Nining mendengar suara Eddy memasuki rumah dan masuk ke dalam kamarnya di lantai bawah. Dia menutup mulutnya agar Isak tangisnya tidak sampai terdengar oleh Eddy. Nining mulai mengingat bagaimana khawatir dan cemasnya Eddy terhadap Milla. Bagaimana dengan dirinya, apakah Eddy tidak sedikitpun menaruh rasa simpati kepadanya, apakah Eddy merasa kalau hatinya terbuat dari batu, sehingga bisa bersabar melihat pria yang menjadi tunangannya mencari dan memperhatikan wanita lain? Nining sadar kalau dirinya adalah wanita yang dipilihkan oleh kakeknya untuk Eddy. Tapi mengapa Eddy tidak menolak ketika dijodohkan dengan dirinya? Dia telah menutup mata dan hatinya untuk pria-pria lain, hanya memfokuskan diri untuk mempelajari apa yang menjadi kesukaan Eddy yang merupakan calon suaminya. Tapi apa yang dia dapat dari semua usahanya tersebut? Semua itu hanya sia-sia belaka. Apa yang dilakukannya sungguh tidak sebanding dengan Milla yang sepertinya telah berhasil menguasai hati Eddy. Sement
Milla membalikkan badan untuk menyembunyikan kesedihannya. Dia berjalan gontai menuju ruang tengah tempat tukang-tukang mulai bekerja. Saat ini adalah waktunya finishing setelah semua ini selesai maka tugasnya merenovasi vila ini juga otomatis akan selesai. Bayarannya telah di transfer oleh Eddy ke rekening pribadinya. Sedang untuk para tukang, Eddy sudah mengatakan akan memberikan bayaran tersendiri kepada mereka secara pribadi. Milla memutuskan untuk mengarahkan tukang-tukang itu sekaligus hingga mereka mengerti melakukan tugasnya sampai selesai, sehingga mereka tidak lagi memerlukan dirinya untuk terus ikut mengawasi pekerjaan mereka. Di meja makan, Eddy tampak serba salah dan bingung mana dulu dari kedua wanita ini yang ingin dia bujuk, Milla pasti marah mendengar apa yang telah dia ucapkan tadi. Padahal semalam dia sudah berjanji akan mengatakan yang sesungguhnya kepada Nining. Namun, kenyataannya dia malah mengatakan hal yang berlainan dengan apa yang dia janjikan tadi malam
Eddy bergegas bangkit dari tempat tidur dan tergesa-gesa ke luar dari kamarnya menuju ke luar vila. Dia tidak lagi merasa cemas kalau sikapnya itu akan di lihat oleh Nining. Dia berlari ke pondok Milla dengan kalap. Ada rasa sedih dan putus asa di dalam dadanya. Eddy berharap apa yang dilihatnya di medsos hanyalah sebuah kesalahan. Namun, sesampainya di depan pondok Milla yang dia lihat hanyalah lampu luar pondok yang sudah menyala padahal hari masih sore. Eddy juga melihat ada sepucuk surat terselip di bawah pintu pondok kekasihnya tersebut. Ternyata Milla benar-benar pergi! Eddy perlahan menghampiri pintu pondok, dengan tangan gemetar dia mengambil surat yang terselip di sana dan merobek amplopnya lalu mulai membaca surat tersebut. Setelah membaca surat Milla, Eddy tampak duduk merosot di teras pondok dan merasa ada yang hilang dari dalam hatinya. Nining yang melihat bagaimana kalapnya Eddy keluar dari vila dan mencari Milla mulai mengikutinya sampai ke pondok milik gadis it
Di suatu tempat eksotis di pinggir pantai Milla tampak duduk termenung menatap lautan. Rambutnya berkibar liar tertiup angin dan terkadang menyapu wajahnya. Namun, gadis itu masih tidak merasa terganggu sedikitpun. Matanya tampak sayu dan kosong tanda hatinya sangat berduka dan terluka. Sepanjang perjalanan ketika ia menuju pantai ini, Milla melihat-lihat medsos dan banyak sekali mendapatkan kata-kata bijak tentang masalah yang sedang dihadapinya saat ini. Dia merasa apa yang dikatakan oleh sebagian besar kata-kata bijak itu memang benar adanya. Ada salah satu kata bijak yang sangat mengena di hatinya yang mengatakan Jika tidak ingin sakit hati dan terluka kembali maka beranilah untuk melepaskan. Semakin mudah untuk memaafkan semakin mudah pula kita disepelekan. Milla merasa mungkin selama ini dia terlalu mudah memaafkan Eddy hingga pria itu bolak balik melukainya dengan sikap plin-plan antara dirinya dan Nining. "Aku harus bisa melupakannya!" gumam Milla penuh tekad. Mill
