'....berbeda dari yang lain.'
Wajah Lisa masih dihiasi senyuman manis. Ia mengangkat tangannya lalu menyentuhkan jemarinya ke pipi Revin.
'Ini...karena Kak Revin atau karena aku yang belakangan ini tidak pernah melakukannya lagi ya?'
'Um.. atau jangan-jangan karena kedua-duanya?' Lisa terkikik, menutup mulutnya sendiri karena merasa geli akan pikirannya.
Memang belakangan ini Lisa tidak melakukan aktivitas itu karena ia lebih sibuk menguntit kehidupan Evans bersama perempuan lain. Dia selalu mencari tahu siapa yang dekat dengan Evans.
Tetapi keadaan sudah berubah. Sejak kejadian tadi malam, sejak Lisa merasakan sentuhan Revin, kehadiran Evans di dalam otaknya langsung lenyap.
Lisa ingin mengulanginya lagi pagi ini, tetapi Revin masih tidur. Bibir Lisa mengerucut manja. Ia mulai mengetuk-ngetuk pelan ujung jarinya pada hidung mancung Revin.
"Bangun, Sayang," ucapnya kemudian dengan mesra tetapi Revin tidak menggubris. Lalu untuk kedua kalinya Lisa mengetuk-ngetukkan ujung jarinya ke pipi Revin, barulah Revin mulai membuka mata.
"Pagi, Sayang." Lisa tersenyum manis menyambut Revin bangun pagi.
Revin membuka matanya sempurna, dia menatap Lisa tepat di hadapannya. Wajah Lisa tampak berseri-seri di pagi hari yang cerah. Sesungguhnya dia terlihat sangat cantik pagi ini. Mereka sama-sama tidur menyamping dan saling berhadapan, dekat sekali.
Revin sejenak kehilangan kata-kata untuk membalas sapaan perempuan yang ada di hadapannya sekarang. Dia mengingat kejadian tadi malam, mengingat betapa liarnya dirinya. Ditatapnya kembali Lisa lekat-lekat. Tentu saja Revin benar-benar terpuaskan tadi malam. Tubuh Lisa molek, kulitnya juga halus dan lembut. Lisa memang rajin perawatan diri. Dan terutama Lisa sangat menjaga kesehatan Miss V miliknya. Dia rutin pergi ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan kewanitaannya dan juga rajin berolahraga, khususnya senam kegel.
Sayangnya di mata Revin saat ini, Lisa hanyalah perempuan jalang. Seorang wanita murahan. Tak lebih dari itu.
"Hei, kenapa diam saja, Sayang?" tanya Lisa sambil mengusap lembut pipi Revin dengan jemari tangannya.
Revin memejamkan matanya sebentar menikmati belaian tangan Lisa yang halus, lalu kembali membuka matanya. "Pagi juga, Lisa," sapanya lembut.
"Ternyata Kak Revin tampan juga ya," celetuk Lisa.
"Kau baru sadar?" Revin terkekeh. Lisa mengangguk pelan sambil mengusap-usap dada Revin dengan gerakan sensual yang disengaja karena ingin memancing Revin. Dan benar saja hal itu membuat Revin kembali berahi.
"Kakak juga hebat di ranjang," celetuknya lagi dengan wajah malu-malu. Tampak wajah Lisa yang mulai kembali merona.
Revin yang mendengar pujian Lisa langsung menangkup wajah Lisa dengan sebelah tangannya dan mengecup bibirnya. Kemudian ia berucap sedikit berbisik, "Kamu ingin kita mencobanya lagi?"
Lisa yang mendengarnya tersenyum dan mengangguk pelan. Maka dengan sigap Revin merengkuh Lisa dan menidurinya kembali.
•
•
"Wah, masakanmu enak juga, Lisa." Revin sedari tadi melahap nasi goreng seafood buatan Lisa. Apalagi dia sudah sangat lapar setelah menghabiskan energi tadi malam dan juga pagi ini bersama Lisa di ranjang. Lisa tersenyum manis. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Sebenarnya pelayan sudah membuatkan sarapan untuk Lisa pagi tadi. Tapi karena sarapan itu sudah dingin dan tidak cukup untuk mereka berdua, maka Lisa memutuskan untuk memasakkan nasi goreng spesial untuk Revin.
"Bukan cuma nasi goreng, aku juga bisa membuat beragam masakan lain. Kalau Kak Revin suka masakanku aku akan memasakkannya untukmu," ucap Lisa bersemangat penuh antusias.
