Share

Chapter 04 | Rencana Clara [21++]

Naresh melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia memutuskan menuju apartemen Bella. Mengingat siang tadi kebersamaan mereka harus terhenti. Tidak perlu waktu lama, mobil mewahnya sudah berhenti tepat di depan gedung pencakar langit yang merupakan unit apartemen kekasihnya itu. Laki-laki itu segera turun dan melangkah dengan gagahnya menuju lift untuk naik ke lantai atas.

Ting!

Pintu lift terbuka. Naresh segera menuju salah satu unit dan menempelkan kartu aksesnya di smart lock hingga pintu itu terbuka.

"Sayang, kok kamu nggak ngabarin dulu?" tanya Bella yang cukup terkejut dengan kehadiran Naresh.

"Aku sengaja mau kasih kejutan, Bel."

Bella mengulas senyumnya, "istri kamu tahu?"

"Nggak." Naresh merengkuh prosesif Bella, bibirnya mulai mengecup basah leher jenjang itu, "aku menginginkanmu, Bella," ucapnya serak.

"Aaahh...," Sebuah desahan lolos begitu saja saat Naresh mulai menggoda bagian sensitif Bella.

Laki-laki itu mulai melayang mendengar desahan demi desahan yang keluar dari mulut kekasihnya. Ia mulai melupakan statusnya saat ini, Naresh lupa akan Clara yang beberapa saat lalu ia hancurkan hatinya.

Naresh menggendong tubuh polos itu dan menghempaskannya ke atas kasur, selanjutnya laki-laki itu memposisikan tubuhnya tepat di atas Bella. Menciumi seluruh wajah cantik kekasihnya.

"Eugh, Sa-Sayang..."

Lagi, Bella melenguh untuk yang kesekian kalinya saat Naresh menggoda inti tubuhnya. Wanita itu sudah tidak tahan. Tubuhnya menegang dan menggelinjang hebat saat berhasil mendapatkan klimaksnya dengan bantuan lidah hangat Naresh.

Kamar itu di penuhi erangan erotis dari mulut kedua insan yang sedang bergelora itu. Dunia mereka melayang bersama, apalagi Naresh yang selalu mendapat pelayanan sempurna dari Bella. Netra elangnya melihat wajah sayu kekasihnya penuh keringat yang menurutnya semakin membuatnya cantik.

"Woman on top, Sayang," bisik Naresh sembari mencium basah telinga Bella.

Tanpa menunggu lama, Bella memposisikan tubuhnya di atas Naresh. Tubuh polosnya meliuk-liuk dengan indahnya, sambil sesekali menggoda setiap lekuk tubuh lelakinya. Tentu laki-laki itu juga tidak melewatkan kesempatan untuk menggoda gundukan Bella yang menari-nari di depannya dengan indah.

"Aaahh, Bella..."

"Kenapa, Sayang? Kau suka?"

"Ye-Yeah, aku suka. Aku selalu suka jika kau yang melakukannya, Bella."

Mereka berdua sudah sering melakukan hal ini. Jadi Bella menyebut Naresh sebagai lelakinya, karena hanya dengannya lah Naresh melakukan hal ini.

Asyik berbagi peluh dengan semangat yang menggelora, hingga keduanya mencapai puncak bersama. Pelepasan bersama yang memberikan rasa nikmat luar biasa bagi keduanya, hal ini juga yang membuat Naresh ketagihan dengan tubuh indah kekasihnya.

Bella menjatuhkan tubuhnya tepat di atas tubuh Naresh, bibirnya menyunggingkan senyum licik sambil meraih ponsel. Jemarinya mulai membuka kamera dan mengambil foto selfienya dengan Naresh.

Foto tanpa busana itu ia kirimkan ke nomor Clara. Bukan tanpa alasan, Bella melakukan ini untuk menegaskan bahwa Naresh hanyalah miliknya.

***

Di sisi lain, Clara yang sudah bersiap untuk tidur urung tatkala mendengar ponselnya berdering. Gegas ia membukanya, sejenak kemudian keningnya mengerut saat mendapati sebuah nomor asing mengirimkannya pesan.

