Sarah berdiri dan berjalan ke arah Joel. Dia ingin menyapa pria itu, namun langkah Sarah terhenti ketika dia melihat Joel berjalan mendekati Theo. Sarah mengamati kedua pria itu lekat-lekat. Mereka berpelukan cukup lama. Sarah tidak bisa melihat ekspresi wajah Theo. Tapi Joel masih sama, wajahnya masih menunjukkan kemarahan.Setelah selesai berpelukan, mereka berbincang. Wajah Joel melunak, tapi matanya masih memancarkan kemarahan yang sama. Sarah mendekati mereka berdua."Halo Joel," sapa Sarah sambil menjulurkan tangannya.Joel tampak kaget melihat kehadiran Sarah."Kau juga datang?" tanya Joel tidak memperhatikan tangan Sarah.Sarah segera menurunkan tangganya."Iya, aku turut berdukacita untuk kepergian Rachel," ucap Sarah simpati.Joel tampak tidak tertarik namun memaksakan diri untuk menjawab dengan sopan."Terima kasih. Maaf aku masih harus menemui tamu-tamu yang lain," jawab Joel, lalu segera meninggalkan Sarah dan Theo."Mengapa dia tampak sangat marah?" tanya Sarah sambil me
"Apa yang kau lakukan disana? Kau benar-benar mengagetkanku!" bentak Sarah kesal."Maaf, aku hanya menunggu acara kremasinya selesai," jawab Joel sambil menundukkan kepala."Ada apa?" Theo berjalan mendekati Joel."Aku ... Aku tidak sanggup melihatnya dibakar."Tiba-tiba Joel terisak. Sarah dan Theo kaget melihatnya. Kemarin dia tampak sangat tegar. Namun hari ini, sepertinya dia benar-benar tidak dapat menahannya lagi."Aku tahu," hibur Theo sambil menepuk pelan pundak Joel.Mereka berdiri cukup lama, hingga Joel selesai menangis."Dengar! Aku tahu ini berat. Tapi hidup harus terus berlanjut. Aku yakin Rachel sudah tenang," ucap Theo pelan."Maukah kalian menemaniku?" tanya Joel masih dengan suara bergetar."Kemana?" tanya Sarah lembut."Ke pegunungan, ke sebuah tempat peristirahatan favorit Rachel," jawab Joel sambil mengangkat kepalanya."Maaf Joel. Kami tidak bisa hari ini. Besok ada acara di perusahaanku dan Sarah akan tampil bersama Claudia. Kemarin dia sudah kurang tidur, jadi
Suara tembakan yang terdengar sangat dekat dengan Sarah, mengagetkan semua orang. Suasana tiba-tiba senyap lalu menjadi lebih riuh daripada sebelumnya.Orang-orang mulai panik dan berteriak ketakutan. Theo segera berlari ke arah panggung, setelah matanya terbiasa dengan gelap. Dia melompat naik dari depan panggung dan mencoba mencari Sarah. Dia bisa mendengar suara tembakan itu berasal dari panggung. Theo segera menyalakan senter dari telepon genggamnya.Betapa terkejutnya Theo ketika melihat seseorang tergeletak di lantai. Theo yakin itu seorang wanita. Dengan gaun hitam, dia merintih kesakitan sambil meringkuk menahan sesuatu. Theo menyadari darah wanita itu mengucur dengan deras."Sarah," guman Theo ketakutan.Tanpa berpikir panjang Theo segera menggendong wanita itu. Dia berencana membawanya ke rumah sakit, ketika tiba-tiba lampu menyala. Theo berdiri sambil menggendong seseorang wanita yang sedang menahan sakit, dan tepat di hadapannya Sarah yang menatapnya ketakutan.Theo memand
"Kemana kita akan pergi?" tanya Sarah setelah berada di dalam mobil Joel dan berkendara selama setengah jam."Seperti yang sudah aku katakan, tempat favorit Rachel." "Kalau aku boleh tahu. Mengapa kau sangat ingin membawaku dan Theo kesana?""Karena kalian adalah bagian dari kehidupan dan kematiannya," jawab Joel dingin.Sarah merasa tidak nyaman mendengar suara Joel, tapi dia tidak ingin bersikap jahat kepada pria yang sedang berduka itu."Apakah kau sudah mengirimkan alamatnya kepada Theo? Dia bilang akan menyusul kalau urusannya sudah selesai," ucap Sarah mencoba mencari bahan pembicaraan, sekaligus menenangkan dirinya bila Theo tahu kemana mereka akan pergi."Tidak, nanti saja," jawab Joel sambil terus mengemudi dengan kecepatan maksimal.Mereka sudah keluar dari kota. Sarah melirik Joel dan entah mengapa dia merasa takut melihat ekspresi wajah Joel. Pria itu tampak seperti seseorang yang merencanakan sebuah kejahatan."Ah, sial!" maki Joel."Ada apa?" tanya Sarah bingung."Aku l
