"Memangnya tidak punya rumah sampai harus tidur di pos jaga? Malah dikipasin satpam lagi, seperti menidurkan anak bayi. Ada-ada saja kamu, Pa," omel Linda sambil menatap suaminya dengan penuh tanda tanya. Steve ingin tertawa, tetapi ia menahannya.
Steve menyadari kekonyolannya seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta saja. Ia langsung berbaring tanpa menjawab Omelan istrinya.
"Pa, ish! Kamu aneh sekali sekarang!" Linda kembali menggerutu, lalu ia mematikan lampu kamar dan ikut berbaring bersama Steve. Lima menit kemudian, suara dengkuran suaminya mulai terdengar, itu tandanya Steve sudah benar-benar pulas.
Satu hal yang sangat aneh dan ia ingin menanyakan langsung pada suaminya, kenapa hampir satu bulan sudah Steve tidak meminta haknya. Padahal ia tahu tipe suaminya yang rutin berhubungan dengannya walau 1 menit saja.
Linda berbalik menghadap suaminya yang kebetulan juga tengah menghadapnya. Mulut Steve setengah terbuka karena ter
Steve dan Rucita masih bergelung di dalam selimut bulu tebal. Bercinta dengan penuh kerinduan membuat keduanya cukup kelelahan, terutama Steve. Ia bahkan sengaja menyalakan timer untuk memastikan berapa durasi yang bisa ia tempuh saat bercinta bersama istrinya. Memang tidak lama, tetapi Rucita selalu mendapat pelabuhannya. Mungkin karena ia dengan sungguh-sungguh melakukan foreplay, sehingga istri mudanya mudah untuk sampai di tujuan.Mungkin karena baru sembuh, sehingga Steve tidak bisa sampai setengah jam mencumbu istrinya, untunglah Cita tidak masalah. Gadis itu masih asik memeluk suaminya dengan erat.Hujan di luar rintik-rintik, menambah sahdu malam menjelang subuh. Kokok ayam sudah terdengar dari kejauhan membangunkan penduduk bumi untuk segera melepas mimpi."Apa tidak apa-apa Bu Linda ditinggal sendiri di hotel?" tanya Rucita dengan mata tertutup."Tidak, Linda biasa sendiri dan memang lebih suka sendiri. Lagian saya sudah
Linda mondar-mandir di dalam kamarnya. Steve tidak bisa dihubungi padahal ini sudah malam ketiga. Satu hal yang aneh, semenjak ia tiba hotel, tidak pernah sekali pun ia merasa tidur seranjang dengan suaminya. Ke mana sebenarnya Steve? Pukul dua belas malam dan ia terpaksa melewati malam dengan sendiri.Bep! Bep!Linda tersentak saat ponselnya berdering. Ada nama Tangguh di sana. Cepat ia menggeser layar untuk menerima video call dari kekasihnya itu."Halo, gimana? Apa sudah dapat kabar dari Pak Steve?""Gak ada, Guh. Aku juga bingung, ke mana dia? Sebenarnya aku tidak masalah kalau dia bepergian, tetapi ia sepertinya tidak pernah pulang ke hotel. Apa jangan-jangan dia ada di kota lain?""Mungkin memang sedang sibuk, Bu. Sabar aja dulu. Tunggu sampai besok, jika tidak ada kabar juga, Ibu coba cari ke rumah sakit di sekitaran Bandung. Semoga Pak Steve gak apa-apa.""Iya, Guh, makasih ya. Percuma aku ikut kalau begitu. Mending
Benar saja, Steve tiba di rumahnya pukul delapan malam. Wajahnya terlihat lelah, tetapi ia memaksakan berbincang dengan lelaki yang mengaku calon pembeli itu. Steve memberikan kode dengan kedipan mata, saat Tangguh tidak berkonsentrasi pada pembicaraan mereka perihal pembelian mobil yang sedang diperbaiki oleh Tangguh."Baiklah kalau begitu, saya pamit dan lusa akan saya hubungi lagi. Maafkan saya yang menggangu waktu istirahat Pak Steve," kata Pria itu sambil tersenyum."Gak papa, Mas, saya yang justru minta maaf karena Mas lama menunggu," kata Steve berpura-pura sungkan. Tamu itu pun pergi dengan berpamitan pada Steve dan juga Tangguh."Guh, jangan lupa kunci pagarnya." Steve pun masuk ke dalam rumah setelah berpesan pada Tangguh. Wajah pemuda itu masam bercampur kesal, seharusnya hari ini bisa ia lewatkan dengan Linda, tetapi gagal karena ada tamu.Mau marah tentunya tak bisa. Tangguh akhirnya mengunci pagar, lalu berjalan dengan kedu
Seharian ini Steve sama sekali tidak keluar rumah. Alasannya adalah lelah. Pria itu sibuk memandori Tangguh bekerja di gudang. Makan siang pun Steve di gudang bersama Tangguh. Linda hanya bisa mengintip sambil berdoa suaminya pergi keluar sebentar agar ia dapat memeluk kekasihnya. Namun hingga sore menjelang, Steve masih betah di gudang bersama Tangguh.Ia hanya pergi sebentar untuk buang air kecil yang hanya satu menit saja. Karena Steve menggunakan kamar mandi Tangguh untuk buang air kecil.Linda baru saja hendak menghampiri Tangguh saat melihat suaminya tidak ada di sana, namun baru saja ia dua langkah keluar dari rumah, suaminya muncul dari rumah Tangguh dan berjalan santai menuju gudang."Pa, mau makan sore pakai apa?" tanya Linda pada suaminya sekedar berbasa-basi. Ia menghampiri Steve dan Tangguh di gudang, agar bisa melihat kekasihnya barang sejenak."Beli baso di Mang Husni saja. Naik motor atau naik ojek online juga gak p
