Share

Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar
Terpaksa Menikah dengan Kakak Ipar
Author: Heavenly Key

Bab 1. Tangisan Sinta

"Sinta mau ayah!" seru Sinta terbata-bata di antara isak tangis.

Tak lama berselang Arjuna pun mengatakan hal yang sama. Riana dan Yuan hanya bisa saling melemparkan tatapan. Riana mengedikkan bahu diikuti hela napas kasar yang keluar dari bibir Yuan.

"Memangnya kalian berdua kenapa, kok pulang-pulang nangis begini?" Riana berusaha mencari tahu alasan di balik keinginan Sinta dan Arjuna menginginkan sosok ayah.

Selama ini Rian memang seperti ayah bagi mereka. Namun, tetap saja semuanya terasa berbeda. Rian tidak selalu menemani keduanya setiap waktu. Dia hanya menemui Sinta dan Arjuna tiga bulan sekali.

"Tadi Angga mengejek kami, Bun." Arjuna perlahan mulai membuka alasan kenapa mereka menangis.

"Mereka mengatakan kalau aku nggak punya ayah karena ayahku meninggal akibat penyakitan!" Tangis Sinta kembali pecah.

Rasa sesak kini menghantam dada Yuan. Air matanya mulai berdesakan. Namun, perempuan tersebut berusaha agar tidak menumpahkan semua kesedihannya di depan Sinta.

Yuan langsung memeluk tubuh mungil Sinta. Dia mengecup puncak kepala sang putri berulang kali seraya mengusap punggungnya. Setelah sedikit lebih tenang, Sinta dan Arjuna mulai menceritakan semua secara bergantian.

"Ya sudah, Sinta sama Bunda Riana dulu, ya? Bunda mau menghubungi Bunda Ratih dan Bunda Yuli." Yuan membelai lembut rambut putri kesayangannya itu.

"Nggak! Sinta mau di sini!" tolak Sinta seraya berlari ke arah Rian.

Seakan tidak mau kalah, Arjuna pun ikut duduk di pangkuan Rian. Kali ini Yuan dan Riana hanya bisa tersenyum kecut. Saat Rian di rumah, mereka seakan kehilangan peran sebagai seorang ibu.

"Baiklah kalau begitu," ucap Yuan kemudian beranjak dari sofa.

Riana pun mengikuti Yuan dan keduanya langsung melakukan panggilan video bersama Ratih dan Yuli. Dua orang sahabat mereka ternyata sedang sibuk menenangkan Bima dan Dewa. Apa yang dialami Sinta serta Arjuna juga dialami oleh anak-anak sahabatnya.

Kepala keempat perempuan tersebut mendadak berdenyut hebat karena anak-anak mereka tiba-tiba meminta ayah secara berjamaah. Setelah memastikan semuanya sama seperti apa yang diucapkan Sinta dan Arjuna, Yuan mengakhiri panggilan.

Riana memijat pelipisnya yang terasa berdenyut hebat. Sejak ditinggal oleh Burhan, Riana krisis kepercayaan terhadap laki-laki. Dia trauma karena sikap Burhan yang menikah untuk memanfaatkan hartanya saja.

"Bagaimana ini? Kita harus cari cara untuk memberi pengertian kepada Sinta dan Arjuna."

"Nanti kita pikirkan lagi, Ri. Ayo sekarang kita selesaikan masalah ini dulu. Anak-anak yang mengejek Sinta dan yang lain harus diberi pelajaran!" seru Yuan geram.

"Aku setuju!" Riana mengangguk mantap.

Keduanya pun kembali ke ruang tengah. Di sana Sinta dan Arjuna sedang asyik bercanda dengan Rian. Bahkan keduanya seakan melupakan apa yang baru saja terjadi.

"Seru sekali! Kalian main apa?" tanya Riana.

Mereka bertiga ternyata sedang bermain UNO. Muka mereka sudah dipenuhi bedak bayi sehingga terlihat tampak lucu. Yuan dan Riana pun langsung tertawa begitu meligat pemandangan yang ada di depan mereka.

"Bunda, aku mau terus sama Ayah Rian!" seru Sinta sambil tersenyum lebar.

"Eh, nggak bisa dong! Kan Ayah Rian harus kembali ke Jakarta buat kerja." Yuan berusaha memberi pengertian kepada putri kesayangannya itu.

Namun, di luar dugaan kalimat selanjutnya yang keluar dari bibir mungil Sinta membuat Yuan melongo. Gadis kecil itu memintanya untuk menikah dengan Rian. Bahkan Sinta sudah berpikir jauh untuk memiliki adik.

Yuan memberikan kode kepada Rian agar lelaki tersebut menolak permintaan Sinta yang menurutnya kurang bagus. Namun, Rian hanya tersenyum tipis. Dia merangkum wajah mungil sang keponakan sambil mengucapkan satu kalimat yang membuat darah Yuan seakan mendidih.

"Iya, ayah akan menikah dengan bunda."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
SyaSyi
Bab awal udah seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status