Eddy terdiam mendengar apa yang dikatakan Nining di sela Isak tangisnya. Tiba-tiba saja dia merasa sangat menyesal mengapa sebelumnya dia mau dijodohkan dengan Nining oleh kakeknya. Seandainya dulu dia tidak pernah menerima perjodohan itu, mungkin dia tidak akan bingung seperti sekarang ini. Ada juga yang membuat Eddy sangat linglung saat ini. Mengapa ketika melihat Milla menangis hatinya seperti tersayat-sayat sementara saat ini ketika dia melihat Nining menangis dirinya hanya sekedar merasa iba? Mengapa bisa berbeda? "Aku salah, seharusnya Aku memang tidak menerima perjodohan itu ... maaf," kata Eddy penuh penyesalan. "Apakah Kamu menyesali perjodohan ini?" tanya Nining membelalakkan matanya tidak percaya. Hanya beberapa bulan Milla masuk ke dalam hubungan mereka dan itu langsung merubah pendirian Eddy. Pria di hadapannya ini sampai merasa bahwa keputusannya untuk menerima pertunangan diantara mereka itu adalah sebuah kesalahan. Ini benar-benar membuat Nining tercengang. "
Eddy telah meninggalkan vila dan sibuk berkeliling mencari dan melacak keberadaan Milla saat ini. Dia benar-benar merasa putus asa karena sudah sekian lama mencari, tapi tidak ada satu pun kabar tentang gadis yang telah mencuri hatinya itu. "Apa yang harus Aku lakukan untuk bisa menemukanmu, Milla,"gumam Eddy kalut. Dia menepikan mobilnya ke bahu jalan dan mematikan mesin lalu duduk bersandar di kursi kemudi dengan wajah letih dan lelah. Ini adalah hari ke tujuh dirinya mencari Milla. Namun, hingga saat ini Eddy masih juga belum dapat menemukan gadis tersebut. Eddy juga telah mengerahkan orang-orang kepercayaannya dan menyewa beberapa kantor detektif swasta untuk membantunya melacak keberadaan Milla, tapi gadis itu seperti hilang di telan bumi. Kemana Mila sebenarnya? Pertanyaan itu terus menghantui benak Eddy. Ada rasa khawatir gadis itu menemui berbagai macam kesulitan setelah keluar dari vilanya. Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel memecah keheningan .... Eddy tidak menye
"Eddy menyuruhku untuk menemuinya di apartemennya, ada masalah pekerjaan yang ingin dia bicarakan," jawab Guntur sambil mengecup pipi istrinya. Semenjak Nining menerima cintanya, Guntur langsung menikahinya dan mengajaknya tinggal di apartemen miliknya agar lebih dekat dari tempatnya bekerja. Dia benar-benar merasa bahagia bisa menikahi wanita idamannya sejak kecil. Dalam hati dia juga merasa berterima kasih karena Eddy mau melepaskan Nining. Jika tidak mungkin dia selamanya hanya bisa menyaksikan kedekatan mereka dengan perasaan sakit. "Apakah Dia masih belum menemukan keberadaan Milla?" tanya Nining ingin tahu. "Sepertinya belum, kenapa? Jangan bilang Kamu masih memikirkannya," goda Guntur sambil menggelitik titik sensitif istrinya membuat Nining terpekik karena merasa geli. "Kamu bercanda, bagaimana mungkin Aku masih mengharapkannya, jelas-jelas suamiku lebih perkasa," canda Nining sambil tertawa lucu. "Jangan mengundang sayang, Aku sedang terburu-buru kalau tidak Aku akan mem
Tidak lama setelah Milla kembali ke bilik meja kerjanya, atasannya ke luar kantor dan memberikan pengumuman bahwa pemilik perusahaan mereka akan datang untuk melihat-lihat hasil pekerjaan mereka di sini. Jadi dia meminta agar anak buahnya bisa menjaga kinerjanya selama pemilik perusahaan berada di perusahaan anak cabang ini. Semua karyawan menyetujui permintaan atasan mereka. Pemilik perusahaan sangat jarang mengunjungi kantor cabang jadi mereka merasa berkewajiban untuk menunjukkan hasil kerja yang maksimal. Milla sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya dan tampak tidak begitu peduli dengan percakapan di antara rekan-rekan kerja wanitanya yang mengatakan kalau pemilik perusahaan itu adalah seorang pria tampan yang masih lajang. "Alangkah bagusnya kalau Aku terpilih menjadi pasangannya." "Jangan mimpi!" "Mengapa tidak? Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bahkan semua pencapaian itu kebanyakan awalnya dari mimpi!" Milla hanya tersenyum ketika mendengar semangat rekan kerjany