Winter tersenyum canggung sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Aku hanya ingin mengatakan penilaianku saja.” Sesungguhnya, Winter mengatakan pujian dan terima kasih itu bertujuan untuk mewakili jiwa Kimberly yang sangat ingin mengatakan itu kepada Marius karena hingga saat ini pria itu tidak pernah berubah kepada sosok Kimberly Feodora. Marius masih tetap menjadi seseorang yang mencintai Kimberly dengan cara yang sama, bahkan kini setelah jiwa Kimberly memasuki tubuh Winter sekalipun, Marius langsung merasakan keberadaannya. “Malam ini kau berubah” komentar Marius. “Itu benar, malam ini aku merasa sedikit menjadi lebih romantis setelah melihatmu.” “Kau pandai berbicara Winter.” “Aku hanya berbicara manis padamu.” “Kata-kata itu sering di gunakan oleh orang-orang yang pandai menggoda.” Winter tertawa malu, jika dia pikir-pikir lagi memang dia tidak berkata manis kepada Marius saja, namun kepada Marvelo juga. “Mulai malam ini aku akan berbicara manis kepadamu saja.” Mar
Sebuah kotak brangkas penyimpanan terbuka di atas meja, beberapa emas batangan berada di dalamnya bersama sebongkah berlian besar berwarna merah muda berada dalam kotak kecil, ada sebuah kalung berlian yang sangat terkenal di dalam kotak itu. Beberapa lembar sertifikat kepemilikan terbungkus dengan sempurna tidak ada yang rusak sedikitpun. Semua barang dalam brangkas itu adalah harta rahasia Kimberly yang selama ini dia sembunyikan, Kimberly tidak sempat menggunakannya karena dia tidak bisa langsung mengambil hartanya di tengah-tengah ratusan kamera yang terus menerus mengintai kesehariannya yang terpuruk. Para wartawan bersikap seperti burung kondor, semakin Kimberly sekarat dalam derita fitnah, mereka semakin berkerumun memperhatikam dan menantikan Kimberly mati untuk mereka cabik menjadi bahan makanan. Winter terbelalak takjub sekaligus tidak percaya, Mante Hemilton mengerjakan pekerjaannya dengan begitu cepat padahal tugasnya sangat berat karena bersangkutan dengan Bank dan keam
Derung suara motor terdengar kencang di jalanan, Marvelo mengendarai motornya dalam keadaan cepat melewati jalanan sepanjang kota Loor yang ramai. Winter mengeratkan pelukannya dan menyandarkan tubuhnya di balik punggung kokoh Marvelo. Di balik helm yang dia pakai, Winter memperhatikan setiap pemandangan yang di lewatinya, Winter merasakan nuansa yang berbeda saat dia melihat keindahan kota dengan mengendari motor. Nuansa kota Loor yang terang benderang di hiasi cahaya, gedung-gedung berasitektur indah dan menawan terlihat memanjakan mata, fasilitas transfortasi umum di setiap sudut tidak pernah berhenti di penuhi oleh orang-orang yang beraktivitas. Beberapa orang pejalan kaki berdiri berkumpul menonton pengamen jalanan, beberapa di antara mereka duduk di bawah tenda sambil menikmati segelas minuman. Jiwa Kimberly selalu merasa bersyukur karena dia bisa lahir dan tinggal di kota Loor dimana hampir semua orang sangat suka hal-hal yang indah dan estetik, memperhatikan fashion, menci
Setelah mendapatkan telepon dari Charlie, Marvelo membawa Winter pergi dengan tergesa, pria itu tidak menjelaskan apapun mengenai situasi yang sedang kini dia hadapi. Winter tidak berkata apapun, gadis itu hanya diam dan memperhatikan sesekali memberitahu Marvelo untuk hati-hati dan tidak terburu-buru. Meski Winter tidak tahu masalah apa yang terjadi, namun dia bisa merasakan kekhawatiran yang begitu besar pada diri Marvelo. Entah masalah apa yang sedang di hadapi Marvelo saat ini, tidak seperti biasanya anak itu bersikap seperti ini. Tidak ada percakapan apapun yang terjadi pada mereka sampai akhirnya Marvelo membawa Winter pada sebuah rumah berlantai tiga, rumah itu adalah kediaman keluarga Marvelo. Masih tanpa penjelasan apapun Marvelo langsung turun dari motornya, Winter yang penasaran ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi langsung berlari mengikuti Marvelo yang langsung masuk ke dalam rumah dan segera pergi menuju lantai dua. Kedatangan mereka di sambut oleh Charlie yang kin