Steve tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Pintu rumah Tangguh masih tertutup dan terkunci, ia berdiri di sini sambil terus mengetuk pintu, tetapi tidak juga ada jawaban. Luar biasa efek obat yang dimasukkan istrinya ke dalam mangkuk baso. Jika dia yang menyantapnya, tentu saja sampai jam sembilan pagi ini dia belum juga bangun. Itu tandanya Linda dan Tangguh bisa berkali-kali bercinta.Steve merasa sangat puas dengan apa yang ia lakukan. Kakinya ringan melangkah menuju gudang, lalu membuka rolling door dengan kunci yang ia pegang."Pa, tumben karyawan kamu belum buka pintu," sapa Linda berbasa-basi. Steve tertawa, lalu menoleh pada istrinya."Ya, tidurnya seperti orang yang dikasih obat tidur, sangat pulas. Aku ketuk-ketuk daritadi tidak juga terbangun. Mungkin Tangguh akan terus tidur sampai siang, ha ha ha ..." Steve menertawakan kekasih istrinya sekaligus raut wajah terkejut Linda."Oh, emm ... mungkin dia memang habis begadang, P
"I-itu baju untuk si Aji, Pa. Ya, untuk Aji. Mbak Dea tahu saya lagi di mal, terus dia nitip baju untuk Aji," jawab Linda dengan wajah pucat."Benar seperti itu?" Steve menurunkan suaranya."Benar, jika Papa tidak percaya, telepon saja Mbak Dea." Linda berpura-pura sibuk memakai cream wajahnya. Sekilas Steve pada tangan istrinya yang tengah gemetar. Jelas sekali Linda berbohong. Jika tidak, wanita itu tidak perlu gugup."Oke, kali ini saya percaya." Steve berjalan masuk ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya yang panas akibat ulah Linda. Ia tahu baju-baju bagus itu, akan ia berikan pada Tangguh. Ukurannya sama persis dengan baju-baju kaus yang sering dipakai pemuda itu.Dominan warna hitam, ada enam buah kaus berwarna hitam dengan aneka motif yang ia taksir harga per bajunya dua ratus ribu rupiah. Bahkan sampai menjual nama keponakan sendiri untuk menutupi kebohongannya.Linda tidak berani keluar kamar setelah ditegur oleh
Mobil Steve masuk ke dalam sebuah gudang besar di daerah yang tidak dikenali oleh Tangguh. Pemuda itu tidak curiga sama sekali, karena ada salah satu petugas jaga yang memakai seragam security yang berjaga di pintu gerbang. Sayang saja Tanggu tidak dapat melihat wajah itu dengan jelas, karena pria itu mengenakan masker."Selamat sore, Pak Steve. Sudah lama tidak mampir," sapa lelaki itu sambil meletakkan tangannya di kening seperti tengah memberi hormat."Sore, aku memang lagi sibuk beberapa bulan belakangan ini. Ada barang yang perlu aku cari, apa aku boleh melihatnya?" tanya Steve pada lelaki itu."Tentu saja, Pak, silakan!" petugas keamanan gudang besar itu pun membuka pintu gerbang hingga mobil Steve dapat masuk dengan leluasa. Tangguh masih takjub memperhatikan gudang besar beratapkan langit yang di dalamnya terdapat banyak mobil tua yang sangat klasik. Ia tidak yakin bisa memperbaiki mobil-mobil keren ini jika Steve berniat membelinya."Wah, m
Steve memarkirkan mobilnya di garasi. Ia turun dengan santainya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Linda sedang asik menyetrika saat suaminya tiba dengan wajah lelah."Tumben pulangnya malam sekali, Pa?" tanya Linda berbasa-basi."Iya, jalanan macet sekali. Ini saja udah gerah banget, mau mandi, tapi mau lanjut ngobrol dulu sama Tangguh. Tolong buatkan dua kopi untuk kami, antarkan ke rumah Tangguh." Steve pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan cepat. Lalu ia keluar lagi hanya menggunakan baju kaus tidur dan celana boxer sepanjang betis.Linda pun sudah siap dengan dua cangkir kopi. Maksud hati ingin ia yang mengantarkan ke rumah Tangguh, agar ia bisa melihat wajah kekasihnya, tetapi Steve sudah menyambar dua cangkir itu dengan tangannya, lalu berjalan santai menuju rumah Tangguh.Linda tidak curiga sama sekali. Ia tidak bisa mengintip kegiatan suaminya di rumah Tangguh karena tidak ingin suaminya curiga. Ia