Kalau semalam Sagara menuduhnya dijodohkan dengan Samuel, kali ini Natalia harus menelan kembali pahitnya hidup sebagai putri konglomerat. Kenyataannya, upaya perjodohan di kalangan mereka memang hal biasa. Natalia setengah cemberut saat turun dari mobilnya. Mengenakan dress warna hitam kiriman sang nenek yang membalutnya sempurna, Natalia terpaksa menjejakkan kaki di sebuah hotel bintang lima. Bagaimana tidak? Neneknya sudah mirip pegawai penagih pinjol yang tidak henti-hentinya meneror Natalia melalui panggilan telepon sejak pagi tadi. Telinganya panas mendengarkan ocehan neneknya yang begitu gencar memintanya untuk datang pada acara pertemuan malam ini. Seluruh pakaian Natalia malam ini adalah pilihan neneknya. Natalia juga dijemput mobil dan supir keluarga untuk berangkat malam ini. Pokoknya tidak ada celah baginya untuk kabur. Heels tingginya berjalan memasuki lobby, menunjukkan kartu tanda pengenal serta kartu nama yang semalam diberikan. Begitu melihatnya, sang karyawan
"Masih magang kok sudah berani terlambat? Anak magang zaman sekarang memang selalu seenaknya, ya?"Sindiran keras dari lelaki parubaya dibelakangnya berusaha diabaikan Sagara. Lelaki itu hanya tersenyum kecil sembari mengangguk sopan sebagai tanggapan. Telinganya panas—begitupula hatinya yang sudah teramat geram. Apa yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah mengabaikan sindiran- sindiran pedas yang kalau dia ladeni bisa berpotensi mengoyak jejak karirnya. Untuk saat ini, biarkan saja lelaki tua yang masih memandanginya dari atas sampai bawah itu menggonggong sendirian.Tag nama yang tergantung di lanyard miliknya jelas menerangkan statusnya sebagai anak magang di perusahaan ini. Juga penampilannya dengan kemeja flanel dan jeans hitam yang nampak kasual—kontras dengan kebanyakan karyawan yang tampil klimis. Bagian ini jelas bukan sebuah kesalahan, baik karyawan tetap ataupun karyawan megang di divisi fototografi memang berpenampilan sepertinya, kok.Tangannya sibuk membenahi backpack hi
"Apa mama bilang?! Temen kamu itu penipu!"Ini baru hari ketiga dan Sagara sudah menghela nafas kasar entah untuk keberapa ribu kalinya. Lelaki itu mengusap telinganya yang hampir berdengung setelah kembali mendengarkan ocehan dari sang mama. Sembari menggeret koper sedang dibelakangnya, Sagara berhenti sebentar lalu mengengok kebelakang setelah berhasil keluar dan berjalan kurang lebih 100 meter dari rumah indekos yang sempat dihuninya selama 3 hari kemarin."Masa magang belum dimulai dan kamu bahkan sudah hampir kehabisan uang! Pergaulan ibukota memang keras, ditambah anak blangsak itu juga kurang ajar! Sudah syukur mama nggak melaporkan dia ke polisi!" Cukup sial atau sangat sial? Mati- matian Sagara meminta restu dari mamanya yang sangat overprotektif itu agar diizinkan merantau ke ibukota guna mengikuti program magang yang sudah lama dia apply. Tapi baru sampai saja dia sudah kena tipu?Sagara memang berencana untuk menempati rumah kos yang dulunya ditempati oleh salah satu tem
Sagara Adinata memulai paginya dengan semangat baru. Ini adalah hari pertamanya menjejakkan kaki sebagai pegawai magang di salah satu perusahaan ternama yang telah lama dia impikan.The Cassiluxe.Sebuah perusahaan yang menyediakan jasa produksi dan publikasi yang tak tergeser dari top 3 perusahaan jasa media terbaik di negeri ini. Berani bersaing baik dalam negeri maupun di kancah internasional.Sagara patut berbangga diri. Meskipun hanya program magang, namun dia adalah satu- satunya mahasiswa dari kotanya yang berhasil menembus program magang di perusahaan impiannya itu. Sebagai seorang pemagang yang berfokus pada desain visual dan juga fotografi, Sagara berharap bisa mendapat kesempatan- kesempatan luar biasa dengan bergabung disini. Dengan kinerja yang baik, siapa tahu Sagara bisa mendapatkan akses untuk melanjutkan karirnya disini kedepannya.Setelah melapor pada bagian administrasi, para anak magang dikumpulkan dalam satu ruangan khusus untuk pembekalan awal. Tidak banyak, ad
