Mata kuliah pagi ini dimulai pukul 7. Dosen yang mengajar bernama Pak Ari, lelaki yang sudah menduda itu termasuk favorit para mahasiswa. Kuliahnya selalu semarak dan penuh dengan para mahasiswa yang antusias, termasuk Uzy.
Uzy duduk di baris depan agar dapat mendengarkan materi dengan baik. Namun, tubuhnya telah mengkhianati kehendaknya. Mata bengkak akibat kurang tidurnya terlihat sangat mengantuk. Tangannya yang lelah terhentak-hentak saat mencoba menahan rasa kantuk yang begitu kuat. Pak Ari yang sedang memberikan materi melihat keadaan Uzy dan menghentikan pembicaraannya sejenak.
"Uzy, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat sangat mengantuk di kelas ini." Pak Ari menegur dengan suara yang cukup keras.
Sontak, tatapan seisi kelas beralih ke Uzy. Beberapa mahasiswa tidak dapat menahan tawanya, sedangkan yang lain saling berbisik-bisik dengan geli. Hanya Milo yang tetap diam dengan wajah datar, memperhatikan dengan
Dua bulan telah berlalu. Semenjak mendapatkan pencerahan dari Milo, Uzy tak lagi mendatangi rumah Candy. Setiap kali rasa rindu melanda, Uzy mengalihkan perhatian dan fokusnya pada pekerjaan dan tugas-tugas kuliahnya. Dengan cara itu, Uzy berhasil menekan perasaannya kepada Candy.Sore itu, Uzy berangkat bekerja dengan suasana hati yang riang. Cuaca yang cerah dan indah menambah rasa gembira di hati Uzy.Langkah kaki Uzy amat ringan saat memasuki toko sepatu “Sikil” yang sudah amat diakrabinya seperti akrabnya saudara kandung sendiri. Ia siap untuk memulai hari kerjanya. Ketika ia melintasi area penjualan, salah satu rekannya, Rina, mendekatinya dengan senyum ramah."Hai Uzy! Baru datang, ya? Tadi Pak Beny mencarimu. Katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganmu."Uzy merasa penasaran dan sedikit gugup mendengar kabar itu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahu yang tumbuh di
Acara wisuda Uzy sudah berakhir dua jam yang lalu. Kini, ibunya dan Lilis tengah beristirahat di sebuah kamar hotel kelas melati. Uzy ingin membawa keluarganya itu ke kamar kostnya, namun sayangnya kamar itu terlalu kecil untuk menampung tiga orang. Oleh karena itulah, Uzy akhirnya menyewakan sebuah kamar hotel buat ibu dan adiknya. Uzy merogoh uang tabungannya demi memberikan tempat bermalam yang nyaman bagi keluarganya.“Di hotel enak ya, Mas. Kasurnya empuk dan lembut banget,” celetuk Lilis sambil mengelus-elus bantal di bawah kepalanya dengan ekspresi senang. Bibirnya tak berhenti tersenyum, bahkan sepasang matanya memejam menikmati kelembutan kain pada bantal.Uzy tersenyum melihat reaksi adiknya saat menginap di hotel. Uzy maklum, inilah pertama kalinya Lilis masuk hotel, sehingga tingkahnya terkesan kampungan. “Ini belum seberapa lho, Lis. Banyak kasur yang lebih empuk di hotel yang lebih mewah,” ujar Uzy.Ibunya Uzy terbatuk kecil. Posisinya yang semula berbaring di samping Li
Ibu dan Lilis hanya dua hari saja di Yogyakarta. Selepas itu, mereka pulang kembali ke Klaten.“Lilis tidak bisa lama-lama bolos sekolah.” Lilis mengemukakan alasan.Uzy memaklumi keadaan. Ia mengantarkan ibu dan adiknya ke stasiun bus untuk pulang. Setelah perpisahan yang terasa haru, bus pun berangkat membawa ibu dan adik Uzy kembali ke kota mereka.Uzy berjalan keluar dari stasiun dengan sejuta rencana masa depan berkelebat di dalam benaknya.“Sepertinya tabunganku sudah cukup buat beli motor baru. Dengan motor, aku bisa lebih leluasa bepergian, tidak selalu harus menggunakan angkot begini,” bisik hati Uzy sambil merenung di tepi jalan, saat menunggu angkot yang lewat untuk pulang kembali ke kost.Dengan pikiran itu, Uzy tidak jadi pulang. Ia justru masuk ke sebuah dealer sepeda motor untuk bertanya-tanya tentang koleksi motor yang terbaru. 
