Ibu dan Lilis hanya dua hari saja di Yogyakarta. Selepas itu, mereka pulang kembali ke Klaten.
“Lilis tidak bisa lama-lama bolos sekolah.” Lilis mengemukakan alasan.
Uzy memaklumi keadaan. Ia mengantarkan ibu dan adiknya ke stasiun bus untuk pulang. Setelah perpisahan yang terasa haru, bus pun berangkat membawa ibu dan adik Uzy kembali ke kota mereka.
Uzy berjalan keluar dari stasiun dengan sejuta rencana masa depan berkelebat di dalam benaknya.
“Sepertinya tabunganku sudah cukup buat beli motor baru. Dengan motor, aku bisa lebih leluasa bepergian, tidak selalu harus menggunakan angkot begini,” bisik hati Uzy sambil merenung di tepi jalan, saat menunggu angkot yang lewat untuk pulang kembali ke kost.
Dengan pikiran itu, Uzy tidak jadi pulang. Ia justru masuk ke sebuah dealer sepeda motor untuk bertanya-tanya tentang koleksi motor yang terbaru.
 
Uzy mengendarai motornya dengan hati-hati, memastikan Candy nyaman di belakangnya. Mereka melintasi jalanan yang ramai, tetapi Uzy tetap fokus pada keadaan jalan raya di depannya. Setelah beberapa saat, mereka tiba di depan pintu kost Uzy yang berada di sebuah kompleks perumahan yang terkenal sebagai area kost-kost-an. Hampir semua bangunan di jalan itu merupakan rumah kost.Uzy membantu Candy turun dari motor, dan mereka berjalan menuju pintu masuk kost. Mereka melewati ruang tamu yang kosong, lampu yang redup menyambut kedatangan mereka. Tidak ada suara atau tanda-tanda kehadiran orang lain di sana.Tempat kost Uzy bukan lagi rumah dengan sebuah kamar sempit seperti dulu. Ia sudah pindah kost semenjak diangkat menjadi supervisor di toko sepatu. Kost yang baru merupakan gedung mirip apartemen tiga lantai. Bangunan ini terlihat sederhana namun terawat dengan baik. Setiap lantai memiliki sejumlah kamar bersebelahan yang dihuni oleh para pengh
Setelah mengetahui bahwa Candy telah bercerai dari suaminya, Uzy merasakan kejutan dan kegembiraan yang tak terduga. Harapan untuk bersama Candy kembali tumbuh di dalam hatinya, terbayang kemungkinan untuk memulai hubungan baru dengan wanita yang telah lama dia cintai namun terpisah karena keadaan.Dulu, Candy menolaknya karena miskin. Sekarang, Uzy tak lagi miskin. Ia memiliki pekerjaan yang cukup mapan. Bahkan, Uzy sudah punya tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini. Uzy optimis, Candy mau menerimanya kali ini.Uzy memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang telah lama mengganjal pikirannya. Dengan suara yang penuh harap, Uzy berkata, "Candy, maaf jika pertanyaan ini terdengar melanggar privasimu, tetapi aku ingin tahu apa yang terjadi dengan hubunganmu. Bagaimana bisa kalian berdua bercerai?"Candy mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, wajahnya terlihat penuh dengan perasaan campuran antara kesedihan. Di
Keesokan harinya, Uzy bersiap-siap untuk pergi ke toko sepatu lebih pagi daripada hari-hari biasanya. Saat memasang dasi pada kemeja, ia melirik Candy yang masih tertidur pulas di ranjangnya.“Bahkan saat tidur saja dia terlihat sangat cantik. Bidadariku,” gumam Uzy di dalam hati.Uzy tergoda untuk mencium Candy pada saat Candy tidur, tetapi dia masih dapat menjaga kewarasan sehingga tidak melaksanakan niat hatinya yang sudah menggebu-gebu. Akhirnya, Uzy hanya berdiri diam di sisi ranjang, memandangi wajah Candy dengan penuh damba.“Kalau sudah jadi suamimu nanti, aku pasti akan membangunkanmu dengan kecupan setiap pagi,” ujar Uzy di dalam hati, berangan-angan.Uzy keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Ia sengaja tak membangunkan Candy, tak ingin mengganggu tidur wanita itu. Ia sengaja berangkat lebih pagi agar dapat memenuhi janjinya untuk mencari tempat tinggal y
