"Athena...." Justin berteriak dengan keras, dia melompat dari podium dan berlari menghampiri Athena. Begitun pun dengan Nathan yang melompat dari podium, dia berteriak keras memanggil nama Scarlett, dan berlari menghampirinnya.Namun, semuanya terlambat, kala mendengar suara tembakan yang telah berhasil menembus jendela. Tubuh Justin dan Nathan mematung, kala melihat sosok yang tergeletak di lantai, dengan darah yang mengalir deras di lantai. Suara teriakan semua orang di sana menjerit histeris kala melihat sosok yang tergeletak jatuh di lantai dengan berlumuran darah."Tidak, Brian!!" Irina berteriak histeris melihat Brian tergeletak dengan berlumuran darah."Dad!" Adelia pun berteriak kala mendapati Brian tergeletak di lantai dengan belumuran darah.Tubuh Athena mematung, dia menggelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca melihat Brian menyelamatkannya. Dirinya tidak mampu berkata-kata. Dia hanya menatap nanar Irina dan Adelia yang kini menangisi keadaan Brian.Disaat Jusin dan N
"Kembalikan suamiku!" Irina menangis histeris. Kepalanya mulai memberat. Tubuhnya tidak sanggup lagi berdiri. Tepat disaat tubuh Irina ambruk, Nathan yang jaraknya paling dekat dengan Irina, dia langsung membopong tubuh Irina, membawanya menuju ruang pemeriksaan.Tangis Adelia pecah, dia meraung dan menjerit histeris. Bianca dan Paula berkali-kali menenangkan Adelia, namun tetap sia-sia. Karena Adelia terus menangis, dan berteriak memanggil ayahnya.Athena menatap lirih keadaan Irina, begitu pun dengan Adelia yang terus menjerit histeris memanggil ayahnya. Sungguh, hati Athena sangat hancur melihat Irina dan Adelia. Kemuan, tatapan Athena teralih pada Sang Dokter yang hendak meninggalkan tempat itu. Dengan cepat Athena melangkah menghampiri Sang Dokter."Dokter, tunggu," Athena menghapus sisa air mata diwajahnya, dia menatap Sang Dokter dengan tatapan penuh permohonan. "Dokter, aku yakin ayahku pasti selamat. Tolong selamatkan dia. Aku mohon," ucapnya dengan terisak pelan."Athena," J
"Athena?" Justin memanggil saat melihat Athena melangkah keluar dari ruang rawat Brian Smith. Terlihat wajah Athena tampak begitu muram dengan mata yang sembab. Tepat disaat Athena melangkah keluar, Justin langsung menghampiri Athena, dan memberikan pelukan pada istrinya itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Athena langsung membenamkan wajahnya ke dalam pelukan Justin."Athena? Apa aku bisa melihat Dad?" Adelia melangkah mendekat ke arah Athena dengan wajah yang muram.Athena mengalihkan pandangannya, lalu dia mengangguk pelan. "Ya, Adelia. Kau bisa menemuinya. Aku juga yakin, dia membutuhkanmu."Adelia tersenyum. Kemudian, dia melangkah masuk ke dalam ruang rawat Brian. Kini Justin membawa Athena duduk di kursi. Tidak lama kemudian, anak buah Justin membawakan minuman untuk Athena. Athena pun menerima minuman itu, dan meminumnya perlahan."Justin, dimana orang tuamu serta Grandpa dan Grandma?" tanya Athena dengan suara pelan."Aku sudah meminta mereka untuk pulang. Mereka butuh isti
Athena duduk di sofa dengan pikiran yang menerawang ke depan. Dirinya baru saja kembali dari rumah sakit menjenguk keadaan Brian Smith. Sudah tiga hari, Brian masih belum juga sadar. Tidak hanya itu, tapi orang yang berada dibalik kecelakaan ini belum juga ditemukan. Tidak bisa dipungkiri, Athena selalu merasa bersalah.Namun, berkali-kali Justin selalu berusaha menenangkan dirinya. Hal yang membuat Athena bersyukur adalah orang-orang disekitarnya tidak pernah menyalahkan dirinya atas kekacauan yang terjadi. Baik dari keluarga Smith maupun Keluarga Justin sendiri, tidak ada yang menyalahkan dirinya.Selama tiga hari ini, Athena hanya selalu mendatangi rumah sakit. Dia mengabaikan pekerjaannya. Tentu, dirinya tidak akan bisa fokus dalam bekerja. Beruntung, Justin selalu berada disisinya. Justin pun memintanya untuk lebih banyak beristirahat di rumah, dan tidak memikirkan pekerjaan.Tanpa Athena sadari, sudah sejak tadi Juustin berdiri diambang pintu. Dia menatap Athena yang melamun, ke
