“Aku pasti akan sesantai sekarang kalau perempuan itu berani muncul lagi di sini.”
Ipang malah tertawa begitu mendengar jawaban Julie, yang menyebabkan Julie mengernyit tak suka. “Kok kamu ketawa?” tanyanya.
“Nggak, nggak apa-apa.”
“Pasti kamu ngatain aku di dalam hati.”
“Nggak, Jules, beneran.” Ipang berusaha meredam tawanya. “Kamu kalau ngomongnya pede gitu lucu deh.”
“Lucu—”
“In a good way,” sela Ipang sebelum Julie sempat berpikir negatif. “Aku percaya kok kamu bisa santai kalau ada dia.”
“Hmm….”
“Aku eman
“Bisa nggak sih aku beli tempat ini terus aku bakar?”“Biar apa? Biar kalau kamu ke sini kamu nggak inget setiap kenangan kamu lagi pacaran sama Raveno?” tanya Suri balik. Kemudian ia menjentikkan jemarinya. “Bisa sih, kamu bisa minta Mas Ipang beliin kafe ini buat kamu.”Julie langsung melotot pada Suri yang cekikikan sendiri mendengar usulannya tersebut. Ia tahu kalau dirinya memang kadang tak sewaras orang lain, makanya bisa bersahabat dengan Suri dan Candy.Tapi kenapa juga Suri bisa jauh lebih gila daripada dirinya?“Usulku cerdas kan?” Suri malah bertanya lagi. “Mas Ipang pasti mau-mau aja beliin kamu kafe ini.”“Dia nggak segila itu, Suri.”“Ck
“Pulang lebih cepat, Mas?”“Iya, Pak,” jawab Ipang sambil memijat tengkuknya. Selama beberapa hari ini ia mengerjakan semua hal yang harusnya bisa selesai lusa.Sopir Ipang tersebut melirik atasannya dari rear-view mirror. “Kangen istri ya, Mas?”Ipang hanya tertawa dan jawaban itu sudah cukup untuk sang sopir. Lelaki itu menatap ponselnya—lebih tepatnya menatap nomor Julie. Ipang ingin menelepon perempuan itu untuk mengabarkan kalau ia sudah tiba di Jakarta, tapi setelah beberapa saat Ipang mengurungkan niatnya.“Ke salon Mbak Julie dulu, Mas?”“Hmm…. Nggak usah, kita langsung ke rumah aja.”Sang sopir mengangguk dan mengemudikan mobilny
Apa hal yang sama mustahilnya seperti turun salju di Jakarta?Mendengar Ipang mengatakan, “He broke your heart, so I’ll put it back together”.Seumur-umur, Julie tidak pernah berpikir seorang Pangeran Biyas Ailendra akan mengatakan hal tersebut padanya, sambil memeluk Julie dan mengusap kepalanya dengan lembut.Gila kali dia, pikir Julie yang tak bisa menahan kepalanya untuk tidak mendengungkan kalimat tersebut berjuta-juta kali. Dia mau apa? Kenapa dia meluk aku sampai aku nggak selesai-selesai nangisnya—Kedua mata Julie yang tadinya masih mengerjap karena kantuk, langsung terbuka lebar begitu menyadari kalau ingatannya hanya mentok sampai bagaimana ia menangis menggerung hingga lelah di pelukan Ipang.Setelahnya….Julie lupa apa yang terjadi.“Udah bangun, Jules?”Suara serak-serak basah (becek, kalau kata Candy dengan seringai mesum di wajahnya) tersebut membuat Julie yang tadinya tengah menatap sebuah dada bidang berbalut kaos polos tipis berwarna putih itu segera mendongak.Tata
“Ayo ke klub!”“Sekarang?”“Iyalah,” jawab Candy yang hari ini baru pulang dari Taiwan dan langsung mengajak kedua temannya pergi bersama dengannya. “Udah lama kan nggak kumpul sama aku. Aku juga pengen menghibur pengantin baru kita yang mukanya nelangsa terus.”Julie memutar kedua bola matanya sembari membuka seat belt. Hari ini mereka pergi dengan mobil Suri karena Julie sedang berada di dalam fase malas menyetir.“Kalau mau menghibur aku, kita cari abang yang jualan telur gulung terus beliin aku segerobak. Itu aja cukup kok.”“Besoknya kamu bakal ngeluh jerawatan,” cibir Candy. “Udah, ayo turun.”Ketiganya keluar dari mobil dan menggunakan akses yang dimiliki sebagai ‘adik dan istri Pangeran Biyas Ailendra’, ketiganya memasuki The Clouds tanpa mengantre lama seperti orang lain.“Kamu udah izin sama Mas Ipang?” tanya Suri ketika mereka sudah duduk di sofa. Suri baru ingat kalau ia pergi dengan istri kakaknya.“Oh ya, belum.” Julie menepuk keningnya. Ia masih agak belum terbiasa deng
