Olivia menatap kedua mata Nolan. Seraya mencari tahu apakah pria itu memang akan menciumnya di depan mereka semua atau tidak. Dia pun tersenyum dan sedikit demi sedikit mendekatkan wajahnya pada wajah Nolan. “Sudah cukup! Nanti dia akan menjadikan aku musuhnya. Sana seperti Paula dan juga, Miranda,” ucap Olivia dengan nada lirih. “Bagaimana jika malam ini kamu menginap di rumahku?” “Sepertinya tidak bisa. Sebab masih banyak yang harus aku kerjakan.” “Bawa saja ke rumahku.” “Ayolah. Lepaskan aku dulu. Lihatlah mereka semua sedang melihat ke arah kita,” Olivia menimpali Nolan. Nolan pun akhirnya melepaskan Olivia. Dia sama sekali tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang ada di ruangan itu. Sebab dia melakukan semua itu dengan kekasihnya. Olivia juga sebenarnya tidak memedulikan tatapan mereka. Namun, menurutnya sikap Nolan sudah cukup memperlihatkan siapa dirinya yang sebenarnya. “Aku tidak mengira jika kamu memang sangat mencintainya. Sehingga bisa melakukan semua ini di
Olivia melihat Nolan menggelengkan kepalanya. Namun, dia masih belum percaya dengan pria itu. Dia pun mendekatkan dirinya pada Nolan dan menatapnya dengan sorot mata penuh selidik. “Jangan bohong! Katakan apa ada yang salah denganku?” Olivia kembali bertanya pada Nolan. Dengan sedikit menekan. “Kamu ingin tahu?” “Iya.” “Sungguh?” Nolan kembali bertanya dengan senyum yang penuh arti. Olivia merasa senyum Nolan begitu mengandung arti yang berbahaya. Dia sedikit menjauh dari Nolan. Namun, pria itu memegang tangannya dan menarik ke dalam pelukannya. “Mari kita berdansa!” ucap Nolan setelah dia mendengar suara musik dansa yang baru dimainkan oleh pemusik yang diundang untuk pesta malam ini. “Aku pikir kamu akan melakukan hal ....” “Mesum ... Sayang jangan berpikir seperti itu di sini,” potong Nolan. Olivia tertawa kecil sembari terus mengikuti gerakan Nolan. Yang diiringi oleh musik yang indah. Beberapa pasangan pun mulai ikut berdansa. Begitu juga dengan Adel dan Ian. Pesta pu
Olivia masih penasaran saat melihat Adel pergi setelah saat ponselnya berdering. Serta raut wajahnya berubah. Dan tidak begitu lama wanita itu pun mengiriminya pesan singkat padanya. Adel menuliskan bahwa dia sudah pulang lebih dulu. Tanpa menunggu lagi. Olivia pun ke luar dari dalam ruangannya dan dia langsung menuju ke mobilnya. Saat dia hendak menjalankan mobilnya ada telepon yang masuk dan itu berasal dari Nolan. “Iya ada apa?” tanya Olivia setelah dia mengangkat teleponnya. Dia mendengarkan jawaban yang dilontarkan oleh Nolan. Dia tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Sebab pria itu terus mengingatkannya untuk kembali ke rumahnya. “Sayang, apakah kamu tidak percaya padaku jika aku tidak akan ke rumahmu?” Olivia kembali bertanya pada pria yang ada di ujung telepon. Dia pun menutup sambungan teleponnya setelah Nolan mengatakan sesuatu padanya. Setelah itu dia menjalankan mobilnya meninggalkan area perusahaan. Jalanan yang sudah padat membuatnya tiba di rumah Nolan puku
"Jangan membuatku penasaran. Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?” tanya Olivia pada Nolan. “Semua ini ada kaitannya dengan, Paula.” Nolan kembali melanjutkan ceritanya. Dia mengatakan jika Paula adalah salah satu penyebab kekacauan yang ada di perusahaan Leon Sander. Dia juga sudah memastikan jika semua hal yang diinginkan olehnya sudah didapatkan. Sehingga Nolan sudah tidak peduli lagi dengan wanita itu. Olivia mendengarkan pria itu dengan tenang dan saksama. Agar tidak ada hal yang terlewat. Sesekali dia bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti dari cerita Nolan padanya. “Apa kamu yakin semua informasi yang ada di Paula sudah kamu dapatkan?” Olivia kembali bertanya pada Nolan. “Aku yakin. Sekarang dia sudah tidak bisa mengancamku lagi.” “Baguslah kalau begitu.” “Sayang, apakah kamu tahu jika Paula yang ada di balik kekacauan di perusahaan ayahmu?” “Tentu saja. Aku sudah tahu. Dan aku juga tidak mengira jika Miranda akan bisa dikalahkan oleh, Paula.” Olivia pun menata