Namun, karena rasa penasaran yang cukup tinggi, akhirnya Clara membukanya. Sepersekian detik kemudian matanya melotot dengan mulut yang menganga lebar. Jantungnya seolah berhenti, ia bisa merasakan seluruh darahnya naik ke atas kepala.

"Mas Naresh?" lirihnya, ponsel itu terjatuh bersamaan dengan air matanya yang luruh.

Clara menekan dadanya, ini lebih sakit di bandingkan penghinaan Naresh beberapa saat lalu, ini lebih menyayat perasannya. Wanita itu mengusap kasar air matanya.

"Tidak! Aku tidak boleh selamanya kalah seperti ini, ini hanya akan semakin membuatku terpuruk. Mas Naresh lupa kalau aku juga bisa memberontak, dia terlalu menyepelekan aku," gumamnya.

***

Keesokan paginya.

Naresh memasuki rumahnya dengan langkah tegap, perasannya sudah lebih baik dari pada semalam.

"Mas, kamu sudah pulang?" tanya Clara dari arah dapur.

Wanita cantik itu membawa dua piring nasi goreng di tangannya, aromanya sangat harum dan tak ayal membuat perut Naresh kelaparan. Clara meletakkan piring tersebut di atas meja, tampilan nasi goreng itu sangat menggugah selera.

"Ayo sarapan, Mas," ajak Clara.

"Aku nggak lapar, tadi sudah sarapan di luar," bohongnya.

Padahal jelas-jelas perutnya keroncongan, namun laki-laki itu terlalu jual mahal. Ia gengsi harus duduk bersama dan menikmati hidangan buatan Clara.

"Sarapan di mana?" Clara mulai menyendokkan nasi goreng itu kedalam mulutnya.

"Bukan urusanmu!

Glek!

Naresh menelan ludah saat melihat Clara dengan nikmatnya menyuap nasi goreng tersebut. Ia tahu itu pasti rasanya sangat enak, apalagi nasi goreng adalah makanan favoritnya.

"Sarapan di tempat kekasihmu?"

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu kamu semalam dari tempat Bella 'kan, Mas?"

Naresh tertegun, "kamu mengawasiku, Cla?!"

Sementara Clara malah terkekeh, "buat apa aku mengawasimu. Tanyakan saja pada kekasihmu itu kenapa dia kirim foto kalian, dan kamu tahu, Mas? Dia kirim foto tanpa busana. Ck, kamu itu sudah di kasih yang halal tetap carinya yang haram. Kenapa? Apa barang haram lebih nikmat?"

"CLARA!"

"Pelankan suaramu, Mas. Ini masih pagi, nggak akan baik kalau kamu marah-marah."

"Itu hakku, karena aku memang tidak mencintaimu. Mau aku menghabiskan malam dengan siapapun itu juga bukan urusan kamu, Cla! Jangan pernah urusi urusanku lagi."

Clara menyuapkan nasi terakhir di piringnya, setelahnya wanita cantik itu meraih segelas air putih dan menenggaknya sampai habis. Barulah ia bangkit dan beralih pada suaminya.

"Bukannya kamu yang memulai mengurusi urusanku? Aku hanya mengikutimu, Mas," ucapnya masih dengan suara yang lirih.

Naresh terdiam, ia tidak bisa lagi menjawab ucapan Clara. Wanita di depannya ini begitu pandai memutar kalimat dan membuatnya mati kata.

Drrrt!

Mama is calling!

"Mama telepon," ucap Clara.

Jemarinya langsung menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

"Halo, Mah. Oh, iya, aku ada di rumah sama Mas Naresh. Apa? Mama mau kesini? Eum ... Iya, Mah."

TUT! Sambungan telepon terputus.

"Ada apa?"

"Mama nanti mau kesini katanya."

"Apa?!"

"Mama mau kesini, Mas. Cepetan pindahin barang-barang kamu ke kamar aku, biar Mama nggak curiga."

"Sialan!" maki Naresh.

Naresh lantas bangkit dan segera menuju kamarnya untuk memindahkan barang menuju lantai atas, sementara Clara masih berdiri di tempat semula dengan sekuat mungkin menahan tawanya. Melihat Naresh kelimpungan seperti ini menurutnya begitu lucu.

'Kamu bisa semena-mena sama aku, Mas. Namun kalau ada Mama, jangan harap kamu bisa lolos,' batinnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status