["Halo, Cita, kamu apa kabar?"]
["Kang Tangguh, Cita sehat, Kang. Kakang gimana kabarnya?"]
["Kaki Kakang masih cidera."]
["Ya ampun, terus bagaimana, Kang? Kakang mau balik ke rumah atau bagaimana?"]
["Kata Pak Steve, kamu yang diminta ke Tangerang. Kamu temani Kakang di rumah sakit dahulu, mungkin masih tiga harian lagi. Setelah itu kamu temani Kakang di rumah Pak Steve sampai kaki Kakang sembuh. Gimana, Cita? Kamu gak papa?"]
Rucita tersenyum senang mendengar permintaan Tangguh atas dasar perintah suaminya. Tentu saja ia tidak menolak dan pasti akan sangat senang bisa mengunjungi Steve dan juga Tangguh.
["Cita! Halo!"]
["Eh, i-iya, Kang. Kapan Cita harus berangkat?"]
["Katanya sekarang saja, biar gak kemaleman sampai terminal Cikokol. Nanti dijemput Pak Steve untuk langsung diantar ke rumah sakit. Kamu ada uang untuk ongkos tidak?"]
["Baik, Kang. Ongkos Cita ada, tapi nanti Kakang gantiin ya."]
["Iya, Adi
"Tentu saja aku perlu khawatir. Anak perawan diminta ke kota untuk mengurus kakaknya yang sakit, sedangkan dia tidak pernah ke kota. Sudah, jangan bilang kamu cemburu? Ha ha ha ... tidak mungkin!" Steve menertawakan Linda, kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan istrinya yang terdiam masih di depan pagar. Steve kembali mengawasi tukang yang sedang bekerja.Pukul enam sore, Steve sudah berada di terminal Cikokol untuk menjemput Rucita. Hatinya sungguh tak sabar menanti kedatangan istri kecilnya yang sangat menggemaskan. Steve keluar dari mobil dan menunggu di sebuah warung kopi. Bus keluar-masuk tak jauh dari tempat ia bersantai sejenak.Bep! Bep!Steve mengambil ponselnya dari saku dengan cepat. Pria itu tersenyum saat mendapati nama Rucita yang ada di sana."Halo, Sayang, di mana?""Di loket beli karcis, Mas, cepat jemput.""Oke, tunggu di sana ya. Saya dekat kok." Steve menutup ponselnya, lalu mengeluarkan uang lima ribu rup
"Dokter baru saja visit lima menit yang lalu. Parfumnya memang sangat mirip dengan parfum yang sering dipakai Bu Linda, Pak. Saya sempat mengira yang datang berkunjung adalah Bu Linda, ternyata dokter."Oh, begitu." Steve mengangguk paham. Namun ia tahu ada yang tidak beres dengan keterangan Tangguh. Pemuda itu berbohong dan istrinya pasti baru saja dari sini. Apalagi di leher Tangguh ada noda merah samar seperti bekas lipstik. Tidak mungkin bibir dokter menempel di sana bukan?"Baiklah, Rucita, Tangguh, saya akan kembali ke rumah. Kamu jaga Kang Tangguh kamu baik-baik. Semoga bisa segera keluar dari rumah sakit," ujar Steve sambil tersenyum."Terima kasih sudah menjemput dan mengajak saya makan enak tadi. Hati-hati di jalan Tuan Steve," ujar Rucita sambil menunduk hormat. Steve keluar dari kamar perawatan, Rucita melanjutkan berbincang dengan kakaknya. Hatinya sungguh senang sudah dikelilingi oleh dua pria terbaik dalam hidupnya."Jadi, cerit
"Eh, i-ini ... s-saya menemukannya di jalan, Kang. Saat ... jalan mmm ... ke pasar saya melihat cincin ini dan saya gak tahu kalau ini cincin mahal. Memangnya ini mahal, Kang?" Rucita menarik keluar cincin dari jari manisnya, lalu memberikan pada Tangguh. Pemuda itu memutar bolak-balik cincin bermata berlian di depan matanya."Sepertinya ini berlian, Cita. Ya ampun, beruntung sekali kamu mendapatkannya, kenapa kamu tidak umumkan di pasar, saat kamu menemukannya?" tanya Tangguh."Mana saya tahu ini cincin mahal atau tidak, saya kira malah yang satu gram tiga puluh lima ribu itu, Kang. Makanya langsung saya cuci dan saya pakai," cerita Rucita dengan begitu antusias. Wajah dramanya begitu sempurna hingga mampu meyakinkan Tangguh."Ya sudah, simpan dengan baik dan jangan dijual. Kalau tidak ada surat tidak bisa dijual dan jual berlian itu tidak bisa sembarangan," kata Tangguh pada Rucita.Cklek"Kalian sudah siap?" suara Steve dari de
Tangguh dan Rucita sampai di rumah pada pukul dua siang. Linda sudah menyambut kedatangan mereka di depan rumahnya, bahkan Linda sudah membuka lebar pagar rumahnya. Mobil Steve parkir di tempat biasa, di bawah pohon nangka besar yang mulai berbuah.Steve turun pertama kali, lalu disusul Rucita. Steve bahkan membukakan pintu untuk Tangguh dan membantu pemuda itu untuk turun dari mobil.Linda berlari menghampiri ketiganya dengan senyuman ramah."Halo, Nyonya, s-saya Rucita," ujar Rucita lembut sambil mengulurkan tangannya pada Linda."Halo, saya Linda. Selamat datang di rumah sederhana saya," kata Linda sambil tersenyum."Ayo, langsung beristirahat di kamar saja dulu!" Steve membantu Tangguh berjalan menuju rumah belakang yang baru selesai direnovasi semalam. Linda bahkan diminta untuk membersihkan agar tidak ada debu yang masih menempel.Linda mengekori ketiganya berjalan menuju rumah Tangguh. Kedua tangan Steve
