Olivia melihat dengan kesal Eiji yang terkekeh saat mendengar pertanyaan yang dilayangkan olehnya. Semua itu membuatnya yakin jika pria itu adalah salah satu kekasih gelap sang ibu tiri. “Apa dia berjanji padamu akan hidup bersama setelah menguasai harta ayahku? Jika benar ... kamu pria bodoh karena Miranda hanya mencintai, Nolan,” sindir Olivia. “Hahaha ... kamu pikir aku bodoh? Aku tahu jika Miranda mencintainya. Namun, Apakah kamu tahu rencana pria itu?” “Aku tahu. Dan aku akan mendukungnya karena tujuan kami sama,” timpal Olivia. Sekarang Olivia menyerang balik Eiji dengan mengatakan beberapa hal yang dilakukan oleh Miranda agar bisa kembali bersama Nolan. Dia berusaha memanas-manasi pria itu. Dia merasa senang karena rencananya berhasil. Sehingga Eiji terlihat geram. Akan tetapi, dia masih terus bicara dan tidak memedulikan jika saat ini Nolan sudah cukup kesal. “Sudah cukup!” bisik Nolan. Dengan nada menekan pada Olivia. “Belum. Aku masih belum puas.” “Aku yang sudah
Hingga detik ini Olivia tidak mendapatkan jawaban dari Nolan. Bahkan sekarang dia baru saja mendarat di bandara Jakarta. “Nolan, kita sudah sampai di Jakarta. Bisakah kamu katakan apa yang sedang terjadi?” tanya Olivia pada Nolan. “Masuklah! Kita akan menuju suatu tempat.” Olivia menghela napasnya. Lalu dia masuk ke dalam mobil. Dia pun tidak akan bertanya kembali pada Nolan. Karena sudah pasti dirinya tidak akan mendapatkan jawaban. Selama di dalam perjalanan, dia melihat ke jalanan yang dilewatinya. Namun, dia tertidur saat mobil tidak bisa berjalan dengan lancar karena macet. Hingga akhirnya mobil pun berhenti di tempat yang dituju. “Olivia, bangunlah! Kita sudah tiba,” ucap Nolan dengan lembut.“Kita sudah sampai. Di mana ini?” Olivia sudah terbangun sepenuhnya. Dia melihat ke arah luar dan begitu terkejut. Dia ke luar dari dalam mobil, setelah sang sopir membukakan pintu mobilnya. Dia terpaku dengan yang dilihatnya. Dia tidak mengira akan melihat semua ini.“Mengapa
Olivia meminjam sebuah motor milik salah satu karyawannya. Dia memacu motornya dengan kecepatan tinggi untuk tiba di apartemen yang sudah disediakan oleh Nolan beberapa waktu yang lalu. Dia tidak menyadari jika saat ini ayahnya terus mengikutinya hingga tiba di apartemen. Olivia langsung mengganti pakaiannya dan dia mengambil sebuah kunci motor. “Kali ini aku harus berhasil!” gumam Olivia. Lalu dia mengambil helm dan mengenakannya. Dia berjalan menuju area parkir. Dia mendekati motor yang sudah disimpan oleh Angel saat dirinya berada di Korea. Olivia mengambil ponselnya. Dia membuka sebuah pesan singkat yang diberikan oleh Angel. Sang sahabat memberikan lokasi keberadaannya saat ini. “Ayah, apakah kamu pikir aku tidak tahu.” Dia melihat mobil sang ayah. Akan tetapi, sang ayah tidak bisa mengenalinya. Dia pun langsung menaiki motornya dan menjalankannya ke luar dari area parkir apartemen. Olivia menambahkan kecepatan motornya setelah berada di luar area apartemen. Jalanan s
“Mengapa kamu ingin aku mengganti dokternya?” tanya Nolan pada Angel.“Jangan banyak bertanya dulu! Sekarang yang harus dilakukan adalah menggantinya!” Tidak begitu lama Ian tiba, dia pun mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh Nolan dan Angel. Dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.Ian meminta temannya untuk segera datang ke rumah sakit. Temannya itu merupakan seorang dokter dan merupakan teman Nolan juga. Setelah mengatakan semuanya dia memutuskan sambungan teleponnya.“Aku sudah menghubungi Alex dan dia akan segera ke sini,” sela Ian. Yang membuat Angel dan Nolan terdiam. Tidak berselang lama setelah Ian mengatakan itu, tiba seorang pria dan sudah mengenakan pakaian untuk operasi. Tanpa banyak bicara Alex pun langsung masuk ke ruang operasi.Angel yang melihat itu merasa lega. Akhirnya dia bisa melindungi Olivia dari orang-orang yang ingin melukainya. Dia terus saja menatap ke arah ruang operasi dan berdoa untuk keselamatan Olivia.*** Operasi pun