"Aku benar-benar tak menyangka. Kupikir kau tidak begitu peduli masalah dapur." Tanpa sadar Revin sudah menghabiskan tandas nasi goreng di piringnya.
Lisa tidak menjawab, ia membuka kulkas dan mengambil satu kotak besar susu cair.
"Mau minum susu?" tanyanya genit.
Ia mengerlingkan sebelah matanya sambil menjulurkan lidahnya sekejap dengan gerakan centil. Melihat itu, Revin menghela napasnya pelan. "Lisa memang wanita penggoda," ucapnya dalam hati. "Tidak. Aku mau kopi," jawab Revin sambil tersenyum dengan tenang. "Okay." Lisa menuangkan susu di gelas untuknya sendiri tanpa memanaskannya lalu segera dengan cekatan membuatkan kopi untuk Revin. "Ini, Sayang," ucapnya lembut sambil menyodorkan pelan satu cangkir kopi dan duduk di samping Revin. "Makasih ya." Revin menyesap kopi tersebut. Aromanya menguar tajam dan sangat nikmat di lidah. "Unik rasanya," ucap Revin sambil menyesap kembali kopinya. "Itu kopi dari daerah Sidikalang. Papaku kadang ke Sumatera karena urusan bisnis. Dia membawa kopi itu dari sana karena dia suka sekali kopi itu. Kalau papaku kemari menjengukku, aku biasanya akan membuatkan itu untuknya," ucapnya sedikit berbohong. Sebenarnya Lisa sendiri yang memesan kopi itu dari sana. Berharap suatu hari nanti ayahnya datang mene
Revin melajukan mobilnya. Ada Anna di sampingnya. Hari ini dia akan melakukan kencan dengan perempuan ini sesuai perintah Renata, mamanya. Revin hanya diam. Anna juga memutuskan untuk diam saja. Walaupun di awal dia ingin berjuang agar perjodohan mereka berhasil, tetapi mendengar kata-kata Revin yang pedas tadi tentang dirinya yang suka membully, membuat nyalinya ciut. Apalagi semua yang dikatakan Revin benar adanya. Sesampainya di sana, Revin dan Anna memutuskan duduk di tempat yang disediakan di sekitar bioskop tersebut. Karena masih ada dua puluh menit lagi film itu akan diputar, mereka pun memesan minuman dan camilan sembari menunggu. "Ada apa, Kak?" tanya Anna yang tanpa sengaja melihat Revin meliriknya. Anna juga pernah sebentar menjadi pacar Evans karena perjodohan, tetapi Evans memutuskannya karena tidak ada rasa cinta di hati Evans untuknya. "Kau sebelumnya berpacaran dengan Evans. Seberapa jauh hubungan kalian?" tanya Revin bersikap dingin. Terhadap Lisa, Revin tidak begi
"Baguslah kalau begitu. Aku pulang duluan," ucapnya ketus. Anna mengangguk pelan. Revin pun langsung meninggalkannya sendirian di sana.Begitulah kencan Revin dan Anna berlangsung dan berakhir dengan cara yang tidak menyenangkan. Walaupun terlihat gampangan, tetapi sebenarnya hati Revin memang sulit untuk ditaklukkan. Semua mantan pacar Revin adalah perempuan yang cantik. Tetapi Revin tanpa ragu akan langsung memutuskan hubungan begitu mengetahui sifat jelek wanitanya yang tidak bisa ditolerir lagi. Revin juga adalah tipe lelaki yang sulit percaya pada mulut perempuan. Apalagi jika perempuan itu memiliki nama yang tidak baik di lingkungannya.***Tiba malam."Benar-benar membosankan!" Revin menguap sambil membaca sekilas apa yang ia ketik barusan. Revin pun teringat akan kencannya tadi. Berkencan dengan Anna adalah hal yang konyol bagi Revin. Dan yang paling membosankan adalah ketika tadi ia pulang k