"Nolan, mengapa kamu melakukan semua ini?” tanya seorang pria pada Nolan. “Apa yang sudah aku lakukan?” “Kamu menekan Miranda sehingga dia pergi dari kota ini, ‘kan?” “Dean, apakah kamu masih membelanya?” Nolan bertanya kembali pada Dean. Yang hingga detik ini masih terus saja membela wanita itu. Nolan sebenarnya sudah tidak ingin bertemu lagi dengan Dean. Namun, dia selalu mengingat setiap perbuatan dan tindakan pria itu yang selalu membantunya saat dirinya dalam kesulitan. Akan tetapi, Dean berubah setelah dirinya mengenalkan Miranda. Itulah yang membuatnya sangat menyesal hingga hari ini. Sampai detik ini juga dia belum tahu apa yang sudah dilakukan oleh Miranda pada Dean hingga terus membelanya. “Olivia, bukankah aku sudah memintamu untuk menjauh dari Nolan! Mengapa kamu masih terus saja ada di sisinya? Kamu bukan wanita yang pantas untuknya!” ujar Dean. Olivia mengerutkan dahinya saat mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Dean. Dia merasa bingung saja mengapa pria
Olivia begitu terkejut saat mendengar suara Nolan dan serangannya. Untungnya dia secara refleks berhasil menghindar dari serangan pria itu. “Apa kamu tidak waras? Ini aku!” ujar Olivia pada Nolan yang sedang menatapnya dengan tajam.“Aku tidak peduli denganmu!”Olivia langsung bergerak dengan cepat untuk menghindari setiap serangan Nolan. Dia terpaksa mengeluarkan kemampuan seni bela dirinya. Yang selama ini disembunyikan olehnya. Dia tidak tahu mengapa Nolan bisa kehilangan kontrol seperti itu. Bahkan sampai tidak mengenali dirinya. Dan terus saja menyerangnya. Dia sudah mulai terpojok dan tidak bisa terus menghindarinya.“Nolan Raymond, sadarlah!” pekik Olivia.Olivia pun akhirnya mulai menyerang balik pria itu. Namun, dia kewalahan sebab pria itu benar-benar tangguh. Dia tidak tahu apakah Nolan akan bisa tersadar dan mengingatnya atau tidak.“Hanya segini kemampuanmu?” Olivia berkata pada Nolan. Sebab dia berhasil memukul mundur Nolan.Pria itu semakin geram dan kembali m
“Otakku sudah tenang. Sebaiknya kamu bersihkan tubuhmu setelah tadi berkeringat!” ucap Olivia sembari mendorong lembut tubuh Nolan. Nolan menarik kepala Olivia yang sudah melepaskan ciumannya. Dia kembali menciumnya dengan rakus. Dia melumat Olivia yang lembut. Setelah itu dia menyesap bibir atasnya lalu menyapunya dengan lidahnya. Membuat Olivia mengerang. Sentuhan lidahnya membuat sekujur tubuh Olivia merinding. Bahkan sebelum Nolan menyentuh area sensitif milik Olivia.“Temani aku mandi,” ucap Nolan pada Olivia. Setelah dia melepaskan ciumannya. Dan dia pun mulai melepaskan pakaiannya.Olivia tersenyum dan dia tahu jika dirinya tidak bisa lepas dari Nolan kali ini. Dia menekan sebuah botol dan sabun cair pun sudah ada di telapak tangannya. Dia mengusapkan sabun cair itu ke setiap inci tubuh Nolan. Dia mengusap leher, dada, lalu berbelok ke perut dan akhirnya ke paha Nolan. Tangannya kembali mengusap dada Nolan dan dia memainkan bulatan kecil berwarna cokelat di dada Nolan.
"Aku tidak tahu apakah itu akan hilang atau tidak,” jawab Nolan. “Apakah ayahku juga salah satu penyebab munculnya sisi gelapmu?” Olivia menatap Nolan yang tidak menjawab pertanyaannya secara langsung. Sepertinya sedang memikirkan jawaban yang akan diberikan kepadanya. Entah mengapa dia merasa jika ayahnya juga turut andil dalam hal itu. “Katakan saja jika benar. Aku tahu jika ayahku pasti melakukan kesalahan saat menikah dengan wanita itu,” Olivia kembali berkata pada Nolan. “Dia sama sekali tidak ada kaitannya.” “Sungguh? Apakah kamu tidak membohongiku?” Sebelum Nolan menjawab pertanyaan Olivia. Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Nolan pun beranjak dan dia berjalan mendekat ke arah pintu dan membukanya. Dia melihat seorang pelayan dengan membawa meja dorong berisikan camilan yang sudah dipesannya. “Letakan semuanya di atas meja!” perintah Nolan pada sang pelayan sembari membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Sang pelayan mengangguk lalu dia berjalan masuk ke dalam kamar. Dia