Olivia melihat ke arah orang yang baru masuk ke dalam ruang perawatan. Dia tersenyum kecut saat melihat orang itu tidak lain adalah ibu tirinya.“Sayang, jangan terlalu keras padanya. Aku tidak apa-apa dan beri dia waktu dan aku yakin dia bisa menerima aku sebagai ibunya,” ucap Miranda. Pada suaminya dengan nada lemah lembut.Olivia merasa ingin muntah mendengar semua perkataan ibu tirinya. Di benaknya berpikir jika saat ini ibu tirinya sedang kesal kepadanya. Karena dirinya berhasil membawa Alin dari sekapannya. “Kamu mau muntah?” tanya Nolan pada Olivia.“Iya.” “Alex, cepat periksa dia!” perintah Nolan. Alex pun mengangguk dan dia memeriksa Olivia. Dia tahu jika semua ini rencana Nolan untuk menghentikan Miranda. “Sebaiknya kamu tetap di sini! Kondisi tubuhmu belum memungkinkan untuk kembali ke rumah,” ucap Alex. “Ayah, dengar? Aku akan tetap di sini. Sebaiknya Ayah dan istrimu pulang saja! Aku tidak ingin diganggu,” Olivia berkata. Setelah mendengar ucapan Alex barusan
Olivia sudah ada di dalam mobil, dia diantar oleh seorang sopir sekaligus pengawal Nolan. Selama di dalam perjalanan dia masih memikirkan siapa orang yang ada di galeri bersama Miranda. Jalanan sedikit padat, sehingga Olivia tiba di galeri cukup lama. Sang sopir menghentikan mobilnya saat sudah ada di depan galeri. “Nona, apakah perlu saya ikut masuk?” tanya sang sopir. Yang mendapatkan perintah untuk melindungi Olivia. “Tidak perlu! Aku bisa menanganinya!” Olivia pun ke luar dari dalam mobil. Dia berjalan masuk ke dalam galerinya. Dia menghentikan langkahnya saat sudah ada di dalam dan melihat ibu tirinya. Dia juga melihat beberapa orang yang mulai menurunkan lukisan yang sudah tertata rapi di dinding. Olivia mendekat ke arah ibu tirinya yang sudah melihat kedatangannya. “Akhirnya kamu keluar dari persembunyianmu. Apakah kamu senang dengan yang sudah aku lakukan?” tanya Miranda. Pada Olivia yang sudah ada di depannya. “Apa ini balasanmu?” “Tentu saja. Kamu sudah menga
Olivia menatap kemarahan Miranda karena Alin membawa salah satu kelemahannya. Dia langsung menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk melindungi Alin yang akan diserang oleh sang ibu tiri. “Tidak semudah itu kamu bisa melukainya!” tekan Olivia. “Kamu pikir dia akan hidup lebih lama lagi jika ada dalam perlindunganmu?” “Apa maksudmu, Miranda?!” Olivia melihat Miranda terkekeh. Dia tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh wanita itu pada Alin. Dia melirik ke arah Alin dan dia merasakan ada yang aneh padanya.“Katakan padaku, Alin!” perintah Olivia. Sembari menatapnya dengan penuh penasaran. “Tidak ada apa-apa.” “Sudahlah, Alin. Mengapa kamu tidak mengatakan saja jika hidupmu sudah tidak lama lagi,” sambung Miranda. “Alin ....” “Aku memang akan mati. Namun, sebelum itu aku ingin melihat kehancuran bisnis wanita itu yang di Kalimantan hancur!” jawab Alin.Alin menyerahkan flash drive itu ke tangan Nolan. Dia sudah tahu tentang pria itu dari Angel. Dia pun merasa yakin jik
“Apa kamu sudah tidak waras?! Kau ingin menghabisinya?” tanya seseorang pada Olivia. Sembari memegang tangan Olivia. Olivia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang itu. Rasa amarah di dalam dirinya sudah begitu besar. Sehingga dia berpikir jika dengan mengakhiri Miranda saat ini maka semuanya akan berakhir. “Cukup, Olivia! Sebelum aku kehilangan kesabaranku!” Orang itu kembali berkata dengan nada menekan. Lalu dia menghempaskan Olivia. Olivia terjatuh dan dia melihat sang ayah dengan sorot mata penuh dengan kemarahan. Dia juga melihat Miranda yang menangis tersedu-sedu di dalam pelukan sang ayah. “Bangunlah!” ucap Nolan yang baru saja tiba. Lalu dia membantu Olivia untuk berdiri. Olivia terus menatap sang ayah dan melihat Miranda yang mulai bersandiwara menjadi wanita lemah. Dia begitu jijik melihat ibu tirinya jika ada di depan ayahnya. Dia hendak mendekati mereka berdua tetapi Nolan memegang tangannya. Dia melihat ke arah Nolan yang menggelengkan kepalanya seraya