Athena duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Ya, setelah kembali dari kediaman Alessio, Athena memilih diam dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Tidak bisa dipungkiri, Athena tidak henti memikirkan kejadian tadi. Kejadian dimana dia mengetahui segalanya. Selama ini wanita yang telah dicintai Nathan adalah Kylie. Pantas saja Nathan begitu menunggu wanita yang dicintainya, kenyataannya Nathan mencintai sosok wanita yang begitu sempurna. Itulah yang ada di benak Athena.Justin yang baru saja keluar dari kamar mandi, dia menatap Athena yang tengah melamun. Kemudian, dia melangkah mendekat ke arah sang istri lalu duduk tepat di sampingnya. "Athena?" panggilnya seraya mengelus lembut pipi Athena."Justin?" Athena mengalihkan pandangannya, menatap Justin yang sudah duduk di sampingnya itu."Apa yang kau pikirkan? Apa kau masih mual? Besok aku akan meminta Dokter untuk memeriksamu." Justin menarik tangan Athena, membawanya masuk ke dalam dekapannya."Aku sudah l
Athena mematut cermin. Dia memoles wajahnya kala sedikit pucat. Ya, hari ini dia akan bertemu dengan Nathan. Dan tentu diantar oleh suaminya. Jujur saja, Athena sudah lama tidak berbicara dengan Nathan. Terlebih kali ini, mereka akan mengungkit tentang pembicaraan masa lalu. Namun, meski demikian kedatangan Athena hanya murni sebagai seorang sahabat dan tidak lebih."Athena," Justin berdiri di ambang pintu, dia menatap sang istri yang tengah berias. Kemudian dia melangkah mendekat ke arah Athena. "Apa kau sudah siap?" tanyanya seraya mengusap lembut rambut panjang Athena.Athena mengalihkan pandangannya dan tersenyum melihat Justin berdiri di sampingnya. "Justin, hari ini kau tidak ada pekerjaan? Maksudku, kau tidak apa-apa menemaniku?" tanyanya memastikan."Aku sudah meminta Peter mengambil alih pekerjaanku." Justin mengecup kening Athena. "Lebih baik kira berangkat sekarang."Athena mengangguk—dia mengambil tas dan ponselnya yang berada di atas meja rias. Kini Justin dan Athena berj
"Ka," Nathan menyapa saat melihat Justin duduk di ruang keluarga. Kini dia dan Athena melangkah menghampiri Justin."Kau tidak perlu ke kantor. Ambilah libur beberapa hari ini," ujar Justin saat melihat Nathan berdiri di hadapannya. Athena yang berada di samping Nathan, dia langsung duduk tepat di samping Justin."Banyak pekerjaan yang aku harus selesaikan. Aku tidak bisa berlama-lama libur." Nathan duduk di hadapan Justin. Kemudian, dia memanggil pelayan membawakan dua kopi untuknya dan Justin serta orange juice untuk Athena. Tak berselang lama, pelayan mengantarkan minuman yang dipesan oleh Nathan."Aku bisa menyelesaikan pekerjaanmu. Mungkin kau bisa ke Venice. Bukankah, kau sudah lama tidak ke Venice?" Justin mengambil cangkir yang berisikan kopi expresso yang terletak di atas meja dan menyesapnya perlahan."Aku tidak bisa tenang berlibur jika banyak pekerjaan yang belum aku selesaikan," jawab Nathan.Justin mengangguk. "Katakan jika kau membutuhkan bantuanku. Aku akan mengurus pe
Suara ketukan pintu terdengar. Justin yang tengah fokus pada MacBooknya, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan menginterupsi untuk masuk. Tidak lama kemudian, Peter, assistantnya melangkah masuk ke dalam."Ada apa?" tanya Justin dingin saat melihat Peter berdiri di hadapannya."Maaf, Tuan. Saya mengganggu. Di depan ada Nona Kylie ingin bertemu dengan anda. Tapi beliau tidak berani untuk masuk. Itu kenapa saya datang ke sini langsung," jawab Peter memberitahu."Kenapa dia tidak berani masuk?" Justin kembali bertanya dengan nada yang masih sama. Dingin dan raut wajah datar."Maaf, Tuan. Untuk itu saya tidak tahu," ujar Peter.Justin membuang napas kasar. "Minta dia untuk masuk.""Baik, Tuan." Peter menundukan kepalanya, dia langsung berjalan meninggalkan ruang kerja Justin dan segera mempersilahkan Kylie untuk masuk. Tepat di saat Kylie sudah masuk ke dalam ruang kerja Justin, Peter pun langsung pamit undur diri dari hadapan Kylie dan Justin."Ada apa kau datang ke sin
