***“Apa kau tidak masalah pergi ke pantai?” Adeline bertanya cemas. Dia tahu River punya trauma dengan lautan.Sang pria yang kini memeluknya di ranjang pun membuka mata.“Laut tidak membuatku takut sejak bertemu denganmu, Adeline,” bisiknya.Mendengar itu, Adeline pun tersenyum. Dirinya memang melihat River berulang kali melawan traumanya.“Jenny sangat ingin melihat laut. Anggap saja ini sebagai perayaan ulang tahunku juga,” sambung River merengkuh tubuh Adeline lebih erat.“Hah … kau memang keras kepala,” sahut Adeline mendesah.“Tapi kau menyukainya ‘kan?” River menyambar seiring sebelah alisnya yang terangkat.“Cih! Siapa yang bilang?!” Adeline membalas dengan senyum tertahan.River menyeringai melihat wajah wanita itu memerah. Dia pun membelainya dan lantas mendaratkan kecupan mesra di bibir Adeline.Hingga esok harinya di akhir pekan, mereka pun pergi ke vila keluarga Herakles di Flo Marina. Siegran dan beberapa anak buah River ikut ke sana untuk menjaga keamanan mereka.Begit
***San Pedro, musim semi.“Besok hari minggu, apa kalian mau ikut Nenek ke mansion Herakles? Kakek punya burung baru di kebun Turmalin,” tutur Anais sambil memangku Jennifer yang berusia lima tahun.Anak kecil yang semula asik memakan lolipopnya, langsung mendongak pada Anais. “Burung baru? Kali ini warnanya apa, Nenek?”Jenson yang mendengarnya langsung menyahut, “apa burungnya besar?”“Kalian akan tahu setelah melihatnya langsung!” sahut Anais sengaja membuat dua cucunya penasaran.Jennifer seketika turun dari pangkuan Anais. “Nenek, aku mau melihatnya!”Anak itu berpaling pada saudara laki-lakinya dan melanjutkan, “Jenson, ayo kita ikut Nenek dan lihat burungnya!”“Bilang pada Mommy jika kalian mau ikut Nenek. Jika Mommy mengijinkan, kalian bisa menginap 3 hari di mansion Herakles,” sahut Anais berbisik.“Ini seru. Aku akan meminta Kakek bermain di kebun Turmalin!” tukas Jenson antusias.Bocah itu menoleh pada adiknya dan berkata, “Jenny, ayo kita minta ijin Daddy dan Mommy!”Dia
“Senang bertemu Anda, Nona Nancy,” tutur River begitu menarik diri.Adeline seketika berpaling saat mendengarnya.‘Ah … jadi dia senang bertemu wanita seksi ini, ya? River Reiner, aku baru tahu ternyata seleramu mengejutkan!’ batin Adeline menatap tajam.River menyadari istrinya terganggu, tapi dia harus tetap menjaga sopan santun di depan Nancy.Wanita seksi itu menjulurkan tangannya membelai wajah River seraya berkata, “Anda datang untuk liburan?”River mencekal tangan Nancy dan tersenyum dingin. Tanpa ragu, dia merengkuh pinggang Adeline agar mendekat padanya.“Benar, Nona. Saya sedang liburan bersama istri saya-Adeline!” tukas pria itu tegas.Nancy menatap Adeline dari atas sampai bawah. “Menarik, istri Anda sangat cantik, Tuan Reiner.”“Terima kasih, saya sering mendengarnya!” sambar Adeline yang menjawab impulsive.Nancy seketika menyeringai, dia menawarkan jabatan tangan seraya berkata, “saya Nancy Weber!”“Adeline Herakles!” sahut istri River itu meraih tangan Nancy.Alih-alih
*** San Pedro, musim panas. “Maaf, Nona. Seseorang mengirimkan ini untuk Anda,” tutur Kepala Pelayan sembari menyerahkan karangan mawar merah muda pada Jennifer. “Benar itu untukku?” Jennifer menyahut heran.Biasanya kiriman bunga atau hadiah yang datang padanya, sebenarnya untuk Jenson. Ya, para gadis kerap menitipkannya pada Jenny dan meminta gadis itu menyerahkannya pada Jenson. “Kurir bilang ini untuk Nona Jenny,” sahut Kepala Pelayan tadi. Jennifer pun meraih bunga itu. Dia langsung mengambil catatan kecil yang terselip di antara bunga. [Bukankah bunganya cantik? Aku tidak sengaja melihat bunga ini dan ingat dirimu, Jenny. Aku menikmati dansa kita malam itu. Lionel] “Ah ….” Jennifer menyeringai saat membaca isi catatan tersebut.Dan itu membuat semua orang di meja makan jadi penasaran. “Siapa yang mengirimkannya, Sayang?” Adeline bertanya. “Lionel, Mommy,” sahut putrinya itu santai. Namun, semua orang malah mengernyit. Bahkan Johan langsung menghentikan tangannya yang s
“Sebentar