“Ini kan yang kau mau dariku? Melihatku tersiksa dan mati?” Rasa sesak mencekik hati Winter yang kini berdiri melihat semua yang telah terjadi. Marvelo, pria yang selalu bereskpresi dingin dan terlihat sempurna, kuat, cerdas, ternyata dia memiliki luka yang begitu besar di dalam hatinya. Mata Winter memanas, sebuah perasaan penyesalan menghantam hatinya begitu tahu alasan mengapa selama ini Marvelo mau berdandan seperti perempuan. Rupanya semua itu untuk berpura-pura menjadi Vellyncia demi menghibur ibunya. “Marvelo” Bisik Irina sambil menangis terlihat sedih dan bingung karena ini untuk pertama kalinya Marvelo sangat marah kepadanya. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanya Marvelo dengan mata berkaca-kaca dan wajah yang terluka. Setetes air mata terjatuh dari sudut matanya, “Kau takut wajahku yang mirip dengan Vellyncia rusak? Apa baru sekarang kau peduli padaku?” “Marvelo..” “Mengapa kau melahirkan aku juga jika sepanjang hidupmu kau hanya mencintai Vellyncia?” Lirih Marvelo
Vellyncia yang ingin pergi jalan-jalan ketika semua orang sibuk mempersiapkan pesta, Vellyncia memaksa Marvelo untuk menemaninya pergi berkeliling di salah satu hutan yang mengelola pabrik kertas milik keluarga mereka. Marvelo dan Vellyncia pergi ke hutan bersama-sama dan menghabiskan waktu mereka dengan berjalan-jalan dan memetik bunga, namun karena hutan yang luas, Marvelo dan Vellyncia tersesat di hutan itu. Dalam perjalanan pulang mencari jalan, mereka sempat berlari ketakutan karena mendengar suara tembakan sekelompok pemburu. Marvelo dan Vellyncia terjatuh ke jurang dan mengalami luka berat, mereka baru bisa di temukan setelah sepuluh jam hilang. Keadaan Marvelo dan Vellyncia yang sama-sama dalam keadaan buruk langsung di bawa ke rumah sakit. Marvelo yang terluka sangat parah mengalami beberapa patah tulang dan kerusakan yang lain, sementara Vellyncia yang memiliki tubuh lemah itu menjadi kritis. Dokter mengatakan salah satu di antara mereka harus di selamatkan, mustahil jika
Lama mereka berada di sisi danau, Marvelo mulai mendapatkan ketenangannya kembali, Winter masih duduk di sisinya sejak tadi. Winter tidak beranjak pergi meski Marvelo sudah meminta. Winter tahu bagaimana perasaan Marvelo, pria itu membutuhkan seseorang yang berada di sampingnya, tidak perlu berbicara, tidak perlu menasihati, cukup saja dengan diam dan menjadi pendengar yang baik untuknya. Malam ini, untuk pertama kalinya Marvelo menceritakan semua yang telah terjadi kepadanya hingga membuat dia sering berpakaian wanita. Melihat kesedihan Marvelo, ada perasaan kuat di hatinya yang membuat dia merasa sangat peduli kepada Marvelo. Jiwa Kimberly tahu ini bukan perasaan miliknya, namun ini perasaan milik Winter Benjamin. “Kau pasti kesal saat aku memanfaatkan kelemahanmu waktu itu,” bisik Winter sedih. Marvelo tersenyum samar mendengarnya, dia memang pernah merasa cukup kesal dengan sikap Winter, namun di balik kejadian itu hubungan mereka menjadi kembali dekat. Sejak mereka saling s
“Aku harus segera pulang, sampai bertemu di sekolah” perlahan Winter membungkuk dan tanpa terduga dia mengecup kening Marvelo, dengan cepat Winter turun dari ranjang dan berlari keluar meninggalkan Marvelo seorang diri yang masih terbaring di ranjangnya. Suara hembusan napas kasar terdengar dari mulut Marvelo, semu merah malu menghiasi wajah tampannya, namun sorot mata Marvelo menyiratkan perasaan sedih. “Seharusnya kau tidak terlalu dekat dan besikap terlalu lembut dengaku jika kau hanya ingin kita menjadi teman saja Winter,” bisik Marvelo berbicara pada kesunyian di sekitarnya. Marvelo mengusap dadanya dan merasakan degup kencang jantung yang berdebar, ironis untuk Marvelo karena terus menerus terpengaruh oleh semua kebaikan dan kata-kata Winter yang sebenarnya hanya sekadar bercanda. “Bodoh” maki Marvelo pada dirinya sendiri karena dia sudah membodohi dirinya sendiri. Marvelo jatuh cinta kepada Winter sejak pertama mereka bertemu, Marvelo tidak pernah berpaling pada gadis lain