Share

Terpaksa Menikah dengan Teman Kerja Ayah
Terpaksa Menikah dengan Teman Kerja Ayah
Penulis: Akina

Bab 1. Terpaksa Menikah

 “Bela, besok kamu harus menikah!” Seno, ayahnya Bela, menyuruh Bela.

 "Apa? Apa Bela tidak salah dengar Yah? aku masih ingin melanjutkan sekolah. Baru kemarin aku lulus SMA. Ayah menyuruh aku untuk menikah. Tidak, aku tidak mau," tolak Bela.

 "Tapi aku sudah berjanji akan menikahkanmu dengan anak rekanku. Dan itu harus terjadi. Kalau tidak, ancamannya adalah perusahaan Ayah. Mau tidak mau kamu harus menikah minggu depan. Aku sudah menyiapkan segalanya. Aku tidak butuh persetujuanmu. Aku hanya memberitahumu,'' kata Seno dengan tegas.

 Bela yang baru saja berencana untuk kuliah di luar negeri tiba-tiba menghilang karena perkataan ayahnya. Rasanya seperti Bela dijual oleh ayahnya.

 Demi keselamatan perusahaan, Bela harus menikah dengan anak rekan ayahnya. Bela berpikir bahwa dia akan lari dari rumahnya.

 Bela melihat keadaan rumahnya. Tidak seperti biasanya. Cukup banyak anak buah ayahnya yang berjaga-jaga. Tempat tidur Bela ada di lantai dua. Biasanya hanya satu atau dua anak buah ayahnya. Tapi Bela melihat ada sekitar sepuluh orang di sana.

 "Apa yang ayah ini lakukan? Kenapa harus seperti ini?" Bela menggerutu.

 Bela ingin keluar kamar setidaknya untuk mencari tahu hal-hal lain di rumahnya. Berjalan menuju pintu kamarnya. Dia kesulitan membukanya.

 Bela mencoba berkali-kali untuk membukanya tapi tidak bisa. Dia baru sadar dia dikunci dari luar.

 "Ayah, tolong buka kamarku! Aku mau keluar. Ayah!" teriak Bela dari dalam kamar sambil menggedor-gedor pintu.

 Tapi tidak ada yang membuka pintu. Bela terus berteriak meminta siapa saja yang bisa membukakan pintu untuknya.

 Hingga Bela merasa lelah. Dia kembali ke tempat tidur. Dia berbaring di tempat tidur empuk.

 Hati yang begitu sakit karena serasa dipaksa melakukan sesuatu yang Bela tidak mau lakukan. Tak terasa dia mengeluarkan cairan bening dari ujung jaringnya. Sakit hati yang dia rasakan dan tidak ada yang mau membantunya di kamar.

 Siang hari, pengurus rumah tangga masuk ke kamar Thea. "Non Bela, ini makan siang. Jangan lupa makan ya Non," katanya.

 Bela kemudian bangun dari kamar dan ingin keluar dari kamar. Namun ternyata di depan kamar Bela ada dua anak buah ayahnya.

 Mereka memblokir Bela.

 "Lepaskan aku!" Bela memberontak dengan sekuat tenaga.

 "Maaf. Perintah Pak Seno adalah Nona Bela tidak boleh keluar kamar. Jadi kami minta Nona Bela kembali ke kamar asalkan tidak menggunakan kekerasan!" kata salah satu anak buah ayahnya.

 Bela berusaha lebih keras dan lebih keras untuk memberontak. Namun, kekuatannya terlalu lemah untuk melawan dua pria kekar di depannya.

 Bela lalu menyerah. Dipandu oleh anak buah ayahnya. Bersama asisten rumah tangganya.

 Bela mulai menangis lagi. Dia merasa anak buah ayahnya terlalu berlebihan. Tapi lebih keterlaluan lagi ayahnya yang memerintahkan demikian.

 Berhari-hari Bela mengurung diri di kamarnya. Melihat foto ibunya yang meninggal satu tahun lalu karena sakit.

