Share

Kedatangan Rengga

Naya memandang wajah Rayden dengan lekat. Wajah tampan yang begitu mempesona dan rupawan. Tidak ada celah dan cacat dari fisik yang dimiliki oleh Rayden. Tapi sayang, pria ini cacat dari dalam.

"Aku kira kau gadis penakut yang cengeng, tapi ternyata kau seorang kucing yang begitu buas," Rayden berucap dengan tangan yang masih menahan tubuh Naya di atas tempat tidur.

"Awalnya saya memang takut, tapi setelah saya mengenal Tuan beberapa hari ini, saya menjadi paham, jika orang yang saya takuti hanyalah seorang pria yang butuh sandaran," jawab Naya.

Rayden langsung mendengus, rahangnya langsung mengeras mendengar penuturan Naya barusan. "Kau mau mengatai ku lemah, ha!" geram Rayden. Sepertinya dia merasa begitu tersinggung.

Naya menggeleng pelan, dia masih memandang wajah tampan itu dengan lekat. "Saya tidak pernah melihat kelemahan seseorang, tapi saya hanya melihat apa yang dibutuhkan oleh orang itu," jawab Naya.

"Jiwa jalang mu memang sudah mendarah daging ternyata, betapa banyaknya laki-laki yang sudah menyentuh tubuhmu, dan sekarang kau berniat untuk menggoda ku," geram Rayden.

Naya langsung mengerjapkan matanya mendengar perkataan itu. Terasa sakit, tapi dia harus tahan karena ini akan menjadi makanannya setiap hari. "Apa saya salah ingin menggoda suami sendiri?" tanya Naya.

Rayden terdiam, dia semakin memandang Naya dengan penuh amarah. Rayden merasa dipermainkan.

"Sudah aku bilang, aku tidak pernah menerima pernikahan ini jika bukan karena Mama," dengus Rayden.

"Tapi mau bagaimanapun, saya tetap istri anda Tuan," jawab Naya.

"Aku tidak pernah menganggap mu sebagai istriku!" desis Rayden. "Jadi jangan berharap apapun, apalagi berani menyentuh tubuhku," Rayden berkata dengan begitu geram. Dia menghempaskan tangan Naya dengan kasar dan langsung pergi keruang kerjanya. Meninggalkan Naya sendirian yang hanya bisa menghela nafas panjang.

Naya beranjak, terduduk di atas tempat tidur. Menarik nafasnya dalam-dalam sembari mengusap tangannya yang terasa memanas.

Rayden Bagaspati, pria itu begitu rapuh. Hanya luarnya saja yang terlihat hebat dan gagah, tapi dia hanya seorang pria kesepian. Tidak ada bedanya dengan Naya.

Naya tersenyum tipis dan menunduk, dia harus memikirkan cara lain untuk bisa meraih hati Rayden.

..

Keesokan harinya, Naya dan Rayden berdiri didepan rumah. Mereka memandang kepergian Nyonya Dena yang baru saja masuk kedalam mobil. Hari ini mertua Naya akan pergi ke Jerman. Meninggalkan mereka berdua di rumah ini. Entah apa yang akan terjadi, Naya cukup cemas sebenarnya. Tapi, dia memang harus bertahan demi cita-citanya sekarang.

Naya terkesiap saat Rayden mulai berjalan dan meninggalkannya tanpa sepatah katapun. "Tuan!" panggil Naya.

Rayden tidak berhenti, dia terus berjalan kearah Agra yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.

"Tuan tunggu sebentar!" seru Naya kembali. Dia bahkan berlari dan menghalangi Rayden untuk masuk kedalam mobil.

"Jangan sentuh aku!" bentak Rayden. Dia berbalik dan memandang Naya dengan tajam, hingga membuat Naya begitu terkejut.

"Saya hanya ingin meminta izin untuk keluar rumah," ucap Naya. Memandang Rayden yang nampak geram dan emosi. Entahlah, sejak malam itu Rayden terlihat lebih kasar padanya.

"Terserah, kau tidak kembali juga bagus," ketus Rayden. Tanpa mengatakan apapun lagi dia langsung masuk kedalam mobil. Meninggalkan Naya yang hanya bisa membeku di tempatnya.

