Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k
Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka
Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de
“Sean,” panggil Sienna ketika ia melepaskan sepatu karetnya dan mengganti dengan flat shoes yang ia bawa. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya sebagai seorang residen tahun ke dua di Mont-Sien Medical Center, rumah sakit swasta terbaik dan terbesar yang ada di Jakarta. Rumah sakit ini kini menjadi pilihan bagi para pasien Indonesia yang selama ini berobat ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura. "Sean, aku baru selesai kerja," kata Sienna lagi. Oleh karena itu, menjadi residen di rumah sakit ini adalah impian banyak orang, karena jika sudah menjadi residen di sini, maka besar kemungkinan akan langsung bekerja di sini. “Hm?” jawab Sean di ujung sana. Sienna mengerutkan keningnya karena mendengar suara Sean yang cukup aneh di telinganya. Tidak–bukan cukup aneh–ia sudah sangat terbiasa mendengar suara Sean yang seperti ini. Ia hanya tidak menyangka kalau Sean akan melakukannya di sore hari seperti ini. “Kamu lagi sama cewek?” tanya Sienna lagi. Sean tidak perlu menjawab k
“Dokter Sienna?” panggil Viola. Sienna yang baru saja selesai menjadi dokter pendamping untuk operasi transplantasi hati menatap Viola. “Ya, sus?” “Dokter dicari oleh Bapak Dirut di ruangannya,” kata Viola lagi. Sienna menganggukkan kepalanya dan berterima kasih dengan perawat itu. Ia melihat jam pada ponselnya. Masih ada tiga puluh menit sebelum dirinya mengikuti dokter utama untuk melakukan visit kepada para pasien. Seharusnya, ia menggunakan waktu tiga puluh menit itu untuk makan siang, tidur dan menyikat giginya. Namun, ia memutuskan untuk menemui direktur utama rumah sakit ini. Di belakang Sienna, Viola menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Enggak. Enggak mungkin. Aku yakin dokter Sienna bukan tipe cewek simpanan..” “Tapi dokter Sienna cantik, badannya bagus dan masih muda,” jawab Annisa dari belakang. Viola dan Annisa saling pandang, kemudian mereka memutuskan untuk tidak membahas hal itu lagi. Sementara itu, Sienna berbelok ke arah lift dan menekan nomor lantai paling t
Sienna memasuki mobil Sean yang sudah terparkir di depan lobi rumah sakit, dengan banyak bungkusan kertas dengan logo ‘M’ berwarna kuning. Dengan cepat, aroma burger yang sangat terkenal dari merek itu terkuar menggantikan aroma tubuh Sean. Sienna menghadap ke kursi belakang dan meletakkan beberapa bungkusan itu, di sana dan beberapa lagi di pangkuannya. Mobil yang sangat mahal ini mulai berjalan, karena sebenarnya mobil tidak boleh berhenti di depan lobi. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean sambil melirik ke arah Sienna yang hanya diam dan memandangi bungkusan kertas berisi makanan itu. Ia akan membuka lampu mobil karena ingin melihat wajah Sienna, namun wanita itu menahan tangannya. Pada saat itu, Sean tahu kalau Sienna sedang tidak ingin dilihat, bahkan oleh sahabatnya sendiri. “Aku–” kata Sienna membuka mulutnya, namun ia cepat-cepat menutup mulutnya kembali dengan kedua telapak tangan. Setelah mengatur napasnya, ia kembali melanjutkan, “Kamu tahu rasanya ditanyain kayak gitu di
Sejak empat tahun yang lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya Sean langsung duduk di kursi presiden direktur, menggantikan ayahnya yang langsung mundur dari posisi itu dan kini menjadi chairman di Pelltun Ippolito Holdings. Pelltun Ippolito Holdings adalah sebuah perusahaan yang menjadi induk dari beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari Pelltun Beton, Ippolito Tol, Energi Ippolito dan juga Pelltun Ippolito Land. Pelltun Ippolito Land adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang real estat yang didirikan enam tahun yang lalu oleh Sean sendiri. Saat itu, ia masih berkuliah pada tahun pertamanya. Anak perusahaan ini adalah langkah utamanya untuk bisa menduduki posisi seorang presiden direktur dua tahun setelah ia mendirikan Pelltun Ippolito Land. "Pak," panggil sekretarisnya ketika ternyata, Sean hanya melamun sejak tadi. "Anda memerlukan waktu sebelum melanjutkan rapat ini?" Sean menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja. kita bisa lanjutkan."Mes
Sienna berjalan dengan cepat memasuki pintu utama keluarga Kanaka ini. Rumah ini sangat besar dengan gaya victoria yang berdiri di atas lahan yang sangat luas. Meskipun tidak banyak penghuninya, namun Sienna selalu merasa kalau rumah ini sangat hangat. Ia selalu merasa nyaman jika sedang berada di antara keluarga Sean. Dengan cepat, kakinya yang sudah sangat hapal dengan ruangan yang ada di rumah ini pun melangkah ke arah ruang makan. Ketika ia tiba di ruang makan, ia melihat Sean yang sedang menggendong Blaire. Ia tersenyum dan berjalan lebih cepat. “Sean?” Sean yang sedang berusaha untuk menidurkan Blaire pun menoleh dan tersenyum lega. “Maaf aku harus merepotkan kamu.” Sienna meletakkan tasnya ke atas meja makan dan segera mencuci tangan dengan bersih. Setelah itu, ia mengelap tangannya sampai kering dan berjalan ke arah mereka. “Hi, Bie.” Bayi berusia satu tahun itu menoleh ke arah Sienna dan mengulas senyuman. Sienna mengulurkan tangannya. “Mau aku gendong?” Blaire menu