"Apakah Kamu sadar dengan apa yang Kamu katakan barusan?" tanya Milla tidak habis pikir. Tadinya Milla berpikir orang tampan seperti Eddy pasti memiliki selera yang bagus soal penataan dan keindahan, itu sebabnya dia bertanya tentang tanaman apa yang cocok untuk halaman vila. Siapa sangka jawaban pria ini pada akhirnya malah membuat Milla ingin muntah darah karena kesal. Baginya ucapan Eddy itu benar-benar tidak masuk akal, bagaimana mungkin halaman yang sangat luas seperti ini hanya diplester? Itu penghinaan atas keindahan dan estetika, oke? Tidak sekalian saja dia bikin lapangan basket atau tenis itu masih lebih baik dari pada hanya diplester semen. Itu sungguh tidak terbayangkan bagi Milla dan sejaligus merupakan penghinaan serius terhadap profesinya sebagai arsitek. "Ya mau bagaimana lagi? Bukankah semua tanaman menurut Kamu sulit untuk dirawat dan Kamu sendiri tahu Aku tidak ada waktu untuk mengurusnya!" kata Eddy cuek. Dia memang tidak merasa penting untuk bolak balik mem
"Ngomong-ngomong, kenapa Aku jadi merasa kita seperti pasangan suami istri yang sedang ribut membahas masalah rumah masa depan yang nantinya akan ditempati bersama-sama ya?" tanya Eddy sambil mengusap dagunya dan menatap Milla jahil. Apa yang dikatakan Eddy tidak salah, cara mereka saling adu pendapat soal tanaman bunga lebih mirip pasangan pengantin baru dari pada arsitek dengan kliennya. Mendengar kata-kata Eddy wajah Milla langsung merah merona karena malu. Milla merutuk dalam hati, kenapa pemuda di sampingnya ini pandai sekali membuatnya malu dan jengah. 'Dia berbeda sekali dengan Shasha, kepribadian mereka sangat bertolak belakang sekali,' keluh Milla dalam hati sambil melirik pemuda yang ada di sampingnya itu diam diam. Padahal, awal dia mengenal pemuda ini Milla mengira Eddy adalah sosok yang kalem seperti Shasha namun, waktu membuktikan bahwa dugaannya selama ini ternyata sangat salah. Mungkin itu sebabnya kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari sampul luarnya saja.
"Kita mungkin bisa melihat-lihat vila yang ada di sekitar sini dan menjadikannya sebagai referensi tanaman apa yang biasanya ditanam oleh pemilik villa lain," saran Eddy. Selain vila miliknya memang terdapat juga beberapa vila lain yang merupakan milik beberapa artis dan pengusaha ibukota, bangunan vila mereka tidak kalah indah dengan vila milik orang tuanya. Eddy ingat dulu dia sering mendengar ibunya mengeluh bahwa mawar langka yang dia lihat di pelelangan ternyata sudah dibeli oleh tetangga mereka yang juga penggila mawar. "Tidak, kita tidak harus mengikuti mereka, akan lebih bagus jika vila ini berbeda dari yang lain, sehingga vila ini memiliki keunikannya tersendiri," kata Milla sambil menengadahkan wajahnya menatap langit yang mulai meredup tidak seterik sebelumnya. Mila memang tidak tertarik untuk mencontek hasil kerja arsitek lain yang menangani vila di sekitar vila milik Eddy, baginya lebih baik bekerja sesuai kemampuannya saja tidak perlu mencontek hasil kerja orang lain,
Suasana di antara mereka menjadi canggung dan kikuk. Milla mengalihkan pandangannya pada jalan di depannya. Dia bergegas menuju pondokannya sambil berusaha menetralkan perasaan gelisah dan jantungnya yang berdebar-debar. "Gila, debaran ini lebih parah dari ketika Aku mengikuti lomba lari estafet di sekolah," kata Milla sambil berpegangan pada sandaran kursi. Milla sadar ada yang tidak beres antara dirinya dan Eddy. Kadang gadis itu juga berpikir mengapa dia selalu berdebar-debar jika berada di dekat Eddy, padahal ketika pacaran dengan mantannya, dia tidak pernah merasakan debaran yang sama seperti ini. "Aku kenapa sebenarnya? Apakah Aku jatuh cinta pada Eddy? Tapi kenapa rasanya seperti ini? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya," gumam Milla lebih seperti sebuah keluhan. Milla memutuskan untuk menepis semua perasaan itu karena tidak ada baiknya jatuh cinta kepada anak majikan, walaupun sekarang majikannya sudah meninggal dan ayahnya pun demikian tapi tetap saja predikat anak maj
