Suara musik DJ menggema di salah satu kelab malam di kota New York. Tempat hiburan malam yang memiliki privasi untuk kalangan atas serta berkumpulnya para jalang bertitel Internasional itu sudah dipadati oleh pengunjung.
Para pria bersetelan formal terlihat duduk bersama dua jalang di masing-masing sisi mereka. Sekadar menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dan menghilangkan beban yang terlalu berat. Yang harus mereka pikul.
Dan di salah satu ruang VVIP, seorang gadis dengan dres sederhana dengan panjang selutut tanpa lengan, sudah duduk di samping pria tampan bermata biru.
Gadis berambut ikal itu sudah lebih rileks berdekatan dengan pria yang sudah membayarnya. Ya, sejak kemarin malam, tidak ada hal lain yang terjadi. Selain perbincangan ringan.
“Kau ingin mencobanya?” tanya pria itu.
Gadis bermata cokelat itu menatap gelas yang sedang diisi dengan cairan mahal oleh pemiliknya. Ada rasa penasaran yang ia rasakan. Ia mengerjapkan mat
Selama dua puluh sembilan tahun lamanya, Gabriel belum pernah mempunyai keinginan seperti ini. Rasa ingin memiliki seorang gadis yang mampu mengusik ketenangan hatinya.Seperti yang media sosial tahu, bahwa kehidupan CEO Johnson Corporation itu terkesan datar. Hanya ada prestasi yang memenuhi biodata diri, baik di media cetak maupun elektronik.Namun, kini semuanya telah berubah. Semenjak kejadian kemarin malam, pria itu tak bisa tidur dengan benar. Ada rasa rindu ingin bertemu dengan gadis yang mampu menyelinap melalui celah sempit ke dalam hatinya.Dan tak berlebihan mengatakan itu adalah rindu. Karena, semua itu jelas mudah terlihat bagi orang-orang di sekitarnya.Seperti siang ini. Ketika meeting bersama Dewan Direksi berlangsung, pikiran pria itu berada di tempat lain. Dan itu semua tak lepas dari pengamatan Algio yang sejak tadi mengambil alih presentasi di depan layar.“Maaf, Mr, apakah anda baik-baik saja?” tanya Algio hati-hati
Sepertinya efek ucapan Gabriel kemarin menimbulkan kegaduhan yang tak main-main. Pagi ini, di meja makan kediaman Johnson telah ramai oleh perbincangan para orang tua. Yakni, William, Maria, Alexander, dan Adelia.Alexander dan Adelia bahkan sempat syok ketika mendengar penuturan William. Jelas saja, bagaimana bisa mereka tidak terkejut dengan berita itu. Sebab, sudah sejak lama kedua orang tua itu pernah ditolak ketika menginginkan putranya mengenalkan seorang kekasih.Dan tentu saja penuturan William barusan, menerbitkan binar-binar kebahagiaan bagi Alexander maupun Adelia. Bahkan, wanita yang melahirkan Gabriel itu hampir menangis, karena terlalu bahagia.“Jadi ... siapa yang bisa menebak calon istri Gabriel?” tanya William di tengah perbincangan hangat itu. Pria berusia senja itu menatap istri, putra dan menantunya.Mereka saling pandang. Namun, tak ada yang mampu mengeluarkan suara. Karena memang tidak ada clue sedikit pun tentang sosok i
Suara lembut dari gadis di seberang sana membuat Gabriel terhempas di hamparan bunga yang sedang bermekaran. Lembut, merdu, dan memanjakan telinganya.Butuh kekuatan bagi seorang Gabriel untuk mempertahankan kewarasannya. Karena, akan sangat memalukan jika sapaan tegas yang dimilikinya, berubah menjadi rayuan bisa membuat harga dirinya jatuh.Jelas saja. Dia yang dikenal sebagai pribadi tegas tidak mungkin merayu seorang wanita, bukan? Apalagi ia selalu menolak rayuan dari wanita yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan.Merayu ... jelas bukan sikap Gabriel selama ini. Dan kalaupun ada, jelas itu hanya untuk orang tertentu.Akan tetapi, terkadang bukankah akal sehat bisa tergantikan menjadi tingkah konyol yang tak sengaja dilakukan oleh seseorang yang sedang kasmaran?Kasmaran? What?!Pria bermata biru itu tampak salah tingkah. Ia menggelengkan isi otaknya yang hampir saja menjerumuskan dirinya.Tidak mungkin seorang pria dingin