Baru hari pertama sudah party. Akhirnya Sagara membuktikan sendiri motto hidup khas anak- anak muda hedon ibukota. Belajar, bekerja lalu pelariannya berpesta pora. Oh astaga! Mereka baru saja diterima magang, namun jalan yang dipilih untuk menjalin keakraban adalah justru dengan open table? Budaya dari mana ini?Sagara mengiyakan ajakan sesama rekan magangnya untuk makan malam bersama. Katanya mereka hanya akan makan malam di salah satu resto dekat kantor sebagai bentuk ucapan selamat karena telah diterima magang dan sekaligus mengakrabkan diri. Jadilah sepuluh orang muda mudi itu beriringan masuk menikmati makan malam dengan menyenangkan. Namun Sagara tidak pernah tahu bahwa akan ada acara lanjutan setelahnya. Dia tidak pernah tahu bahwa acara makan malam yang tadinya diisi riuh tawa kini berubah jadi gemerlap malam berisik ditemani belasan botol alkohol berjejer rapi diatas meja.Entah sudah berapa botol yang tandas tak bersisa. Sagara hanya bisa mengamati dan berusaha bersosiali
Apa yang terjadi semalam? Otaknya berusaha keras menemukan kepingan memori yang entah bersembunyi dimana. Sagara sama sekali tak mengingat apapun setelah bagian dia menaiki mobil dari aplikasi ojek online. Apa yang terjadi setelahnya? Sagara takut mengacau disini. Dia menelan ludahnya susah payah saat jemari Natalia semakin berani menelusuri garis rahangnya. Sagara harus berjuang menyatukan kepingan puzzle berantakan dalam otaknya sembari menahan dirinya dari serangan hasrat yang berbahaya. Bagaimana tidak? Selain sentuhan- sentuhan riskan itu, penampilan wanita matang dihadapannya tentu sangat mengusiknya. Setelah mengumpulkan sedikit keberanian, Sagara mencekal pelan pergelangan tangan Natalia. "Astaga! Kemana perginya uang hasil kerja keras tante? Apa semahal dan sesulit itu membeli satu kaos yang lebih nyaman untuk digunakan?" Sejujurnya Sagara tidak tahu darimana ia mendapatkan keberanian untuk menyindir wanita yang tujuh atau mungkin delapan tahun lebih tua darinya itu. Saga
"Kenapa tampang lo kusut begitu? Mana semangat pemagang muda yang membara?"Sagara baru saja menginjakkan kaki di ruangan barunya dan sapaan menyebalkan Mario sudah hampir membuatnya naik darah. Masih segar dalam bayangannya bahwa salah satu penyebab aksi memalukannya kemarin adalah Mario Hutomo—manusia yang memaksanya untuk tetap hadir dalam pesta dadakan menyebalkan semalam.Andai saja Sagara tidak menuruti paksaannya kemarin, dia mungkin tidak akan berakhir menunjukkan sisi memalukan pada Natalia.Setelah kejadian memalukan itu, sekarang dengan wajah bahagia seolah tanpa dosa Mario justru merangkulnya akrab. Sekaligus membuat Sagara sadar bahwa enam bulan kedepan dia akan banyak bekerja sama dan berbagi ruang dengan manusia super ajaib disebelahnya itu. Sagara bisa apa?"Ck! Pokoknya besok- besok gue gak mau lagi ikutan kalau ada minum- minum mendadak!" ketusnya.Mario hanya bisa nyengir tanpa beban. Lelaki kurus itu menyenggol pelan lengan Sagara, "emang kenapa, sih? kena damprat s
Mengisi kekosongan lemari? Sekarang Sagara justru harus meratapi lemari besarnya yang penuh dan sesak, tidak ada sedikitpun space yang tersisa. Bahkan ada beberapa pakaian yang terpaksa harus dibiarkan terlipat dalam tas tanpa masuk lemari. Pikirnya Natalia hanya mengambil beberapa. Mana dia tahu kalau ternyata wanita itu justru membeli hampir separuh dari isi toko eksklusif itu? Astaga! Sagara merasa ini semua berlebihan. Mengapa tiba- tiba Natalia memberikan ini semua padanya? Lagipula bantuan apa yang Sagara berikan sampai dia harus menerima semua beban ini? Memeriksa beberapa dan menemukan tag brand yang ada disana. Sagara mencari tahu sedikit tentang seri tersebut dan sempat melotot melihat harganya. Salah satu setelan disana bahkan nilainya jauh lebih mahal dari fee magangnya dalam satu bulan. Natalia sekaya itu? Apakah gaji kepala divisi di perusahaannya memang sebesar itu sampai- sampai Natalia bisa memberinya banyak begini tanpa menginginkan apapun? Perasaannya jela