Tangguh dan Rucita sampai di rumah pada pukul dua siang. Linda sudah menyambut kedatangan mereka di depan rumahnya, bahkan Linda sudah membuka lebar pagar rumahnya. Mobil Steve parkir di tempat biasa, di bawah pohon nangka besar yang mulai berbuah.
Steve turun pertama kali, lalu disusul Rucita. Steve bahkan membukakan pintu untuk Tangguh dan membantu pemuda itu untuk turun dari mobil.
Linda berlari menghampiri ketiganya dengan senyuman ramah.
"Halo, Nyonya, s-saya Rucita," ujar Rucita lembut sambil mengulurkan tangannya pada Linda.
"Halo, saya Linda. Selamat datang di rumah sederhana saya," kata Linda sambil tersenyum.
"Ayo, langsung beristirahat di kamar saja dulu!" Steve membantu Tangguh berjalan menuju rumah belakang yang baru selesai direnovasi semalam. Linda bahkan diminta untuk membersihkan agar tidak ada debu yang masih menempel.
Linda mengekori ketiganya berjalan menuju rumah Tangguh. Kedua tangan Steve
Kedua kakak beradik itu sudah kembali ke rumah. Rucita masuk ke dalam kamar tanpa sepatah kata pun setelah membantu Tangguh ke kamar mandi. Hatinya terbakar api cemburu atas perlakuan Linda pada suaminya. Yah, walaupun suami bersama tetap saja rasa cemburu itu membakar hatinya.Begitu juga dengan Tangguh yang duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi kedua kakinya yang masih sakit. Ia tidak bisa mengerjakan apapun untuk mengalihkan rasa panas di hatinya. Inilah pertama kali ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Linda mencium Steve. Apakah memang kekasihnya itu akan meninggalkannya? Apakah Linda benar-benar akan kembali pada suaminya dan melupakan hubungan diantara mereka?Sejak pagi hingga siang hari, baik Rucita dan Tangguh sama sekali tidak berbincang. Keduanya sibuk meredam rasa panas di hati.Lalu bagaimana dengan Linda? Wanita itu mendadak resah setelah berani mencium Steve di depan Tangguh dan Rucita. Entah siapa yang mendorongnya melakuk
"Eh, Tuan, baru sampai ya? Bukan hal penting. Hanya sebatas rahasia kakak dan adiknya," jawab Rucita berkilah. Jujur ia masih kesal dan cemburu dengan suaminya, oleh karena itu tidak sedikit pun ia tersenyum pada Steve."Tuan mau bicara dengan Kang Tangguh? Silakan masuk, saya mau tidur." Rucita berjalan menuju dapur untuk membawa dua bungkusan nasi Padang miliknya dan juga Tangguh. Masih tanpa menoleh pada Steve, Rucita pun masuk ke dalam kamar setelah mencuci tangan sampai bersih."Adik kamu kenapa? Wajahnya asem terus," tanya Steve berpura-pura penasaran. Sudah tidak ia hiraukan lagi obrolan Rucita dan Steve yang sempat ia dengar di ujung pembicaraan itu, wajah masam istri mudanya cukup membuatnya tersenyum dan ingin sekali membawanya ke dalam pelukan. Ya, si pria tua ini sangat menyayangi dan sepertinya bucin berat pada istri mudanya."Gak tahu, Pak, bangun tidur siang malah asem terus. Lalu teriak lapar," jawab Tangguh sambil mengangkat ba
Steve sudah tiba di rumah sakit. Pria dewasa itu terpeleset di teras depan karena ada bungkus makanan berminyak yang terinjak kakinya. Steve tergelincir hingga jatuh terlentang dan tak sadarkan diri.Saat sadar, ia menceritakan pada dokter yang kini tengah memeriksa denyut nadinya. Ditemani oleh Linda, Steve mungkin akan dirawat untuk dua hari sambil dilihat perkembangan kondisinya."Kenapa kamu jalannya tidak hati-hati, Pa?" tanya Linda sambil menggelengkan kepala."Namanya juga musibah. Siapa yang mau terpeleset hingga harus dibawa ke rumah sakit. Masih sukur saya gak apa-apa," jawab Steve dengan enggan."Ya, sudah, istirahat deh. Kamu terlalu banyak mondar-mandir keluar kota dalam satu bulan ini. Makan kamu juga berantakan sehingga memang tepat kamu dirawat, Pa. Biar bisa istirahat. Semoga Tangguh lekas pulih sehingga bisa menggantikan kamu wara-wiri urusan mobil." Linda mengusap lengan suaminya, lalu berjalan ke arah sofa.Di
