Brak!“Brengsek! Bisa-bisa mereka pesta di atas penderitaanku!” Vanya berteriak marah sesaat setelah melihat video yang Alex tunjukan pada wanita itu. Alex mengusap tangan Vanya.” Tenanglah. Duduk.” titah Alex dengan lembut. Dengan nafas yang naik turun Vanya terpaksa mengikuti arahan dari Alex.“Bagaimana aki bisa tenang. Papa lihat!” Vanya menunjuk ponsel Alex yang berisi video pesta pernikahan Felix.“Lihatlah pah! Bahkan si tua bangka itu terlihat sangat bahagia. Padahal baru kemarin dia datang dan mengatakan akan mengeluarkan ku secepatnya dari sini. Dasar pendusta!” umpat Vanya penuh emosi.“Dia kemari?”tanya Alex memastikan. Vanya mengangguk.” Iya. Kemari dengan wajah menyesal dan banyak janji ini itu. Ck! Buktinya mana?” Alex menyunggingkan, membuat Vanya menautkan alis.“Papa kenapa malah senyum-senyum? Senang iya. Melihat putrinya di penjara dan hanya di janjikan kebebasan yang nyatanya mana?!” seru Vanya.Kedatangan Glendale kemarin, membuat Vanya merasa di atas angin.
“Kau bilang apa!” Teriak Alex marah. Bagaimana tidak? Putri kesayangannya dikatain wanita ular! “Iya. Wanita ular yang pandi memutar balikan fakta.” “Asal anda tahu. Putri anda telah melakukan hal kriminal terhadap istri saya dan semua itu jelas ada buktinya. Sekarang anda datang minta pertanggungjawaban saya?”“Astaga! Yang benar saja.” Felix menggelengkan kepala tidak percaya dengan pola pikir pria di hadapannya ini. Anaknya yang jelas-jelas bersalah, lalu kenapa Felix yang harus bertanggung jawab. Alex menyeringai.” Kita lihat saja. Siapa yang akan menang disini.” ucapnya dengan tegas, matanya menatap tajam Felix, kilat permusuhan terlihat jelas disana. Setelah mengatakan itu Alex berbalik lalu melangkah keluar dari rumah Felix tanpa pamit. “Astaga. Ada orang seperti itu.” ucap Nick menggelengkan kepala melihat Alex yang tidak ada sopan santun sama sekali.“Biarkan lah orang sepertinya tidak perlu diladeni” sahut Felix. Tubuhnya masih lelah untuk meladeni mereka yang ingin m
“Kenapa kamu terkejut melihat ku?” wanita itu menyeringai.Naya menggeleng kuat, Naya tahu wanita di hadapannya ini jahat, terakhir mereka bertemu wanita itu melakukan hal yang hampir membuatnya celaka. Dan Naya tidak ingin hal itu kembali terjadi.Naya tahu wanita ini yang menginginkan suaminya. Naya yang melihat Vanya melangkah maju semakin panik.Ya. Wanita yang mendatangi Naya saat ini adalah Vanya.“Jangan takut. Kemarilah. Aku hanya ingin mengucapkan selamat untukmu. Ini aku bawakan kado.” Vanya mengangkat kotak yang dia bawa ke depan menunjukkannya pada Naya.‘Bagaimana ini? Felix tolong aku!’‘Nick! Embun! Kalian dimana cepatlah kemari!’ jerit Naya dalam hati.“Loh! Nona ngapain disini. Astaga! Apa ada yang sakit.” ucap bibi panik. Bibi meletakan nampan di sembarang tempat, wanita paruh baya itu bergagas menghampiri Naya lalu membantu membawa Naya duduk di sofa.“Biar saya ambilkan minum dulu non.” ucapnya lagi, sambil berlari ke belakang mengambil nampan yang dia tinggalkan
Suara sirine mobil polisi susah terdengar semakin dekat. Vanya sudah tidak dapat berkutik lagi. Namun kekhawatiran Nick belum usai.Bagaimana dengan bom itu? Semoga saja segera dapat dijinakkan Nick tidak berani menyentuhnya sedikitpun.Tidak lama beberapa anggota polisi masuk bersama tim gegana.“Disana bomnya pak.” Nick menunjuk dus yang berada di pojokan. “Baik. Silahkan anda keluar sterilkan tempat ini.” titahnya.Nick mengangguk mengerti, kemudian mengajak Embun untuk keluar dari sana. Begitu juga Vanya yang sudah lebih dulu di amankan dan dibawa keluar oleh polisi. Ketegangan sedikit berkurang ketika para polisi datang. “Bergabunglah bersama nona. Aku akan membangunkan anak buahku.” ucap Nick pada Embun.“Tapi tuan. Anda..”“Kau tidak perlu khawatir aku tidak apa-apa.” Nick mengusap pucuk kepala Embun pelan. Dia tau gadis itu khawatir dengan keadaan nya.Embun mengangguk lemah,” Baiklah kalau begitu.” Setelah memastikan Embun aman, Nick langsung menyadarkan anak buahnya s