Uzy mengendarai motornya dengan hati-hati, memastikan Candy nyaman di belakangnya. Mereka melintasi jalanan yang ramai, tetapi Uzy tetap fokus pada keadaan jalan raya di depannya. Setelah beberapa saat, mereka tiba di depan pintu kost Uzy yang berada di sebuah kompleks perumahan yang terkenal sebagai area kost-kost-an. Hampir semua bangunan di jalan itu merupakan rumah kost.Uzy membantu Candy turun dari motor, dan mereka berjalan menuju pintu masuk kost. Mereka melewati ruang tamu yang kosong, lampu yang redup menyambut kedatangan mereka. Tidak ada suara atau tanda-tanda kehadiran orang lain di sana.Tempat kost Uzy bukan lagi rumah dengan sebuah kamar sempit seperti dulu. Ia sudah pindah kost semenjak diangkat menjadi supervisor di toko sepatu. Kost yang baru merupakan gedung mirip apartemen tiga lantai. Bangunan ini terlihat sederhana namun terawat dengan baik. Setiap lantai memiliki sejumlah kamar bersebelahan yang dihuni oleh para pengh
Setelah mengetahui bahwa Candy telah bercerai dari suaminya, Uzy merasakan kejutan dan kegembiraan yang tak terduga. Harapan untuk bersama Candy kembali tumbuh di dalam hatinya, terbayang kemungkinan untuk memulai hubungan baru dengan wanita yang telah lama dia cintai namun terpisah karena keadaan.Dulu, Candy menolaknya karena miskin. Sekarang, Uzy tak lagi miskin. Ia memiliki pekerjaan yang cukup mapan. Bahkan, Uzy sudah punya tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini. Uzy optimis, Candy mau menerimanya kali ini.Uzy memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang telah lama mengganjal pikirannya. Dengan suara yang penuh harap, Uzy berkata, "Candy, maaf jika pertanyaan ini terdengar melanggar privasimu, tetapi aku ingin tahu apa yang terjadi dengan hubunganmu. Bagaimana bisa kalian berdua bercerai?"Candy mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, wajahnya terlihat penuh dengan perasaan campuran antara kesedihan. Di
Keesokan harinya, Uzy bersiap-siap untuk pergi ke toko sepatu lebih pagi daripada hari-hari biasanya. Saat memasang dasi pada kemeja, ia melirik Candy yang masih tertidur pulas di ranjangnya.“Bahkan saat tidur saja dia terlihat sangat cantik. Bidadariku,” gumam Uzy di dalam hati.Uzy tergoda untuk mencium Candy pada saat Candy tidur, tetapi dia masih dapat menjaga kewarasan sehingga tidak melaksanakan niat hatinya yang sudah menggebu-gebu. Akhirnya, Uzy hanya berdiri diam di sisi ranjang, memandangi wajah Candy dengan penuh damba.“Kalau sudah jadi suamimu nanti, aku pasti akan membangunkanmu dengan kecupan setiap pagi,” ujar Uzy di dalam hati, berangan-angan.Uzy keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Ia sengaja tak membangunkan Candy, tak ingin mengganggu tidur wanita itu. Ia sengaja berangkat lebih pagi agar dapat memenuhi janjinya untuk mencari tempat tinggal y
Uzy merasa panik. Ia takut Candy pergi tanpa pamit. Ia takut ditinggalkan lagi oleh Candy, padahal wanita itu sudah sangat dekat dengan dirinya. Bahkan, Uzy masih mengingat aroma tubuh Candy tadi malam.Selagi Uzy tertegun, tiba-tiba Candy muncul dari arah belakang dengan handuk di tangan, menandakan bahwa ia baru saja keluar dari kamar mandi.“Wah, Candy! Aku kaget melihatmu tidak ada di kamar tadi. Kamu tiba-tiba hilang. Aku takut kamu pergi,” ujar Uzy spontan. Ia merasa amat bahagia, ternyata Candy tidak pergi seperti kekhawatirannya sebelumnya.“Hehe, maafkan aku, Uzy. Aku pergi ke kamar mandi karena badanku gatal sekali.” Candy mengusap anak rambutnya yang basah.Darah Uzy tersirap melihat kulit Candy yang sedikit basah oleh bekas air mandi. Dalam kondisi habis mandi, Candy tampak amat cantik, persis seperti bidadari di dalam lukisan Jaka Tarub.&ldqu
“Siapa dia, Pak? Karyawati sini, bukan?” desak Risa lagi. Rasa penasaran membuatnya kehilangan sopan santun terhadap atasan. Namun demikian, Uzy tak mau mempersoalkan hal itu, apalagi sampai memarahi Risa. Bukan gaya Uzy memarahi apalagi sampai menghardik karyawan.“Bukan, dong. Wanita ini sudah aku sukai sejak pertama kali kuliah. Bisa dibilang, dia cinta pertamaku.” Akhirnya, Uzy mengaku juga.“Wah, wah. Jadi penasaran sama seleranya Pak Uzy. Pasti cantik dan high class, ya?” ujar Risa penuh semangat. Risa tak sadar, sedari tadi hanya dirinya seorang yang mengobrol. Adapun Rudi dan Viko lebih banyak menyimak percakapan.Uzy tersenyum. “Mungkin suatu hari nanti akan aku bawa dia kemari,” kata Uzy sambil mengulum senyum.“Wah, semoga segera menikah ya, Pak Uzy!” Rudi berkata sungguh-sungguh.“Selamat, Pak