Uzy merasa panik. Ia takut Candy pergi tanpa pamit. Ia takut ditinggalkan lagi oleh Candy, padahal wanita itu sudah sangat dekat dengan dirinya. Bahkan, Uzy masih mengingat aroma tubuh Candy tadi malam.Selagi Uzy tertegun, tiba-tiba Candy muncul dari arah belakang dengan handuk di tangan, menandakan bahwa ia baru saja keluar dari kamar mandi.“Wah, Candy! Aku kaget melihatmu tidak ada di kamar tadi. Kamu tiba-tiba hilang. Aku takut kamu pergi,” ujar Uzy spontan. Ia merasa amat bahagia, ternyata Candy tidak pergi seperti kekhawatirannya sebelumnya.“Hehe, maafkan aku, Uzy. Aku pergi ke kamar mandi karena badanku gatal sekali.” Candy mengusap anak rambutnya yang basah.Darah Uzy tersirap melihat kulit Candy yang sedikit basah oleh bekas air mandi. Dalam kondisi habis mandi, Candy tampak amat cantik, persis seperti bidadari di dalam lukisan Jaka Tarub.&ldqu
“Siapa dia, Pak? Karyawati sini, bukan?” desak Risa lagi. Rasa penasaran membuatnya kehilangan sopan santun terhadap atasan. Namun demikian, Uzy tak mau mempersoalkan hal itu, apalagi sampai memarahi Risa. Bukan gaya Uzy memarahi apalagi sampai menghardik karyawan.“Bukan, dong. Wanita ini sudah aku sukai sejak pertama kali kuliah. Bisa dibilang, dia cinta pertamaku.” Akhirnya, Uzy mengaku juga.“Wah, wah. Jadi penasaran sama seleranya Pak Uzy. Pasti cantik dan high class, ya?” ujar Risa penuh semangat. Risa tak sadar, sedari tadi hanya dirinya seorang yang mengobrol. Adapun Rudi dan Viko lebih banyak menyimak percakapan.Uzy tersenyum. “Mungkin suatu hari nanti akan aku bawa dia kemari,” kata Uzy sambil mengulum senyum.“Wah, semoga segera menikah ya, Pak Uzy!” Rudi berkata sungguh-sungguh.“Selamat, Pak
Petang menjelang. Uzy bersiap-siap untuk pulang tepat waktu. Ia sengaja tidak lembur hari ini karena janjinya kepada Candy untuk membantunya pindah kost sore ini.“Tumben enggak lembur, Pak?” tegur Rudi dengan mimik wajah keheranan. Uzy terkenal sebagai karyawan yang sangat rajin, hampir setiap hari ia lembur. Oleh karena itulah, terlihat aneh apabila Uzy tidak lembur.“Ada urusan yang harus diselesaikan sore ini,” kilah Uzy sambil tersenyum.“Bukan janjian sama cewek, kan?” celetuk Rudi yang memang sudah akrab dengan Uzy. Status mereka yang berbeda level, yaitu atasan dan bawahan, tidak menjadikan hubungan pertemanan di antara mereka menjadi berjarak jauh.“Hahaha!” Uzy hanya tertawa, enggan menjawab pertanyaan Rudi yang dianggapnya tidak serius. Jadi, Uzy merasa tidak perlu menjawab cetusan Rudi tersebut. “Pulang duluan, ya.” Uzy pun
Akan tetapi, Uzy tak mungkin mencegah Candy untuk makan di restoran. Selain sudah telanjur menawarkan, ia gengsi untuk menelan ludah sendiri. Apalagi, ia baru ingat bahwa Candy memang sudah terbiasa hidup mewah.Mereka berdua berjalan keluar dari rumah kost menuju restoran terdekat. Di restoran yang nyaman, mereka duduk di meja yang dipahat indah dan memesan hidangan favorit Candy. Suasana menjadi santai saat mereka menikmati makanan dan berbincang-bincang. Sejenak, Uzy lupa akan tagihan yang harus dibayarnya untuk makan malam ini.Mereka mengobrolkan masa lalu saat masih menjadi mahasiswa. Uzy menceritakan pengalaman kerjanya sampai akhirnya dia lulus menjadi sarjana dengan nilai tertinggi. Candy berdecak kagum.“Wah, kamu hebat Uzy. Aku enggak menyangka kamu pemuda yang gigih dan ulet.” Candy menatap penuh penghargaan ke arah Uzy. Uzy merasa melambung ke udara saat Candy memujinya. Ia sangat s
“Saya mengerti, Candy. Setiap orang punya waktu dan kebutuhan mereka sendiri. Tidak apa-apa jika kamu membutuhkan waktu untuk memikirkannya. Apapun keputusanmu, aku akan selalu di sini untukmu.” Uzy berhasil merangkai kata agar tetap manis didengar. Kepiawaiannya menjadi bagian penjualan di toko sepatu sedikit banyak telah mempengaruhi kemampuannya dalam berkomunikasi, sehingga Uzy kini menjadi pemuda yang luwes dalam bermanis kata.Candy membalas genggaman tangan Uzy. “Terima kasih, Uzy, karena pengertianmu. Aku sangat menghargainya. Aku tidak ingin merusak hubungan baik yang telah kita bangun dengan terburu-buru. Aku akan memikirkannya dengan matang.”Pramusaji datang membawa makan malam. Seketika, suasana romantis yang terbangun pun buyar. Mereka kembali fokus pada makanan yang tersaji di hadapan. Candy mengajak Uzy bercakap-cakap tentang hal lainnya, sehingga Uzy pun tak lagi membahas soal lamaran.