lagi obatnya pasti akan bekerja!” tukas Ludwig yang seketika membuat gelas wine di cengkeraman Adeline terlepas. Bunyi pekak beling yang berhamburan, sontak menarik perhatian banyak orang yang tengah berada di acara lelang lukisan I&S Hotel. Dengan manik terbelalak, Adeline segera menyahut, “apa yang kau lakukan, Kak Ludwig?!” Bukannya menjelaskan, Ludwig Daniester malah mendekati adik tirinya. Dengan tatapan penuh hasrat berbahaya, pria itu menyeringai seolah mengejek Adeline. “Berhenti memanggilku Kakak, Adeline. Wanita ular sepertimu, hanya pantas untuk pria bernafsu binatang sepertiku.” Pria itu berbisik dengan sinisnya. “Jadi, mari kita nikmati malam ini bersama!” Adeline yang tahu rencana bejat Ludwig untuk menidurinya, sekejap panik bukan main. ‘Sialan! Ludwig telah menjebakku. Tidak bisa, aku tidak boleh diam saja!’ “Benarkah? Kalau begitu lihat, apa Kakak bisa menghadapiku?!” sungut wanita itu yang lantas membuat Ludwig mengernyit. Belum sempat sang pria berta
Sungguh gila, akhirnya permainan ranjang panas tak bisa terbendung, hingga malam penuh peluh pun menjadi sejarah mereka. Dan kala bangun di pagi hari, River tampak memasang ekspresi bengis karena Adeline sudah tidak ada di sampingnya. Pria itu menutup dahinya dengan lengan kiri seraya menyeringai tipis. ‘Ternyata dia sengaja bermain denganku agar bisa kabur, ya? Jangan senang dulu, Nona. Aku pasti menemukanmu, meski kau lari ke ujung dunia sekalipun!’ gemingnya bertekad keras. Namun, saat River bangkit dari ranjang, dia menyadari ada barangnya yang hilang. Wajahnya seketika berubah bengis sembari mengumpat, “sialan! Apa wanita itu yang mencurinya?!” Sedangkan di lobi hotel, seorang lelaki dengan potongan rambut cepak tampak cemas menanti seseorang. “Nona Adeline?!” pekiknya kemudian. Wajahnya tampak antusias saat melihat Adeline keluar dari lift dan berjalan ke arahnya dengan terburu-buru. “Akhirnya saya menemukan Anda,” lanjut lelaki tadi yang adalah Sopir Adeline. “Apakah Nona
“Adeline!” Sabrina menggeram saat melihat putri tirinya datang ke ruang keluarga.Matanya memindai penampilan Adeline dari atas sampai bawah sembari melanjutkan. “Apa yang kau pakai sebenarnya? Apa kau ingin mempermalukan keluarga Daniester, hah?!”“Memangnya ada apa, Ibu? Bukankah tidak ada yang salah? Saya hanya memakai pakaian yang menurut saya nyaman. Apakah Ibu juga ingin mengatur baju saya?” Adeline menyambar seiring dengan kepalanya yang menoleh ke arah Sabrina.“Dan lagi, kita hanya bertemu dengan keluarga Lazlo. Mengapa saya harus berusaha keras memberikan penampilan terbaik? Bukankah tidak ada yang spesial, karena keluarga Lazlo dan keluarga Daniester sudah seperti saudara?”Wanita itu kembali menambahkan kata-kata pedasnya, hingga membuat semua pasang mata terheran-heran, termasuk Alfred. Ya, pria yang akan menjadi suami Adeline itu awalnya terkejut, tapi dirinya sungguh tahu cara untuk menghadapi Adeline.“Tidak masalah, Nyonya Sabrina. Apapun yang dikenakan oleh Adeline,
“Apa yang kau bicarakan, Adeline? Sejak kapan kau dekat dengan seorang pria?!” Heinry yang selama ini tak memperhatikan kehidupan putrinya, langsung terkejut.Namun, belum sempat Adeline membalas, Sabrina lebih dulu mendecak sinis. “Apa kau pikir kami akan percaya? Kau sudah berusaha merusak perjodohan saat pertemuan keluarga. Apa kau pikir aku tidak tahu jika kali ini juga trik licikmu untuk lolos dari perjodohan?!”Adeline sempat menegang, tapi dia berusaha keras menata ekspresinya tetap datar di depan ayah dan ibu tirinya.Sabrina pun menjulurkan tangannya ke pipi Adeline sembari bergeming, “sepertinya wajah cantik ini harus mendapat tamparan lebih keras. Kau bilang sudah memiliki calon suami sendiri? Konyol sekali!”“Ya, Ayah dan Ibu tidak salah dengar. Saya memang memiliki calon suami, dan kami sudah menjalani hubungan cukup lama!” sambar Adeline yang seketika membuat alis Sabrina saling bertaut.Alih-alih murka lebih kencang, tawa Sabrina malah meledak. Dia terbahak-bahak meliha