Kylie menegak vodka ditangannya hingga tandas. Dia duduk di depan bartender yang sejak tadi terus memberikannya minuman. Suasana klub malam yang didatangi Kylie ini tampak begitu ramai dengan pengunjung. Suara detuman musik terdengar hingga keluar. Ya. Tao Downtown adalah salah satu klub malam mewah yang ada di New York yang selalu didatangai oleh para pengusaha ataupun artis ternama. Malam ini Kylie sengaja untuk mendatangi tempat ini. Dirinya tidak mampu berpikir jernih. Terlebih hari ini Justin mengusirnya. Hatinya begitu hancur dan remuk. Dia tidak mampu lagi menahan semua ini."Berikan aku wine," ucap Kylie pada sang bartender."Nona, anda begitu banyak minum. Lebih baik anda segera pulang," ujar sang bartender."Berikan aku wine! Kau ini berisik sekali!" seru Kylie kesal.Sang bartender yang tadinya tampak enggan memberikan minuman untuk Kylie, dia pun tidak memiliki pilihan lain. Dia langsung menyajikan wine yang dipesan oleh Kylie. Kini Kylie kembali menegak wine yang baru saj
"Nyonya Athena," Seorang pelayan menyapa saat Athena tengah menata bunga-bunga yang ada di tamannya."Ya, ada apa?" Athena mengalihkan pandangannya, dia tersenyum hangat ke arah pelayan yang berdiri di hadapannya itu."Nyonya, di depan ada Nona Adelia datang," ujar sang pelayan memberitahu."Adelia datang?" Athena sedikit terkejut mendengar Adelia datang. Pasalanya, Adelia tidam mengatakan jika ingin datang ke rumahnya."Iya, Nyonya," jawab sang pelayan."Baiklah, aku akan ke sana." Athena langsung berjalan meninggalkan taman dan menuju ruang keluarganya tempat dimana Adelia sudah menunggu.Saat tiba di ruang keluarga, tatapan Athena teralih melihat Adelia tengah duduk seraya meminum teh. Kini Athena melangkah mendekat ke arah Adelia."Maaf membuatmu menunggu," ucap Athena saat tiba di hadapan Adelia.Adelia tersenyum. Lalu dia menepuk tempat duduk di sampingnya dan berkata, "Tidak perlu meminta maaf. Sekarang duduklah."Athena pun tersenyum dan duduk di samping Adelia. "Bagaimana kab
Sinar matahari pagi menembus sela-sela gorden menyentuh wajah Kylie yang tengah tertidur pulas. Perlahan Kylie mulai membuka matanya, dia mengerjap beberapa kali dan menggeliat. Seketika kening Kylie berkerut saat dia mendapati dirinya berada di sebuah kamar hotel. Wajahnya berubah menjadi begitu panik.Kylie langsung mengalihkan pandangannya ke tubuhnya—dia bernapas lega melihat tubuhnya masih memakai pakaian. Tapi tunggu, Kylie melihat kemeja hitam yang berukuran besar melekat ditubuhnya tentu bukan miliknya. Tatapannya berubah menjadi ketakutan. Pasalnya Kylie mengingat tadi malam dia memakai gaun berwana biru. Bagaimana bisa sekarang dia memakai kemeja hitam milik pria?"Astaga, apa yang terjadi tadi malam?" Kylie mulai meremas rambutnya. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi padanya. Alkohol sialan benar-benar membuatnya tidak mengingat apapun. Namun, tiba-tiba sesuatu muncul dalam ingatan Kylie. Ya, dia mengingat ada pria yang menghampiri dirinya dan berbicara padanya."Apa ya
"P-Pamela? Dia tidak mungkin seperti itu. Aku sangat mengenalnya." Tubuh Kylie hampir ambruk. Jika bukan karena pria itu yang menahan tubuhnya, mungkin sudah ambruk."Kau percaya atau tidak, tapi kau telah berhasil masuk jebakannya. Tadi malam kau meminta bantuannya, bukan?" Pria itu tersenyum sinis dan mengejek ke arah Kylie. Rasanya pria itu nyaris tertawa meihat wajah Kylie yang terkejut."Meminta bantuan? Aku tidak-" Mata Kylie membulat sempurna. Dia langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya kala dia mengingat kejadian tadi malam. Ingatan Kylie mengingat dirinya telah meminta bantuan pada Pamela. Wajahnya bertambah takut dan panik. Rasa putus asa ditambah pengaruh alkohol yang membuatnya hingga menghubungi Pamela."Ya, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan." Kylie meremas rambutnya dengan kuat. Dia tampak begitu gelisah dan takut. "Aku harus menyusul Pamela. Aku harus menghentikannya."Dengan wajah begitu takut, Kylie hendak meninggalkan kamar itu. Namun, lagi dan lagi langka