“Aku mencintaimu.”
Sepasang mata kecokelatan itu membelalak. Ia terkesiap dengan pernyataan yang baru saja didengar.
Apa kalian mendengar?
“Baby.” Lelaki itu melirih dalam keputusasaan.
Wanita itu mengerjap. Seolah-olah ia baru saja bangun dari tidurnya. Padahal, ini bukan di atas ranjang ataupun sofa. Tapi, di meja makan.
“Gabriel.”
“Ya.”
Pemilik nama Rebecca Annastasia itu memberanikan menatap lelaki yang baru saja menyatakan cintanya. Menelisik apakah yang diucapkan tadi adalah kebohongan atau bukan.
Namun, selama ia menyusuri tatapan mata lelaki itu, hanya ada kesungguhan yang membuat ia tersentak. Tak begitu percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Dicintai seorang pria jelas tidak pernah Becca pikirkan. Apalagi pria setampan dan sesempurna Gabriel.
“Kau tadi ... mengatakan ...”
Gabriel menganggukkan kepalanya dalam keterbatasan.
“Ha ha ha ha ...” Tawa Albert menggema tatkala ucapan wanita itu dianggap sebagai lelucon olehnya. “Siapa kau berani menawarkan kerja sama denganku?”Albert menepuk kedua pahanya sendiri dengan tepukan bertubi-tubi. Seolah-olah ia sedang melihat acara televisi yang paling lucu.“Ternyata kau tetap bodoh, Albert Dominic!” desis wanita itu sinis.Pernyataan itu serta merta membuat tawa Albert terhenti. Digantikan seringai tajam yang siap menerkam wanita angkuh itu.Dengan gerakan cepat Albert membaringkan wanita itu dan menindihnya. Membuat sang wanita malah membalas dengan senyuman mengejek.“Kau tak bisa melakukan ini padaku, Albert Dominic!” ucapnya tanpa ada rasa takut.Memperlihatkan seringainya, Albert menunduk. Menatap pada kedua payudara besar yang memanjakan sepasang matanya.‘Sebelum mendepaknya keluar ... boleh juga dia menjadi santapan malam ini.’&ldqu
Setelah melewati drama pemilihan gaun yang cukup membuat pemilik nama Rebecca pusing, Gabriel kembali berulah ketika mereka berada di salah satu toko perhiasan terbesar di New York City.Lebih dari sepuluh model terbaik ditunjukkan kepada Gabriel, tapi tak satu pun ia pilih. Kurang menarik, tidak pas, dan terlalu sederhana menjadi tiga dari banyak alasan yang lelaki itu ucapkan.Tak terkira betapa malunya wanita yang menjadi pusat perhatian para pegawai dan beberapa orang di tempat tersebut.“Sudahlah Gabriel! Pilih saja yang ini.” Rebecca mulai kesal dengan tingkah Gabriel yang entah mengapa kebanyakan drama.“Tidak. Menikah adalah satu kali seumur hidup. Aku tak mungkin memilih asal-asalan jika itu berhubungan dengan kau, Baby,” ucap Gabriel tanpa melihat bagaimana ekspresi pelayan itu berubah menjadi terkejut.Menarik kemeja yang Gabriel kenakan, Rebecca mendekat. “Kau mau mengumumkan tentang pernikahan kita kepada
Seperti yang wanita itu ucapkan sebelumnya, ia akan memuaskan lelaki yang kini berdiri menjulang. Menunduk ke bawah dengan mata berkabut gairah.“Bagaimana, Sir? Apa Anda sudah siap memulainya?” tanya Becca yang sudah berada di posisinya. Dengan kedua lutut menyentuh lantai dan sehelai dress yang belum ia tanggalkan.Demi Tuhan! Bertahan adalah hal yang menjadi sulit bagi Gabriel. Dan berbicara seolah menjadi hal yang tak perlu dilakukan. Karena hasrat dalam dirinya saat ini hanya menginginkan sebuah sentuhan yang mampu membuat kecemasannya teredam.“Lakukan, Baby! Lakukan apa pun yang kau inginkan,” ucap Gabriel putus asa. Dengan tatapan yang semakin sayu.Sebuah perintah yang terselip permohonan itu membuat senyum di bibir Becca mengembang. Entah mengapa ia merasa puas bisa melihat sisi Gabriel yang seperti ini. Yang memohon, yang melembut, dan yang menggemaskan.Dan sedetik kemudian, tangan mungil Becca menarik ritsleting