Agra memandang Naya sekilas dan setelah itu dia juga masuk kedalam mobil sebelum Tuan Bagaspati itu semakin meradang.

Naya menghela nafas, dia memandang nanar kepergian Rayden. Hari ini dia sangat merindukan ibunya. Sudah sangat lama Naya tidak berziarah ke makam. Tapi, jika di pikir-pikir lagi, jika dia keluar rumah, apa Alex tidak akan menemukannya?

Bisa saja Alex masih mencarinya, meski sudah seminggu lebih Naya berada disini, tapi pria itu pasti tidak akan menyerah.

Hidupnya memang tidak mudah, daripada tertangkap, Naya harus menahan rindunya untuk sekarang. Dia lebih memilih masuk kedalam rumah. Tidak tahu harus melakukan apa di rumah sebesar ini. Sudah banyak pelayan yang mengerjakan semua pekerjaan rumah.

"Kanaya," panggil seseorang di ambang pintu. Naya yang baru akan naik keatas tangga langsung menoleh.

Seorang pria muda nampak tersenyum kearahnya. Naya tidak kenal, tapi pria itu malah mengenalnya.

"Siapa?" tanya Naya.

"Apa kau istri Rayden?" tanya pria itu. Dia berjalan mendekat kearah Naya dengan wajah yang terkesan sombong dan angkuh.

"Ya," jawab Naya singkat. Dia juga kembali turun dari tangga dan berjalan menuju pria itu.

"Cukup bagus pilihan dia, masih muda, cantik dan menggairahkan," pria itu berucap sembari menelisik seluruh tubuh dan penampilan Naya. Jelas saja pandangan mata itu membuat Naya risih dan juga kesal.

"Rayden baru saja pergi bekerja," ucap Naya. Mengusir pria itu secara halus. Namun nampaknya pria itu malah terlihat santai dan bahkan dia duduk di sofa dengan gaya angkuhnya.

"Aku kesini memang untuk melihat istri dari kakak sepupuku. Santai saja," jawab pria itu.

Naya terdiam memandang pria menyebalkan ini.

"Aku Rengga kakak ipar," sahutnya dengan tawa kecil.

Naya mendengus dan mengangguk pelan, ternyata putra Paman Rayden. Pantas saja begitu angkuh. Dan pria inilah yang menjadi saingan Rayden di keluarga Bagaspati.

"Sayang sekali kalian menikah secara siri, kenapa dia tidak menikahi mu secara sah ya," gumam Rengga.

"Kenapa memangnya?" tanya Naya.

"Yah, aku hanya berpikir jika dia masih begitu mencintai mantan istrinya," jawab Rengga.

Naya tersenyum tipis dan menggeleng pelan, "aku tidak perduli. Yang jelas sekarang aku adalah istrinya," jawab Naya.

"Benar, tapi terasa menyedihkan saja menjadi istri hanya untuk di manfaatkan. Apa kau tidak sakit hati melihat barang-barang mantan istrinya masih tersimpan rapi di rumah ini," ungkap Rengga.

Naya tertegun, barang-barang mantan istri Rayden? Bukankah mereka sudah berpisah hampir lima tahun. Kenapa masih ada, dan barang yang mana yang di maksud Rengga.

Pria itu tertawa memandang wajah bingung Naya. "Berarti kau belum membuka isi lemarinya ya, dan kau juga harusnya lihat, sebuah piano yang ada diruang tengah itu. Itu adalah piano kesayangan mantan istrinya," ungkap Rengga.

Naya ingat, dia memang pernah melihat piano itu. Dia berpikir jika itu adalah milik Nyonya Dena, tapi ternyata milik mantan istri Rayden.

"Jika nanti dia kembali, kau pasti akan tersingkir," ucapan Rengga membuat Naya kembali menoleh kearahnya.

"Mereka itu masih saling cinta, hanya saja kakak sepupuku yang malang tidak bisa membahagiakan istrinya. Jadi mereka terpisah karena terpaksa. Jika mantan istrinya kembali, aku pastikan, kamu akan semakin tersiksa disini. Apalagi hanya seorang gadis jalanan sepertimu,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status