Setelah melakukan perjuangan yang sedikit melelahkan, akhirnya Rainer Griffin mampu menjinakkan gadis yang saat ini telah kembali berada di dalam dekapannya itu. Kali itu, Rainer Griffin merasakan dada bidangnya sedang dicengkeram-cengkeram oleh tangan Olivia Milan. Gadis itu seolah ingin meluapkan kekesalannya pada tubuh Rainer Griffin dan mulai mencengkeram dan mencakar tubuh pria itu.
“Nona Milan, jangan lakukan itu. Kau bisa membangunkan sesuatu jika terus melakukannya.” Ucap Rainer Griffin sedikit pelan.
Bukannya berhenti, Olivia Milan justru mencubit dengan cukup keras di satu sisi dada Rainer Griffin.
“Aduuuh… Sakit!!!” pekik Rainer Griffin seraya tubuhnya berjingkat sesaat karena kaget. Pria itu bukannya marah, tapi malah terdengar tersenyum kecil. “Kau mau memancingku ya?” ungkapnya dengan nada menggoda.
“Hey, Tuan Harry… Bukankah ini sudah lewat dari sepuluh menit?” Olivia Milan menye
Bingkai Foto berwarna kelabu yang berada di sudut meja ruangan telah menghipnotis Rainer Griffin. Pria itu menatap lekat-lekat dari kejauhan. Sadar akan foto wajahnya tengah dipandangi Rainer Griffin, Olivia Milan langsung menghambur meraih bingkai foto itu dan menyembunyikannya ke laci dengan segera.“Jangan dilihat, saya sangat jelek waktu kecil, saya malu!” ucap Olivia Milan seraya menutup rapat laci yang ia gunakan sebagai tempat untuk menyembunyikan foto masa kecilnya.“Ah, perasaanku mengatakan aku seperti pernah mengenal gadis kecil itu!” gumam Rainer Griffin pelan, seolah ia hanya berujar pada dirinya sendiri. Ia lantas memijit-mijit keningnya sendiri karena merasakan sebuah sensasi dejavu ketika ia melihat bingkai foto yang baru saja disembunyikan oleh Olivia Milan.“Aduh…!” Rainer Griffin memekik kaget ketika ibu jarinya menyentuh dahinya yang lebam, ia lupa jika beberapa saat sebelumnya telah melakukan duel d
Mendengar jawaban dari Rainer Griffin yang menyebalkan itu, Olivia Milan mendengus kesal dan merasa marah. Ia pun bangkit berdiri dengan wajah masam. Olivia Milan merasa Rainer Griffin memang brengsek sebagaimana apa yang selalu dikatakan oleh Harry Johnson.“Eits, mau ke mana, Nona Pesuruh?” dengan cepat, tangan Rainer Griffin meraih tangan Olivia Milan dan menariknya dengan cukup keras hingga gadis itu tertarik dengan cukup kuat lantas terduduk di sofa.“Aaaaah!!!” Olivia Milan menjerit seketika karena merasa kaget oleh tarikan Rainer Griffin yang tiba-tiba.“Jangan pergi,” ucap Rainer Griffin pelan.“Tidak baik bagi seorang pesuruh untuk berdua-duaan dengan majikannya seperti ini! Saya khawatir nanti saya akan dibentak oleh majikan saya karena telah lancang duduk bersebelahan dengan seorang majikan!” Olivia Milan mengibaskan tangannya, mencoba bangkit berdiri lagi tetapi ditahan oleh Rainer Griffin.
“Curang! Jika Kau melakukan kecurangan, kau harus membayarnya dengan ciuman! Cium aku, atau ungkapkan perasaanmu padaku. Pilih yang mana?!” sergah Rainer Griffin tak terima jika hanya dia seorang yang diwajibkan untuk menyatakan perasaan. “Ayo, buka wajahmu, Nona Milanku yang kadang terlihat manis!” goda Rainer Griffin pada Olivia Milan. Pelan-pelan, Olivia Milan membuka tangannya yang menutupi wajah. Wajah tersipunya juga menjadi semakin merona merah ketika ia melihat Rainer Griffin telah tersenyum memandanginya. “Saya… Saya menyukai Tuan Griffin! Sudah…” celetuk Olivia Milan dengan pandangan mata ke bawah, menahan grogi. “Aku tidak menganggapnya sebagai ungkapan perasaan jika kau tak mengatakannya sambil menatap mataku. Ayolah, aku juga ingin melihat wajah kekasihku ketika ia menyatakan perasaannya secara langsung padaku!” ucap Rainer Griffin seraya mencubit pipi Olivia Milan. Cuuup…. Tanpa permisi, tiba-tiba Olivia Milan langsung mendaratka