Desahan dan lenguhan bersahutan silih berganti. Gerakan erotis yang tercipta dari sepasang kekasih di atas karpet merah menuntut satu kepuasan hasrat.Dua manusia berbeda jenis kelamin itu saling bergerak acak mengejar kenikmatan yang membayang di pelupuk mata. Sebentar lagi, pihak wanita adalah yang menjadi ke sekian kali mendapatkan ledakan klimaksnya. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan sang lelaki yang belum mendapatkannya.Gerakan pinggulnya yang semakin tak teratur membuat napas lelaki itu terengah-engah. Ia mencoba menggapai ledakan dahsyat yang akan meremukkan semua tulang di tubuhnya.Di saat sensasi liat, hangat, dan basah menyergap bagian tubuh bawahnya, membuat lelaki itu semakin gelap mata. Ia menghunjam dengan gerakan liar dan membabi buta. Menekuk kedua kaki sang wanita dan menghunjamkan miliknya.Dan beberapa saat kemudian, gelombang dahsyat itu menghantamnya. Ia menekan miliknya semakin dalam. Membiarkan semua cairan cinta itu tertu
“A-apa?” pekik Gerald dengan kedua mata membulat. Punggungnya yang semula bersandar, kini tegak kembali. Raut wajahnya menunjukkan rasa syok yang luar biasa.Apakah ia salah mendengar? Apakah tadi Lucia menyebutkan nama Alexander Johnson?“Ho-honey.”Gerald tergagap. Lidahnya tiba-tiba menjadi kaku dengan dentuman di dada yang semakin menyakitkan. Dunianya seakan runtuh mendapati kenyataan yang baru ia dengar.Sedangkan Lucia masih duduk tegap dengan ekspresi datar. Ia sudah menduga akan seperti apa Gerald saat mengetahui semuanya.Hening. Hanya ada deru napas yang bersahut-sahutan di dalam kamar mereka hingga beberapa saat.Gerald masih bingung untuk mengatakan apa pada wanitanya. Pun dengan Lucia yang menunggu pertanyaan lelaki itu selanjutnya.“K-kau tidak sedang bercanda bukan?” Gerald berharap Lucia akan mengangguk, tapi yang ia dapatkan malah sebaliknya. Wanita itu menggeleng dan menuntaskan dal
Menghabiskan waktu sore hingga malam dan berlanjut sampai pagi hanya untuk bercinta, merupakan hal pertama kali yang Gabriel lakukan selama hidupnya.Lelaki muda berusia dua puluh sembilan tahun itu tak pernah memiliki bayangan jika ia akan terlena pada sentuhan seorang wanita. Sedikit saja pergerakan sang wanita mampu membangunkan gairahnya.Seperti pagi ini ketika ia sudah siap dengan setelan formal dan bersiap ke kantor. Tepukan lembut yang berasal dari wanita terbalut gaun tidur tipis tanpa memakai pakaian dalam itu mampu menggetarkan hasratnya. Padahal, sebelum memutuskan mandi, ia sudah mendapat pelepasan pertamanya di pagi hari.“Gabriel!”Wanita dengan iris kecokelatan itu memekik kala pinggangnya direngkuh secara tiba-tiba. Ia mendaratkan kedua tangannya mesra di dada bidang Gabriel yang sudah terbalut pakaian.“Berikan padaku sekali lagi, Baby! Aku tidak akan bisa berangkat ke kantor dalam keadaan seperti ini,” bis
“Eh, Nona Muda sudah bangun?” celetuk pelayan yang membawa nampan berisi minuman dan kudapan ringan.Becca tersentak ketika pelayan itu menyapanya secara tiba-tiba.“Y-ya.”“Nyonya, Nona Muda sudah bangun.”Suara pelayan itu membuat wanita paruh baya yang masih berbicara dengan seseorang di seberang sana bangkit dan segera mematikan sambungan teleponnya.“M-mommy?” Becca melirih dengan kegugupan yang luar biasa.‘Bagaimana ini? Kenapa tiba-tiba Mommy datang tanpa pemberitahuan?’“Kau sudah bangun, Sayang,” sambut Adelia yang berjalan mendekat. Kemudian memeluk tubuh mungil yang terbalut kemeja kebesaran pria tanpa pakaian dalam itu.Lidah Rebecca kelu sekadar menjawab pertanyaan mudah yang dilayangkan padanya. Bagaimana ia bisa percaya diri saat penampilannya begitu memalukan?Tak langsung mendapat jawaban, Adelia menarik diri. Mengulas senyuman mani
Gabriel tertegun melihat perubahan total pada ruang tamu di dalam unitnya. Banyak perabotan dan warna baru, menghiasi ruangan yang biasanya terkesan maskulin dan gelap.Selain itu, banyak pernak-pernik dengan warna terang yang menghiasi sudut ruangan.Mengedarkan pandangan ke arah lain, ia melihat keadaan dapur yang memiliki perubahan kecil.“Ada apa ini? Apakah Becca yang mengatur ulang semuanya?” gumam Gabriel sendirian.Ia terus melangkah masuk. Melewati ruang menonton, ia kembali terperangah ketika ada beberapa pot bunga mawar tersusun rapi di sudut ruangan.“Astaga!” Ia menggelengkan kepalanya. Merasa asing dengan tempat tinggalnya sendiri.Langkahnya kembali menuntun lelaki itu masuk ke kamar, mencari sang pujaan hati. Namun, ketika ia masuk, tak ada siapa pun di dalam sana.“Baby.”Tak ada jawaban atau memang tidak ada orang lain selain dirinya.Gabriel meneliti walk in closet d