. Ia begitu kagum dengan pengorbanan Mila yang berjuang untuk melahirkan sang buah hati. Terlebih Mila dalam keadaan yang begitu lemah tetapi Mila dapat bertahan sampai akhirnya berhasil dengan selamat sampai sekarang. Mila awalnya menolak karena ia tak mau disuapi. Tetapi akhirnya mau saja karena Rian memintanya untuk menuruti saja keinginan Rian yang ingin menyuapi dirinya. Ia melihat Rian begitu sabar dalam mendampingi dirinya yang berjuang.Tak terasa sama suapan terakhir. Mila kemudian merasa di sekitar payudara nya nyeri. "Aduh, kenapa s