"Sayang, syukurlah kamu sudah sadar. Maafkan aku ya, aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Sayang, tadi kata dokter kamu sepertinya hamil dan dokter tadi minta kamu periksa urin besok pagi." Wajah Steve berbinar dengan intonasi penuh semangat. Linda yang baru saja siuman, tentu menanggapi ucapan Steve biasa saja. Kepalanya masih sedikit pusing dan juga organ kewanitaannya masih terasa begitu perih. Kenapa bisa perih? Karena Steve tidak benar-benar bercinta dengannya, tetapi lebih kepada memperkosanya.
"Aku lapar," lirih Linda dengan suara lemas.
Tok! Tok!
"Permisi, Pak, Bu, ini saya," suara Tangguh di luar sana membuat hati Linda berdebar sekaligus membuncah senang. Ingin sekali ia berlari memeluk Tangguh dan meminta pemuda itu untuk membawanya pergi jauh dari Steve, tapi keadaan sangat tidak memungkinkan karena ada banyak hal yang menjadi pertimbangannya.
"Masuk," kata Steve mempersilakan. Tangguh membuka pintu kamar perlahan dengan sebela
Edisi Malam Jum'atSelamat MembacaKeesokan harinya, Linda sudah bisa turun dari tempat tidur, walau jalannya masih tertatih;paling tidak untuk ke kamar mandi, ia tidak perlu bantuan Steve lagi.Dengkuran Steve begitu nyaring walau matahari pagi sudah mulai naik. Linda baru saja keluar dari kamar mandi setelah mandi dan membersihkan organ kewanitaannya dengan air hangat. Ia menoleh ke arah Steve, lalu memutar bola mata malas. Hilang sudah rasa cintanya. Tak ada lagi yang tersisa untuk suaminya, apalagi kejadian semalam membuatnya semakin mantap menjatuhkan perasaannya pada Tangguh.Begitu ingat nama Tangguh, Linda berjalan keluar dari kamar dengan perlahan, lalu ia berdiri tegak di depan teras rumah sambil menghirup udara pagi yang teramat segar. Gembok pagar sudah terbuka dan begitu ia menoleh ke belakang, memanjangkan lehernya untuk melihat rumah Tangguh. Wanita itu mengulum senyum saat mendapati lampu rumah yang sudah padam. I
Sudah tiga hari Steve dirawat di rumah sakit. Linda dan Tangguh bergantian menunggui Steve di rumah sakit. Tidak ada gelagat yang berbeda dari keduanya, semua aman terkendali seperti biasa.Steve sangat beruntung memiliki istri yang sayang padanya dan juga pekerja yang totalitas membantunya dengan sepenuh hati. Pria dewasa itu tersenyum begitu hangat melihat Linda yang tengah merapikan pakaiannya di dalam tas, karena dokter mengatakan hari ini Steve sudah boleh pulang. Ada masalah sedikit dengan ginjal Steve, tetapi sudah lebih baik.Baju dress yang dikenakan Linda berleher rendah, belahan dadanya sedikit muncul dan sangat menantang. Steve yang biasanya dua hari sekali mandapat jatah ranjang, tentulah sangat tergoda untuk mencumbu Linda kembali di kamar mereka."Apa kamu sedang menggodaku, Sayang?" Steve meraih pinggang istrinya dengan tangan kanan, karena tangan kirinya masih tertancap jarum infus. Linda berjengkit kaget dengan perlakuan Steve
Pria dewasa itu mengulang-ngulang adegan di dalam video yang tengah diputar. Istri tercintanya mendesah dengan begitu nikmat bahkan nampak mencapai puncaknya berkali-kali di bawah seorang pemuda yang sangat tangguh. Ya, Tangguh memang tangguh dan ia benar-benar tertipu.Linda meliuk bak cacing kepanasan saat disentuh oleh Tangguh dari ujung kepala hingga jempol kaki istrinya. Hal yang tidak pernah ia lakukan pada Linda. Hatinya menjadi semakin panas, dadanya berdebar tidak karuan dengan keringat yang mengalir sangat deras.Berkali-kali Steve menelan ludah melihat adegan demi adegan panas yang dilakukan istri dan juga pekerjanya. Secara tidak langsung, menonton adegan Linda seperti tengah menonton film blue. Ingin, tapi sangat menjijikkan.Prak!Steve membanting ponselnya dengan amarah yang memuncak.Cklek!"Suara apa itu, Pa?" tanya Linda yang tiba-tiba membuka pintu kamar dan melihat suaminya seperti tengah menahan s