"Ya ampun, aku lupa menutup pintu!" pekik Linda berujar dengan gerakan bibir tanpa suara. Lekas ia memakai pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu berjalan dengan sedikit payah untuk menjumpai Rucita. Tangguh bersembunyi di balik lemari kamar dengan napas yang terengah-engah. Ia takut Rucita memergokinya sedang bermesraan dengan Linda."Ada apa, Cita?" tanya Linda saat menghampiri Rucita yang masih berdiri dengan sopan di depan rumah Linda."Aku tidak melihat Kang Tangguh," adu Rucita dengan suara cemas. Mata gadis itu sembab sehingga membuat Linda sedikit aneh, apa yang disediakan Rucita?"Kamu menangis?" tanya Linda."Eh, tidak, Nyonya, saya hanya sempat tertidur sebentar dan terbangun melihat Kang Tangguh tidak ada di kamar. Untuk ke kamar mandi saja susah, bagaimana dia bisa pergi dari rumah jika tidak dibantu oleh seseorang," ujar Rucita dengan wajah yang teramat bingung."Aku juga baru saja ketiduran dan kamu mengganggu waktu t
"Hem ... jadi kamu sekarang pandai bersandiwara juga? Dengar, aku berbincang dengan Rucita, dia menanyakan kabarmu dan berharap kamu baik-baik saja. Dia heran kenapa aku pulang, sudah aku hilang aku mengambil baju ganti."Mendengar Linda menyebut nama Rucita, betapa berbunga-bunganya hari Steve. Pria dewasa itu tersenyum di balik wajah yang ia tekuk begitu dalam di depan Linda. Amarahnya menguap begitu saja begitu mendengar nama Rucita. Berarti istri mudanya itu tidak marah padanya, buktinya Rucita menanyakan kabarnya. Gadis itu hanya merajuk saja karena salah paham."Ya sudah, bisa kamu buatkan aku teh, tenggorokanku sangat kering. Ingin sesuatu yang sedikit manis," pinta Steve pada istrinya."Kamu tidak boleh minum manis, Pa," tegur Linda mengingatkan. Steve menggeleng keras."Sedikit saja. Seujung sendok teh," pinta Steve lagi dengan suara memerintah dengan tegas. Linda tak bisa melarang jika intonasi suaminya sudah seperti tadi. Lekas ia membuat
"Aku mau ke Pak Wahyu dulu," kata Steve pada Linda. Pria dewasa itu terus berjalan keluar rumah sambil menggenggam ponselnya. Linda mengangkat bahunya, lalu membereskan sisa makanan yang ada di atas meja.Ingin sekali ia mendatangi Tangguh dan memeluk kekasihnya, tetapi tidak mungkin, suaminya jika ke rumah Pak Wahyu;tetangga mereka tidak pernah lama. Linda hanya bermain ponsel saja sampai rasa bosan bersarang di kepalanya.Steve bukan pergi ke rumah Pak Wahyu, melainkan duduk di pos jaga yang tidak jauh dari rumahnya. Pos jaga dalam keadaan sepi, karena petugas keamanan memang berjaga di dua titik pos mulai pukul sembilan malam, sedangkan sekarang baru pukul delapan.Steve mengeluarkan ponselnya, lalu dengan tak sabar menekan kontak Rucita. Beberapa kali melakukan panggilan, Rucita tak juga mengangkat panggilannya. Hal itu membuat Steve semakin kesal saja.Steve mengisap rokoknya dalam, lalu meniupkan asapnya ke udara. Rasa rindu
"Memangnya tidak punya rumah sampai harus tidur di pos jaga? Malah dikipasin satpam lagi, seperti menidurkan anak bayi. Ada-ada saja kamu, Pa," omel Linda sambil menatap suaminya dengan penuh tanda tanya. Steve ingin tertawa, tetapi ia menahannya. Steve menyadari kekonyolannya seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta saja. Ia langsung berbaring tanpa menjawab Omelan istrinya."Pa, ish! Kamu aneh sekali sekarang!" Linda kembali menggerutu, lalu ia mematikan lampu kamar dan ikut berbaring bersama Steve. Lima menit kemudian, suara dengkuran suaminya mulai terdengar, itu tandanya Steve sudah benar-benar pulas.Satu hal yang sangat aneh dan ia ingin menanyakan langsung pada suaminya, kenapa hampir satu bulan sudah Steve tidak meminta haknya. Padahal ia tahu tipe suaminya yang rutin berhubungan dengannya walau 1 menit saja.Linda berbalik menghadap suaminya yang kebetulan juga tengah menghadapnya. Mulut Steve setengah terbuka karena ter
Steve dan Rucita masih bergelung di dalam selimut bulu tebal. Bercinta dengan penuh kerinduan membuat keduanya cukup kelelahan, terutama Steve. Ia bahkan sengaja menyalakan timer untuk memastikan berapa durasi yang bisa ia tempuh saat bercinta bersama istrinya. Memang tidak lama, tetapi Rucita selalu mendapat pelabuhannya. Mungkin karena ia dengan sungguh-sungguh melakukan foreplay, sehingga istri mudanya mudah untuk sampai di tujuan.Mungkin karena baru sembuh, sehingga Steve tidak bisa sampai setengah jam mencumbu istrinya, untunglah Cita tidak masalah. Gadis itu masih asik memeluk suaminya dengan erat.Hujan di luar rintik-rintik, menambah sahdu malam menjelang subuh. Kokok ayam sudah terdengar dari kejauhan membangunkan penduduk bumi untuk segera melepas mimpi."Apa tidak apa-apa Bu Linda ditinggal sendiri di hotel?" tanya Rucita dengan mata tertutup."Tidak, Linda biasa sendiri dan memang lebih suka sendiri. Lagian saya sudah