"Aku harus ke toilet. Bagaimana kalau kau mengantre dan aku ke toilet?" tanya Sarah yang tiba-tiba mendapatkan ide.Joel terlihat tidak senang."Aku akan memberikan uang untuk membayarnya. Lagipula dengan begini kita bisa lebih cepat selesai," ucap Sarah mencoba terlihat tenang."Tidak usah, aku akan memakai uangku. Cepatlah pergi dan setelah selesai, segera kembali ke mobil!""Baik," sahut Sarah cepat lalu segera keluar dari minimarket menuju ke toilet yang berada di samping minimarket.Sarah terburu-buru masuk ke dalam salah satu bilik kosong dan segera mengunci pintunya. Dia langsung duduk di atas toilet mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal karena lari dan ketakutan.Dia kembali meraih telepon genggamnya dan mencoba menghubungi Theo sekali lagi. Namun sinyal teleponnya hilang, dia tidak bisa menghubungi siapapun. Sarah semakin takut dan panik."Bagaimana ini? Bagaimana ini?" guman Sarah sambil meremas tangannya dengan keras. Dia bisa saja mengatakan kepada Joel bahwa di
"Diam kau!" bentak Joel sambil terus berusaha menarik Sarah yang masih melawan.Akhirnya Joel kehabisan kesabaran. Dia segera mengangkat tubuh Sarah dan memasukkannya ke dalam mobil."Diam disini!" ancam Joel sambil memasang sabuk pengaman Sarah."Joel, apa yang kau lakukan? Mengapa memaksaku seperti ini?" tanya Sarah lembut.Dia mencoba mengubah strateginya. Sarah berpikir mungkin suara lembut akan mempengaruhi Joel."Aku mohon, tolong biarkan aku pulang. Apa gunanya kau menawanku seperti ini?" lanjut Sarah berharap Joel tersentuh dan melepaskannya."Diam kau!" bentak Joel yang sama sekali tidak terpengaruh dengan strategi Sarah."Joel, tolong jangan seperti ini. Aku adalah sahabat Rachel. Mengapa kau harus bertindak sejauh ini?" tanya Sarah kali ini sambil menangis tersedu-sedu."Sahabat Rachel? Jauhkan mulut kotormu itu dari nama Rachel!" maki Joel semakin marah. Sarah terdiam. Joel segera berlari ke pintu pengemudi dan masuk ke dalam mobil. Dia segera mengunci pintu mobil, menjal
Sarah beruntung dia terjatuh di atas tanah bukan di aspal. Dia begitu bertekad melepaskan diri dari Joel sehingga tidak menghiraukan rasa sakit karena terbentur. Dia segera berdiri dan berlari sekuat tenaga, menghilang di balik pepohonan besar.Joel segera menghentikan mobilnya, mengeluarkan pistol dari laci mobilnya dan keluar mengejar Sarah."Sarah, kau mau lari kemana?" teriak Joel mengejek."Apa kau pikir bisa melepaskan diri dari aku?" teriaknya lagi sambil mengamati tanah basah yang menunjukkan bekas kaki Sarah.Joel mengikuti jejak kaki itu, sampai akhirnya hilang. "Sarah, kau tahu aku mendekatimu bukan?"Sarah mendengar teriakan Joel dan terus berlari. Dia merasa Joel semakin mendekat dan Sarah tidak berani menoleh ke belakang. Dia tidak tahu dia mengarah kemana, tapi yang ada di kepalanya hanyalah perintah agar dia terus berlari.Joel mulai berlari ke arah yang sama dengan Sarah, setelah jejak kaki yang dia ikuti menghilang karena tertutup rumput liar dan dedaunan.Sarah te
Suara tembakan itu terdengar sangat jelas. Derick melajukan sepeda motornya ke arah suara tembakan itu, sambil berharap bukan Theo yang ditembak.Derick memiliki kemampuan mencari arah yang sangat baik. Dia segera menemukan motor Theo dan mobil Joel. Tanpa mengamati jejak kaki yang ada, Derick segera berlari ke arah Sarah, Joel dan Theo lari tadi. Dia yakin suara tembakan itu dari arah sana."Brengsek kau Joel!" teriak Theo yang tiba tepat waktu.Untunglah dia sempat menendang tangan Joel sehingga tembakannya meleset dan tidak mengenai Sarah yang sudah pasrah. Joel terjatuh ke tanah, sementara senjatanya jatuh entah kemana."Apa yang membuatmu melakukan semua ini? Apa aku pernah menyakitimu?"Theo sangat marah, namun tangannya secara otomatis menarik lengan Sarah, hingga tubuhnya mendekat. Theo merangkul Sarah yang tampak ketakutan. Sentuhan Theo membuat otot Sarah mengendur, dia tidak setegang tadi. Namun, itu membuat air matanya mulai menetes. Dia akhirnya diselamatkan, dia akhirny