Lalu kemudian dia mengangguk. "Aku membawakan Kakak bekal makan siang. Kakak sudah makan belum?" tanya Lisa bersemangat. "Wah, belum. Seriusan nih, kau membawa bekal untukku?" tanya Revin bersemangat. Teringat masakan Lisa kemarin begitu lezat, rasanya dia ingin mencoba lagi masakannya. "Iya, biar Kak Revin tahu bahwa aku tidak hanya bisa memasak nasi goreng saja. Tetapi masakan yang lain juga. Aku yakin buatanku pasti enak!" jelasnya dengan antusias. "Jadi nggak sabar nih. Kita makannya di kafe aja yuk. Yang dekat sini," ajak Revin kemudian. "Kenapa nggak di kantin aja, Kak? Kan lebih dekat?" tanya Lisa. Revin sedikit bingung menjawabnya. "Um. Menurutku lebih nyaman di sana," jawab Revin asal. "Padahal di sini kantinnya nyaman aja tuh. Tapi, okay deh, Kak." Lisa tersenyum menyetujui. Tidak mau terlalu membantah. Lisa yakin pasti Revin punya seseorang di kampus ini. Tapi ia tidak akan menyerah begitu saja. Di kafe dekat kampus, mereka memesan makanan untuk Lisa dan juga kopi un
'Lisa? Pas banget dia nelpon waktu aku lagi mikir yang aneh-aneh.'Revin menggeleng sambil terkekeh. Lalu mengangkat teleponnya."Halo, Lisa," sapa Revin"Halo, Kak Revin lagi apa sore begini? Apa masih di kampus?" tanya Lisa ceria."Ini lagi di rumah, biasalah lagi menyusun skripsi.""Hmmm. Tampaknya Kak Revin bakalan panjang nih kesibukannya ya." Lisa tampak tak bersemangat."Memangnya kenapa?" Revin terkekeh."Tidak apa-apa. Kak Revin lanjutkan saja pekerjaannya," ucap Lisa lembut."Kau mau mengajakku main ke klub ya?" tebak Revin kemudian."Iya s
"Kau tanyakan saja pada Evans sejauh mana hubungannya dengan Anna. Evans kan temanmu. Papa yakin Anna masih bersih, Papa cukup yakin akan penyelidikan Papa," tukas Tuan Alex dengan percaya diri."Aku rasa itu akan menjadi pilihan terakhir untuk menanyakan Evans. Kecuali Papa dan Mama siap membatalkannya kalau ternyata dia tidak murni lagi. Apa Papa siap membatalkannya jika Anna tidak suci lagi?" Bagi Revin itu cukup konyol jika bertanya pada Evans. Bagaimana kalau jawabannya adalah bahwa mereka sudah pernah tidur bersama? Dan ternyata Revin tetap juga dipaksa menikahi perempuan itu. Tentu akan semakin memalukan baginya. Sementara kedua orang tuanya hanya menghela napas kasar mendengar jawaban Revin.Melihat tidak ada jawaban, Revin kembali berbicara, "Aku akan mencoba tubuhnya untuk memastikannya. Dan kalau ternyata dia tidak perawan, kuharap Mama dan Papa ti
Revin membuka matanya sedikit. Sinar matahari terasa menyilaukan tembus dari tirai jendela yang dihembus angin. Dengan cepat dia menyesuaikan pandangannya, membuka mata dan melihat gorden berwarna merah muda berayun-ayun indah. Udara cerah memenuhi ruangan itu. Revin tahu benar di mana dia berada sekarang. Dia berada di kamar Lisa tepat di ranjangnya.Tadi malam setelah mereka berciuman, Revin langsung terburu-buru memarkirkan mobilnya dan bergegas bersama Lisa menuju apartemen. Bahkan di dalam lift menuju lantai atas apartemen Lisa, karena hanya ada mereka berdua di sana, mereka langsung melanjutkan ciuman mereka seolah sudah tak sabar ingin segera melampiaskan hasrat mereka yang menggebu-gebu di ranjang. Dan akhirnya mereka berakhir di kamar ini lagi.Revin mengerutkan keningnya karena mendapati dirinya tengah sendirian di kamar
"Sabarlah. Sebentar lagi papaku akan pergi dari sini. Tadi aku mengatakan padanya kalau aku akan pergi. Jadi dia tidak akan berlama-lama lagi. Kau tenang saja di sini, Kak. Aku akan menemuinya ke bawah. Setelah dia pulang, aku akan kemari memberi tahu Kakak," jawab Lisa. Revin mengangguk setuju."Syukurlah kalau begitu. Aku akan menunggumu di sini. Kau turunlah ke bawah sekarang," ucap Revin kemudian.Lisa meninggalkan Revin di kamar tanpa kata. Dan dia segera menuruni tangga. Tetapi sebenarnya papanya sama sekali tidak berada di apartemen itu. Lisa berbohong. Dia mengatakan hal itu hanya ingin mengetahui pemikiran Revin dengan melihat reaksinya.Seperti apa yang dikatakan padanya tadi malam, ternyata Revin memang hanya ingin mereka berteman secara normal.