Kedua kakak beradik itu sudah kembali ke rumah. Rucita masuk ke dalam kamar tanpa sepatah kata pun setelah membantu Tangguh ke kamar mandi. Hatinya terbakar api cemburu atas perlakuan Linda pada suaminya. Yah, walaupun suami bersama tetap saja rasa cemburu itu membakar hatinya.Begitu juga dengan Tangguh yang duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi kedua kakinya yang masih sakit. Ia tidak bisa mengerjakan apapun untuk mengalihkan rasa panas di hatinya. Inilah pertama kali ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Linda mencium Steve. Apakah memang kekasihnya itu akan meninggalkannya? Apakah Linda benar-benar akan kembali pada suaminya dan melupakan hubungan diantara mereka?Sejak pagi hingga siang hari, baik Rucita dan Tangguh sama sekali tidak berbincang. Keduanya sibuk meredam rasa panas di hati.Lalu bagaimana dengan Linda? Wanita itu mendadak resah setelah berani mencium Steve di depan Tangguh dan Rucita. Entah siapa yang mendorongnya melakuk
"Eh, Tuan, baru sampai ya? Bukan hal penting. Hanya sebatas rahasia kakak dan adiknya," jawab Rucita berkilah. Jujur ia masih kesal dan cemburu dengan suaminya, oleh karena itu tidak sedikit pun ia tersenyum pada Steve."Tuan mau bicara dengan Kang Tangguh? Silakan masuk, saya mau tidur." Rucita berjalan menuju dapur untuk membawa dua bungkusan nasi Padang miliknya dan juga Tangguh. Masih tanpa menoleh pada Steve, Rucita pun masuk ke dalam kamar setelah mencuci tangan sampai bersih."Adik kamu kenapa? Wajahnya asem terus," tanya Steve berpura-pura penasaran. Sudah tidak ia hiraukan lagi obrolan Rucita dan Steve yang sempat ia dengar di ujung pembicaraan itu, wajah masam istri mudanya cukup membuatnya tersenyum dan ingin sekali membawanya ke dalam pelukan. Ya, si pria tua ini sangat menyayangi dan sepertinya bucin berat pada istri mudanya."Gak tahu, Pak, bangun tidur siang malah asem terus. Lalu teriak lapar," jawab Tangguh sambil mengangkat ba
Steve sudah tiba di rumah sakit. Pria dewasa itu terpeleset di teras depan karena ada bungkus makanan berminyak yang terinjak kakinya. Steve tergelincir hingga jatuh terlentang dan tak sadarkan diri.Saat sadar, ia menceritakan pada dokter yang kini tengah memeriksa denyut nadinya. Ditemani oleh Linda, Steve mungkin akan dirawat untuk dua hari sambil dilihat perkembangan kondisinya."Kenapa kamu jalannya tidak hati-hati, Pa?" tanya Linda sambil menggelengkan kepala."Namanya juga musibah. Siapa yang mau terpeleset hingga harus dibawa ke rumah sakit. Masih sukur saya gak apa-apa," jawab Steve dengan enggan."Ya, sudah, istirahat deh. Kamu terlalu banyak mondar-mandir keluar kota dalam satu bulan ini. Makan kamu juga berantakan sehingga memang tepat kamu dirawat, Pa. Biar bisa istirahat. Semoga Tangguh lekas pulih sehingga bisa menggantikan kamu wara-wiri urusan mobil." Linda mengusap lengan suaminya, lalu berjalan ke arah sofa.Di
"Ya ampun, aku lupa menutup pintu!" pekik Linda berujar dengan gerakan bibir tanpa suara. Lekas ia memakai pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu berjalan dengan sedikit payah untuk menjumpai Rucita. Tangguh bersembunyi di balik lemari kamar dengan napas yang terengah-engah. Ia takut Rucita memergokinya sedang bermesraan dengan Linda."Ada apa, Cita?" tanya Linda saat menghampiri Rucita yang masih berdiri dengan sopan di depan rumah Linda."Aku tidak melihat Kang Tangguh," adu Rucita dengan suara cemas. Mata gadis itu sembab sehingga membuat Linda sedikit aneh, apa yang disediakan Rucita?"Kamu menangis?" tanya Linda."Eh, tidak, Nyonya, saya hanya sempat tertidur sebentar dan terbangun melihat Kang Tangguh tidak ada di kamar. Untuk ke kamar mandi saja susah, bagaimana dia bisa pergi dari rumah jika tidak dibantu oleh seseorang," ujar Rucita dengan wajah yang teramat bingung."Aku juga baru saja ketiduran dan kamu mengganggu waktu t