 Sebelum meninggal, Bela sangat dekat dengan ibunya. Tahun lalu ibunya meninggal, membuat Bela sangat kehilangan. Tak ada lagi tempat baginya untuk mencurahkan isi hatinya. karena ayahnya sangat sibuk dengan pekerjaannya. Bela berharap untuk belajar di luar negeri agar dia bisa melupakan ibunya.

 Namun, ayahnya memaksanya untuk menikah dengan pria yang belum pernah dia temui.

 Sore hari sebelum hari pernikahan Bela. Seno mengajak Bela berbicara di ruang tamu. Namun penjagaan cukup ketat oleh anak buah ayahnya agar tidak membiarkan Bela kabur.

 Bela terlihat lusuh dan lemah.

"Bel, kamu setuju kalau besok kamu akan menikah dengan anak rekan kerja ayahmu?" tanya Seno.

 "Aku lebih baik mati daripada menikah dengan orang yang tidak kukenal," jawab Bela tanpa melihat wajah ayahnya.

 "Aku yakin laki-laki yang kamu pilih itu baik dan bisa memimpin kamu. karena dia juga pernah bertemu dengan ku. Mungkin suatu saat kamu tahu kamu akan bisa langsung menyukainya. Percayalah padaku!" kata Seno.

 "Tidak mungkin. Aku hanya ingin laki-laki yang aku kenal kalau aku tidak tahu aku juga tidak mau. Apalagi jika aku belum pernah bertemu. Ayah, jangan berpikir itu konyol! Katakan saja jika kamu ingin mengusirku dari sini. Lebih baik aku daripada menikah," jawab Bela kesal.

 Seno menarik napas dalam-dalam. "Ya sudah terserah kamu. Intinya kamu nikah besok. Titik. Kamu pulang saja ke kamarmu! Besok ada saatnya kamu keluar kamar pakai gaun pengantin yang cantik. Ayah sudah menyiapkan semuanya untukmu,'' katanya.

 Anak buah Seno kemudian membawa Bela ke kamarnya. Tanpa perlawanan Bela hanya menuruti saja. Besok hanya harus melakukan perbuatan yang mungkin tidak akan dilakukan untuk sebuah pernikahan. Senyum miring tersungging di wajah Bela.

 Keesokan harinya, saat Bela sudah berdkamu n dan mengenakan gaun pengantin, keluarga mempelai pria juga sudah datang.

 Akad nikah Bela digelar secara sederhana di rumah Bela. Bagi Seno yang terpenting adalah pelaksanaan pernikahan Bela.

 Setelah merasa siap, Bela dijemput oleh Seno. Seno merasa bangga putrinya akhirnya memasuki tahap pernikahan. Meski sebagai orang tua tunggal, Seno bersyukur bisa mendorong anaknya untuk menikah.

 Saat pernikahan akan dilangsungkan, Bela tidak bisa melihat wajah calon suaminya. Dia hanya duduk agak jauh dari calon suaminya.

 Bela hanya melihat jika calon suaminya itu tinggi dan ideal. Namun, Bela juga bisa menerima perjodohan ini. Dia ingin pernikahan dibatalkan hari ini.

 Upacara pernikahan akan dilaksanakan, Bela bangkit dari tempat duduknya.

 "Tunggu!" teriak Bela.

 Semua mata tertuju pada Bela.

 "Ada apa, Bela?" tanya Seno dari meja pernikahan.

 Namun, ternyata Bela terjatuh. Saat Bela ingin membatalkan pernikahannya, yang terjadi Bela kehilangan kesadaran.

 Anak buah Seno kemudian membawa Bela ke kamarnya. Seorang dokter keluarga dipanggil untuk memeriksa kondisi Bela.

 Menurut dokter, Bela hanya lemas karena tidak makan selama beberapa hari. Kondisinya cukup lemah, sehingga Bela jatuh pingsan karena tidak kuat lagi menopang dirinya.

 Namun ketika Bela sadar, sang penghulu langsung menikahkan Bela dengan syarat Bela baru sadar dan Bela tidak bisa lagi menolak. Hingga pernikahan Bela dinyatakan sah oleh para saksi.

 Bela dengan tubuh yang lemah tidak bisa lagi mengeluarkan suara. Hatinya berteriak minta tolong, tapi mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status