“Sayang kamu baik-baik saja.” Felix berhambur memeluk sang istri, jelas terlihat gurat kekhawatiran di wajah pria itu.“Aku takut, huhu..” tangis Naya pecah di pelukan sang suami. Felix mengusap punggung Naya memberikan kekuatan agar wanita istrinya tenang.“Aku sudah disini. Jangan takut lagi ya. Maafkan aku. Maafkan aku sudah meninggalkanmu.” ucap Felix, tangannya membingkai wajah ayu sang istri lalu menciumnya.Felix tidak bisa membayangkan bagaimana jika hari ini Naya tidak salamat akibat ulah gadis gila seperti Vanya. Naya mengangguk lemah, kembali memeluk sang suami. Pelukan Felix lah yang membuat Naya tenang, membuatnya tidak lagi merasa takut, membuat Naya merasa aman.“Jangan tinggalkan aku lagi.” ucap Naya lirih.“Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi sayang. Aku janji.” Embun dan bibi yang menyaksikan adegan haru itu di dapur membuat mereka meneteskan air mata. Terbayang ketegangan yang terjadi beberapa saat lalu, membuat mereka tidak bisa banyak berpikir selain meny
Glendale diam tidak menanggapi pertanyaan Felix, hal itu membuat Felix semakin curiga.“Kenaapa kakek diam! Benar apa yang aku katakan?” “Tidak. Kenapa kau bisa bicara seperti itu?” Glendale bertanya balik.“Jika bukan kakek, lantas siapa yang membebaskannya. Alex?” Felix menggeleng lalu tersenyum kecut.“Itu tidak mungkin. Katakan saja yang sebenarnya sebelum aku sendiri yang mencari tahu.” ucap Felix pelan namun penuh penekanan.“Aku tahu yang bisa membebaskan Vanya hanya orang yang memiliki kekuasaann dan uang.” lanjut Felix..“Bagaimana keadaan istrimu, dia baik-baik saja bukan?” tanya Glendale mengalihkan pembicaraan.Felix terkekeh. “ Untuk apa kakek menanyakan kabarnya. Jika kakek sendiri menolong orang yang berniat mencelakainya.” Felix tahu jika Glendale berbohong, pria itu bicara tanpa mau menatap wajah Felix, ketika mata mereka beradu dengan cepat Glendale membuang pandangan ke sembarang arah.Glendale bingung, antara ingin mengaku dan tidak. Apa lagi melihat wajah Felix
Satu bulan berlalu, saat ini kehamilan Naya sudah menginjak bulan ke sembilan. Felix sudah mengambil pekerjaan di rumah dan Nick yang menghandle semua pekerjaannya di perusahaan. Termasuk menghandle meeting-meeting penting perusahaan.Sengaja Felix mengambil keputusan seperti itu, karena ingin fokus menjaga Naya di masa-masa terakhir kehamilannya sebelum bayi mereka lahir. Malam ini cuaca di luar terasa sangat panas. Sepertinya akan turun hujan. Naya tidur dengan gelisah, dia merasa kepanasan juga merasa tidak nyaman dengan tubuh bagian belakangnya terutama pinggang.Felix yang sedari tadi memperhatikan pun akhirnya bertanya.” Sayang. Kamu kenapa? Aku lihat seperti tidak nyaman.” tanya Felix dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.Naya mendongak, lalu merubah posisinya menjadi duduk.” Iya. Kok perasaan aku panas banget ya. Apa AC nya mati?” Naya mengipas-ngipaskan tangan pada tubuhnya, berharap hawa panas itu segera pergi.Felix mengerutkan kening.”Panas?” tanyanya memastikan.N
Nick segera turun dari tempat tidur pria itu berjalan cepat masuk kedalam kamar mandi. Dinginya air di sepertiga malam membuat mata Nick langsung segar kembali. Nick bergegas keluar setelah selesai mencuci muka. Pria itu menyambar jaket serta kunci mobil di atas meja, tidak lupa Nick membawa ponselnya. Dirasa semua sudah siap, Nick langsung keluar dari apartemen.Jalanan malam yang sepi, membuat Nick memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Ada rasa penyesalan kenapa dia harus tidur di apartemen tadi.Sebelum berangkat Nick sempat menghubungi Embun, namun beberapa kali panggilan tidak ada jawaban darinya. Jadi Nick putuskan untuk berangkat ke rumah sakit sendiri.Dua puluh waktu yang Nick butuhkan untuk sampai di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobil, Nick segera turun lalu masuk kedalam rumah sakit. Nick terus berjalan melewati lorong rumah sakit yang sepi di jam-jam seperti ini. Hingga akhirnya tiba di ruang persalinan. Dimana disana sudah ada Edoardo beserta istrinya dan juga