Olivia Milan bisa melihat tatapan mesum Rainer Griffin mengarah kepada dua gumpalan daging kembar miliknya. Untuk beberapa saat, gadis itu tertegun sebab tak menduga pertanyaan seperti itu akan dimunculkan oleh bibir Rainer Griffin yang menggoda. Kewarasan Olivia Milan nyaris disingkirkan oleh hawa nafsu, beruntung, sebelum akal sehatnya benar-benar tenggelam, tangannya segera sadar dan langsung menghantamkan beberapa pukulan ke dada Rainer Griffin.BUG!!! BUG!!! BUG!!!“Pertanyaan macam apa itu? Dasar pria mesum! Pria brengsek! Menyingkir dari tubuh saya!” jerit Olivia Milan seraya memukul dan mendorong tubuh kekar Rainer Griffin yang tengah menindih tubuhnya.“Stop! Stop! Baiklah, aku tidak akan melakukannya! Diam di sana, aku janji aku tak akan melewati batas!” balas Rainer Griffin seraya menangkap dua tangan Olivia Milan, pria itu mengunci dua pergelangan Olivia Milan hanya menggunakan satu tangan krinya. Mengangkat tangan gadis itu k
Buuug!!!Olivia Milan menghantamkan keningnya pada kening Rainer Griffin.“Hey! Apa yang akan Tuan Griffin lakukan?!!”Gadis itu melotot tajam, tak peduli Rainer Griffin mengaduh antara kaget dan juga setengah sakit. Pria itu pun memegangi keningnya beberapa detik lalu bergantian mengusap-usap kening Olivia Milan.“Keningmu sakit?” tanyanya dengan suara lembut.“Tuan Griffin belum menjawab pertanyaan saya! Mengapa tangan Tuan Griffin brgerak ke bawah? Apa yang akan Tuan Griffin lakukan?!”Olivia Milan menyolot, napasnya kembali tersengal-sengal, tapi kali itu bukan karena bernafsu melainkan karena marah. Merasa marah karena Rainer Griffin sepertinya bukan pria yang akan memegang janji.“Kau membenturkan kening karen tanganku bergerak ke bawah? Begitu?”Alis Rainer Griffin terangkat. Pria itu mendengus kesal karena nyeri benturan di keningnya samar-samar masih terasa.&ldquo
Matahari sudah merangkak tinggi ketika tubuh Olivia Milan terbangun mendadak karena jatuh dari sofa. Gadis itu memijit-mijit kepalanya sebab keningnya menghantam lantai dengan cukup keras. Di atas sofa, Rainer Griffin masih tidur dengan posisi yang sama persis seperti sebelumnya.“Sial! Ini sudah siang! Tuan Griffin, Tuan Griffin… Bukankah Tuan Griffin harus ke kantor hari ini?” Olivia Milan mengguncang-guncang tubuh Rainer Griffin untuk membuat pria itu segera terbangun.“Huaah… Aku sudah menghubungi Adelyn untuk mengosongkan jadwalku hari ini… Huah…” sahut Rainer Griffin masih dalam posisi yang sama.“Benarkah, kapan?” kening Olivia Milan berkerut, ia tak mendengar apa pun sebelumnya, ia khawatir Rainer Griffin hanya bermimpi ketika mengatakan telah menghubungi Adelyn Scarlet.“Sudaah… Tadi pagi, waktu kau masih mengorok! Adelyn bahkan bisa mendengar suara dengkuranmu dari sebe
Olivia Milan tercekat kaget ketika menemukan seorang gadis cantik yang tengah menggeliat dengan sangat menggoda dari atas ranjang Rainer Griffin. Yang membuat Olivia Milan semakin kaget adalah, ia sudah pernah bertemu dengan gadis itu.“Rain… Kau bahkan masih menggunakan password yang sama seperti dulu. Ah… Aku jadi rindu saat-saat kebersamaan kita dulu!” ungkap gadis itu dengan sangat manja, ia bahkan sama sekali tak merasa canggung meski ada sosok perempuan lain di ruangan tersebut.“Pergi Kau dari sini! Menyingkir dari ranjangku!” Rainer Griffin melangkah maju, ia berencana menyeret gadis itu dari atas ranjangnya.“Ah, kau mau membawaku ke mana, Tampan? Aku pasrah jika Kau yang menyeretku.” Desis gadis itu tanpa ragu, tanpa malu.Olivia Milan merasakan hawa panas tengah menjalari dadanya, ia tak menyangka jika Alice Winterbourne yang cantik dan memesona itu ternyata dengan sangat terang-terangan telah m
“Bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya?Olivia Milan menunduk lagi, memain-mainkan jari jemarinya karena merasa terganggu dengan pikiran buruk yang mulai memasuki kepalanya.“Berhasil! Tentu saja hubungan kita akan berhasil. Berakhir dengan bahagia, dan selalu berjalan dengan bahagia.”Rainer Griffin menepuk-nepuk pundak Olivia Milan, mencoba menghibur gadis yang tengah dilanda keragu-raguan itu. Sebetulnya, ia sendiri juga memiliki keraguan yang sama, tetapi setiap kali keraguan tersebut muncul, segera ia tangkis dengan kenangan-kenangan manis ketika ia bersama Olivia Milan.“Bagaimana jika sebaliknya?” kukuh Olivia Milan pada pertanyaannya.“Sssst… Jangan berkata yang bukan-bukan! Sudah, aku akan beristirahat sebentar, mau menemaniku tidur?” Rainer Griffin mencoba mengalihkan pembicaraan, ia menarik tangan Olivia Milan menuju ke ranjangnya. “Nah, tolong rapikan sebentar selagi aku gan