Gabriel tak menghiraukan kehebohan yang terjadi di dalam rumah utama kediaman Johnson. Ia mengabaikan bagaimana pembahasan tentang pernikahan yang dirancang oleh para orang tua.Jelas saja. Ia tak bisa mangkir dari posisinya sebagai bagian dari keluarga besar itu. Apalagi ia termasuk cucu tertua dan sudah cukup umur untuk membina rumah tangga.Helaan napas berat Gabriel berembus ketika ia menikmati hari liburnya di halaman belakang. Menghadap ke arah taman, yang dipenuhi aneka bunga mawar favorit Mommy-nya.“Gabriel.” Suara wanita berusia senja itu menarik kesadaran Gabriel yang sempat melayang entah ke mana.“Grandma.” Dengan sigap Gabriel mengulurkan tangannya. Mengambil alih untuk menuntun wanita itu duduk di sampingnya.“Kalian bisa pergi,” titah Maria kepada dua pelayan yang bertugas menjaganya.Setelah kedua pelayan itu pergi, helaan napas wanita tua itu berembus. Dan itu cukup mengundang fokus Gabri
“Hanya ada dua pilihan di sini. Kita menikah dengan kontrak yang saling menguntungkan atau menikah dalam arti layaknya pasangan pada umumnya.”Ucapan Gabriel menggema di benak Becca sejak mereka berpisah. Tepatnya, setelah gadis itu pulang ke kontrakannya.Menikah dengan terikat kontrak.Menikah umum layaknya pasangan lain.Dua hal itu membuat otak Becca pusing mendadak. Katakan gadis di belahan dunia mana yang bisa langsung memutuskan pilihan sulit itu.Jika gadis masih dalam keadaan waras dan sehat, tentu saja tak akan begitu saja mengiyakan. Kecuali memang ada maksud lain di dalamnya.“Oh, Tuhan! Bagaimana Aku harus memilihnya?” gumam Becca di dalam kamarnya.“Memilih apa, Sayang?”DegTubuh Becca membeku saat suara mamanya menggema di belakangnya.“Becca?”Tak ingin mengundang sang Mama curiga, gadis itu menetralkan mimik wajahnya dan segera membalik
Suasana mendadak hening ketika Gabriel mengucapkan permohonan kepada para orang tua.Memohon, jelas bukan style Gabriel Johnson. Laki-laki dua puluh sembilan tahun itu belum pernah sekalipun melakukannya. Dan hal ini menjadi pertama kali.Maka, tak mengherankan jika semua para orang tua terkesiap dengan permohonan tulus, yang baru saja Gabriel ucapkan. Terutama bagi Maria dan Adelia.Kedua wanita berbeda usia yang sudah menjadi ibu itu, tercekat. Lidah mereka terasa kelu untuk menjawabnya.Bukan karena mereka tak setuju. Namun, permohonan itu benar-benar membuat mereka tak bisa kata-kata.“Grandma, Mommy.” Gabriel beralih menatap Maria dan Adelia bergantian. Menuntut sebuah jawaban disertai doa yang ia inginkan.Maria dan Adelia saling menatap. Dan ketika ada satu anggukan singkat Adelia, Maria tahu apa yang harus ia lakukan.“Gabriel ...”“Ya, Grandma.”“Siapa gadis itu
“Ulur ‘kan tangan kananmu!” titah Gabriel kepada Becca.Gadis yang masih bingung dengan kalimat perintah itu hanya mengerutkan dahi. “Tangan? Buat ...”“Kelamaan,” desis Gabriel tak sabaran. Ia menarik tangan Becca dan melingkarkan pada lengannya.Becca tertegun. Melihat ke arah lengannya dan wajah tampan Gabriel bergantian. Ada gelenyar aneh yang menyusup tanpa permisi ke pintu hatinya.“Begini seharusnya yang pasangan lakukan jika bersama.”Itu bukan pertanyaan. Juga bukan sebuah pernyataan. Tapi, itu adalah satu pemberitahuan yang diberikan oleh Gabriel.Padahal, jika dilihat ke belakang, ia sendiri belum pernah bergandengan seperti ini dengan wanita lain. Selain anggota keluarganya.“S-Sir ...?” gumam Becca.Seulas senyum tampan yang belum pernah Becca lihat, terbit. Di bibir Gabriel yang tebal dan memiliki warna merah muda. Membuat ia bergetar.
Bukan hal yang mengherankan jika Lucia lebih banyak diam ketimbang bertanya lebih jauh. Karena hanya mendengar namanya saja, ia sudah tahu siapa yang berada di hadapannya.Johnson, nama marga yang sangat tersohor di Benua Amerika karena kejayaannya.Oleh karena itu, permohonan yang diucapkan Gabriel beberapa saat lalu, membuat Lucia harus berpikir keras. Ada ketakutan tak kasat mata melihat bagaimana masa lalu yang bersinggungan adalah bukan hal yang baik.Apa yang akan dikatakan oleh keluarga Johnson jika mengetahui siapa Daddy dari putrinya? Dan dengan cepat pikiran wanita paruh baya itu mendapat jawaban menurut versinya sendiri.Takut dan gelisah.Jelas saja menjadi satu hal yang membuat Lucia mati-matian bertahan untuk bungkam. Dan ketika hari ini terjadi, ia menyadari satu kesalahan terbesar yang ia sembunyikan dari putrinya selama ini. Menceritakan siapa jati diri Daddy-nya.“Nyonya ... ijinkan saya melamar putri Anda untuk saya