"Julia? Maaf membuatmu menunggu." Athena melangkah mendekat ke arah Julia yang tengah berada di ruang keluarga.Julia tersenyum melihat Athen datang, tanpa mengatakan apapun Julia langsung memeluk erat tubuh Athena. Athena pun membalas pelukan Julia."Maaf, harusnya kemarin aku menjemputmu. Terlalu banyak masalah yang datang, Julia. Aku sampai lupa menjemputmu. Maafkan aku," ucap Athena dengan nada penuh penyesalan."Athena, kau tidak perlu memikirkannya. Aku baik-baik saja, Athena. Peter, assistant suamimu itu sudah menjemputku." Julia mengurai pelukannya, menatap Athena. "Sekarang, terpenting kau selamat, Athena. Aku tidak tahu, bagaimana jika sampai yang tertembak itu dirimu. Sungguh, aku tidak menyangka wanita sialan itu bisa-bisanya melarikan diri dari penjara dan berniat melukaimu. Kalau aku bertemu dengannya, aku akan membuat perhitungan padanya," serunya dengan wajah yang menggeram menahan emosinya."Wanita sialan?" Kening Athena berkerut, menatap bingung Julia. "Wanita sialan
"Lepaskan aku! Sialan kenapa mereka mengikat tanganku seperti ini!" teriak Marinka dengan keras. Dia terus meronta berusaha melepas ikatan yang begitu kuat di tangannya itu. "Ashton, kenapa kau diam saja! Lakukan sesuatu! Kenapa kau begitu lemah. Dimana anak buahmu yang banyak itu? Kenapa kau tidak mampu melawan Justin!"Ashton membuang napas kasar, lalu mengalihkan pandangannya menatap Marinka dengan tatapan dingin. "Kau pikir aku bisa apa? Anak buahku ditangkap oleh semua anak buah Justin. Kau diamlah, jangan mengeluh. Aku sakit kepala mendengar suaramu. Sudah aku katakan padamu sejak awal, singkirkan balas dendammu pada Athena Morris. Aku membantumu melarikan diri dari penjara, untuk kau bisa meninggalkan Amerika dan melanjutkan hidupmu jauh dari Amerika. Tapi kau tetap saja, tidak mau mendengarkanku.""Jadi kau menyalahkanku?" geram Marinka dengan tatapan tajam pada Ashton. "Aku tidak gratis meminta bantuanmu! Aku membayarmu, Ashton! Jangan lupa itu! Kau melakukan ini semua karena
Hujan turun begitu deras membasahi kota Manhattan. Suara petir yang cukup keras, membuat Athena yang tengah tertidur harus terbangun. Perlahan Athena mulai membuka matanya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Saat Athena sudah membuka matanya, dia mengalihkan pandangannya ke jam dinding. Kini, sudah pukul dua belas malam. Namun, Justin masih belum juga pulang. Athena menghela napas dalam, padahal dirinya berharap saat dia sudah terbangun, Justin sudah berada disampingnya.Athena mengambil ponsel yang terletak di atas nakas, lalu dia mencari kontak Justin dan langsung menghubunginya. Satu, dua hingga lima kali Athena menghubungi nomor Justin, tidak ada jawaban. Athena mendengus kesal. Pria itu membuat dirinya cemas. Terlebih dengan keadaan diluar hujan besar seperti ini."Justin kenapa belum pulang? Sekarang juga ponselnya tidak bisa dihubungi!" tukas Athena kesal. Kini Athena beranjak dari ranjang dan mengikat asal rambutnya. Lalu dia melangkah menuju jendela dan hendak menutup g
Athena mematut cermin. Dia memoles wajahnya dengan make up tipis. Dirinya tengah bersiap-siap ke rumah sakit, menjenguk Brian Smith bersama dengan Justin. Sejak kejadian kemarin rasanya Athena bisa jauh lebih tenang. Tidak ada pikiran buruk tentang hubungannya dengan Justin. Dia yakin, dimasa depan Justin pun tidak akan pernah melukai hatinya. Hanya saja hal yang Athena pikirkan saat ini adalah kesehatan Brian. Hingga detik ini, dia masih belum bisa tenang.Justin yang berdiri diambang pintu, dia menatap Athena yang tengah bersiap-siap. Dia langsung melangkah mendekat ke arah Athena dan memeluknya dari belakang. Athena sedikit terkejut kala ada yang memeluknya. Namun, keterkejutannya memudar saat meleihat ke cermin—Justin yang memeluknya. Athena pun tersenyum, dia mengeratkan pelukannya."Kenapa melamum?" Justin mengecup bahu Athena. "Apa yang kau pikirkan?""Tidak, Justin. Aku tidak memikirkan apa-apa," jawab Athena seraya memejamkan matanya kala Justin kini terus mencium bahu hingga