"Pa, kenapa bengong? Itu di belakang sudah menyalakan klakson. Ayo, maju!" Linda menepuk pundak suaminya. Steve tersadar. Wajahnya berkeringat dingin saat ia seperti benar-benar melakukan hal mengerikan pada Tangguh. Menabrakkan mobil ini pada pemuda itu. Benarkah ia harus melakukannya?Steve menyalakan mesin mobil, lalu melaju perlahan ke arah minimarket, tempat Tangguh masuk di dalamnya. Linda sibuk memperhatikan keadaan di luar, seperti tidak sabar menanti Tangguh keluar dari tempat itu. Steve semakin merasa pedih di dalam hatinya mendapati Linda yang ternyata sangat memperhatikan Tangguh. Mengapa ia bisa kecolongan seperti ini? Lagi-lagi Steve membatin.Tangguh keluar dari minimarket sambil membawa botol minuman pesanan majikannya. Di minimarket sudah tidak menyediakan kantung plastik, sehingga ia memilih memegangnya saja agar lebih praktis.Tangguh membuka pintu mobil, lalu masuk dan duduk di samping Steve yang bersiap mengemudi."I
Tangguh menutup ponselnya, lalu memasukkannya ke dalam saku. Ia baru saja menerima telepon dari Cita;adiknya yang mengatakan bahwa hari Sabtu ini keluarga Arnan akan datang memberikan uang untuk pesta pernikahan. Rucita meminta Tangguh untuk pulang walau beberapa hari saja agar bisa menemaninya bertemu dengan keluarga pacar adiknya itu.Tangguh keluar dari rumah, lalu menutup pintu. Steve nampak sedang menyiram tanaman yang baru saja ia beli, tetapi ia tidak melihat Linda di dekat Steve. Biasanya Linda ikut berbincang bersama suaminya di taman kecil mereka. Apa kekasihku sakit? Batin Tangguh.Semenjak berpacaran dengan Linda, ia tidak pernah sama sekali mengirimkan pesan terlebih dahulu pada wanita itu, karena ia tidak mau sampai Steve membaca pesan darinya. Tangguh berjalan mendekati Steve untuk mengatakan keinginannya pulang kampung."Pagi, Pak, wah ... tanaman baru lagi ya?" tanya Tangguh sekedar berbasa-basi."Iya, Guh, ada apa?" tan
Tangguh dan Steve berangkat dari rumah menuju Garut pukul sepuluh pagi. Linda mengantar kedua lelaki itu sampai hilang di ujung blok jalan rumah mereka.Dua hari ini ia terbebas dari Steve sekaligus harus menahan rindu pada Tangguh, tapi karena bekal yang Tangguh berikan padanya semalam, ia merasa akan kembali lapar dua hari lagi. Sungguh sebuah petualangan percintaan yang begitu menegangkan.Linda masuk ke dalam pekarangan rumah sambil mengunci pagar. Hari ini ia berencana untuk ke salon untuk melakukan perawatan tubuh dan juga organ intimnya. Ia harus berusaha memberikan yang terbaik bagi Tangguh. Lalu Steve? Suaminya itu tidak pernah tahu rasanya tempat terbaik, karena selalu saja bermain satu detik.Sementara itu, Steve dan Tangguh sudah berada di tol menuju Garut. Tangguh yang mengendarai mobil besar Steve, sementara Steve sibuk dengan ponselnya. Tidak ada pembicaraan apapun di dalam mobil karena Steve fokus pada ponselnya dan Tanggu
Steve tidak bisa membuang tatapannya dari memperhatikan Rucita yang asik sekali berbincang dengan Tangguh, seraya menikmati aneka kue yang ia bawakan. Pria dewasa itu melihat Rucita dan Tangguh adalah adik-kakak yang cukup dekat. Tawa gadis itu selalu saja mekar saat menceritakan keseruan persiapan pernikahannya yang akan berlangsung empat puluh lima hari lagi.Masih sangat muda dan mungkin saja jika ia punya anak, maka anaknya sudah seumuran Rucita. Steve sengaja pura-pura sibuk dengan ponselnya, padahal sedari tadi ia sudah sangat tertarik pada Rucita.Tubuhnya memang tidak setinggi Linda yang memiliki tungkai kaki panjang. Jika tinggi istrinya seratus tujuh puluh senti meter, maka Rucita mungkin hanya seratus lima puluh meter saja. Wajahnya sangat imut dengan rambut lurus sepundak.Tubuh gadis itu laksana gitar Rhoma Irama yang padat dan setiap petikannya membuat semua orang ingin berdendang, seperti dirinya, tiba-tiba menjadi penasaran baga
"Maaf, Mbak, saya hanya sedang melihat isi lemari baju Tangguh, apakah ada pakaian yang bisa saya pakai," ujar Steve salah tingkah saat Rucita membuka pintu kamarnya dan ia belum juga selesai dengan urusannya. Untung saja posisi tubuhnya memunggungi pintu kamar, sehingga Rucita tidak tahu apa yang ia lakukan di depannya."I-itu, Tuan, kamar mandi sudah kosong kalau Tuan mau mandi," ujar Rucita sambil menunduk."Baik, terima kasih. Kalau boleh, saya pinjam handuknya ya.""Baik, Tuan, nanti saya ambilkan handuk bersih." Rucita segera beranjak dari tempatnya berdiri, sedangkan Steve segera mengancing kembali celananya dan bergegas berjalan menuju kamar mandi.Sayup-sayup ia mendengar suara Tangguh tengah berbincang dengan anggota keluarga di teras rumah. Steve langsung saja masuk ke kamar mandi dan menuntaskan apa yang belum sempat ia tuntaskan tadi.Masih dengan membayangkan wajah Rucita, Steve yang sudah polos mulai kembali m