Milla merasa heran dengan sikap Eddy yang tidak jelas itu. Dia jadi merasa gelisah sendiri. Di dalam hati dia bertanya-tanya apakah dia telah jatuh cinta kepada Eddy? Apakah Eddy juga merasakan hal yang sama? Milla menggelengkan kepalanya untuk mengusir semua pertanyaan ambigu di dalam kepalanya. Gadis itu melangkah mendekati para tukang dan mulai memeriksa hasil pekerjaan mereka. Milla merasa sangat puas sekali, karena para tukang tersebut mengerjakan sesuai plan yang dia berikan. Milla tersenyum cerah dan mengucapkan terimakasih kepada para tukang atas kerja sama yang baik di antara mereka. Besok mereka hanya tinggal merapikan dan memperbaiki pancuran yang sudah lama berada di taman dan terbengkalai itu. Merasa telah melakukan tugasnya dengan baik dan jam kerja yang telah usai, para tukang itu pun memutuskan untuk pulang, mereka satu persatu berpamitan kepada Milla dan menyetujui untuk datang kembali esok harinya untuk menyelesaikan sisa pekerjaan mereka. Setelah para tukang perg
'Tidak! Ini tidak benar! Ini benar-benar aneh,' pikir Eddy sambil memegang dadanya. Eddy tidak percaya dia bisa secepat itu jatuh cinta pada seorang wanita. Lucunya wanita itu baru saja dikenalnya. Walaupun mereka sama-sama dilahirkan di vila ini, Eddy merasa dirinya bukanlah pria flamboyan nan romantis, jadi tidak mungkin dia jatuh cinta secepat ini pada lawan jenisnya termasuk Milla. "Aku harus menjaga jarak darinya, ini benar-benar bukan hal yang baik, terlebih buat kesehatan jantungku," gumam Eddy memutuskan. Baru kali ini Eddy merasakan hal yang seperti ini. Bahkan di hadapan tunangannya pun dia tidak pernah seperti ini. Tidak pernah ada debaran keras dan rasa seperti naik turun yang membuat jantungnya seperti tidak sehat ketika dia bertemu Nining. Pemuda itu merasa sejak bertemu Milla banyak sekali perubahan yang terjadi pada dirinya termasuk sikapnya. Kapan dia suka menggoda wanita? Hingga setua ini Eddy tidak ingat kalau dirinya pernah menggoda seorang wanita. Namun, en
Eddy akhirnya sadar dia jelas telah jatuh hati kepada Milla. Bagaimanapun dia menolaknya, tetap saja perasaan itu menghantuinya dan tidak dapat ditolak. Pemuda itu jadi merasa tidak enak makan dan tidak enak tidur ketika memikirkan apakah perasaannya ini adalah suatu hal yang mungkin sedangkan dia dan Milla sama-sama memiliki trauma yang mendalam tentang masa lalu. "Apa sebenarnya keistimewaan gadis itu? Apa keistimewaan Milla? Hingga Aku dibuat pontang panting seperti saat ini?" gumam Eddy merasa tidak habis pikir menghadapi perasaannya saat ini. Dari sekian banyak wanita kenapa hanya Milla yang dapat menggerakkan hatinya? Dia benar-benar dibuat tidak berdaya dan tertarik pada apapun yang berkaitan dengan gadis itu. Eddy merasa mungkin dia jatuh hati pada kecerdasan gadis itu, pada mata besarnya dengan bulu matanya yang lentik atau pada sikapnya yang perhatian walau terkadang ceroboh. Juga tidak ketinggalan Eddy sangat mengagumi wajah Milla yang sangat cantik serta apapun yang a
Akhirnya Eddy memutuskan untuk menghindar dari pertemuan langsung dengan Milla, secara perlahan dan tanpa disadari oleh gadis itu dirinya akan mulai menjauh. Dia benar-benar sadar kalau dirinya telah jatuh cinta pada Milla dan baginya hal itu bukanlah hal yang baik. Semenjak kecelakaan yang dialami oleh keluarganya itu Eddy menjadi takut untuk mencintai siapapun, termasuk juga mencintai seorang gadis. Karena dia takut akan kembali merasakan kehilangan. Dalam pikirannya, bukannya tidak mungkin gadis yang dicintainya akan pergi sebagaimana kedua orang tuanya. Eddy merasa tidak sanggup untuk ditinggalkan lagi, itu sebabnya Eddy telah lama memasang pertahanan diri dan tidak ingin tersentuh oleh perasaan kasih asmara terhadap siapapun. Namun, kini pertahanan yang telah ia bangun sepertinya telah runtuh, sejak pertemuannya dengan Milla. Eddy dapat merasakan keruntuhan dinding pertahanannya itu ketika malam hari tiba, pada saat dia tertidur pulas dan selalu bermimpi yang sama, itu dan