“Dia istriku, jadi lebih baik kamu tahu diri dan pergi dari hadapan Julie.”Seruan itu membuat tidak hanya Julie yang menoleh, tapi juga Candy dan lelaki asing di hadapan Julie.Ipang berdiri di samping meja mereka dengan kedua tangan yang masuk ke saku celananya dan tatapan tajam terarah pada lelaki yang kini malah tersenyum lebar begitu melihat Ipang.“Santai, Pang.”“Ngapain kamu di sini gangguin Julie?”“Aku nggak gangguin dia.” Lelaki itu melirik Julie dengan senyuman miring di wajahnya. “Aku cuma ngasih tahu tentang fakta soal aku yang terlambat deketin dia dan akhirnya harus disalip sama kamu.”Dengan kasar, Ipang menarik kerah kemeja lelaki yang tubuhnya tidak lebih kekar dari Ipang, tapi memiliki tinggi yang hampir setara dengannya.“Diam, Den!” bentak Ipang dengan kasar.Raden Gustara Handoyo yang merupakan anak pertama dari istri kedua ayah Ipang, tidak terlihat gentar sama sekali. Sebaliknya, ia malah terlihat seperti menantang Ipang dengan kata-katanya.“Long time no see,
Julie lupa ini kali keberapa ia terbangun dengan mendapati wajah Ipang-lah yang pertama kali ia lihat.“Semalam aku nggak mabuk,” gumamnya. “Jadi kenapa aku di sini?”Ipang yang telah lebih dulu bangun daripada Julie, menatap istrinya tersebut dengan kepala yang bertumpu pada tangan kirinya. “Kamu nggak mau turun dari gendonganku kalau nggak aku turunin di kamarku, Jules.”“Kamu udah coba bawa aku ke kamarku?”“Udah,” dusta Ipang. “Kamu nempel kayak koala semalam. Baru mau turun kalau di sini.”“Masa sih?” Julie masih berbaring dan kini sibuk memijat kepalanya yang tak pusing-pusing amat. “Ah, ya kali aku begitu?”“Kalau nggak begitu, gimana kamu bisa ada di sini?” Ipang ingin bertepuk tangan atas kesuksesannya berbohong di depan Julie. “Kamu kayaknya suka banget tidur di kamarku, apa kamu mau nawar supaya tukeran kamar?”“Enak aja.” Julie langsung bangun sambil merapikan rambutnya yang megar dan berantakan. Kemudian ia sadar akan satu hal. “Duh, berarti aku tidur masih pakai makeup l
“Ciam-cium! Emangnya semua masalah selesai cuma dengan ciuman, hah?” Julie bergumam sambil mendorong pintu kaca A Class. Julie masih kesal dengan ancaman Ipang tadi pagi saat mereka sarapan. Mentang-mentang playboy, ciuman jadi hal yang bisa ia umbar begitu saja bahkan dijadikan ancaman!“Untuk sebagian besar pasangan sih iya, Bu.”“ASTAGA—DEWI!” Julie mengelus dadanya, terkejut karena tiba-tiba Dewi sudah berada di sampingnya. “Kamu tuh ngagetin aja deh.”“Bu Julie dipanggil dari tadi tapi nggak nyahut sih,” jawab Dewi masih dengan cengirannya. “By the way, siapa yang mau dicium, Bu?”“Rahasia.” Julie menjawab sekenanya.Hari ini Julie tiba di A Class pukul sembilan seperti biasanya. Ia menghentikan langkahnya di dekat undakan tangga dan memperhatikan para pegawainya yang sedang merapikan sekaligus menata tempat kerja mereka masing-masing.Interior bernuansa modern yang didominasi warna putih dan aksen gold tersebut jadi terlihat lengang tanpa adanya pelanggan.“Tuhkan, Bu Julie mel
“Hai, Jules.”“What the—Jules?” Bukan Julie yang membalas sapaan Raden, malah Ipang yang langsung mendesis kesal.Semua orang yang baru kenal dengan si bungsu keluarga Rayadinata itu memanggilnya Julie. Hanya orang-orang yang cukup dekatlah yang memanggilnya Jules—itu pun karena dulu Julie pernah menonton salah satu film yang di mana tokohnya dipanggil Jules meskipun namanya Julie.Jadilah sejak saat itu orang-orang menuruti permintaan Julie si manja untuk memanggilnya ‘Jules’.Tapi Raden? Dia pikir dia siapa?“H-hai,” sapa Julie ragu-ragu sambil melirik Ipang yang duduk di sebelahnya. Ia menahan diri untuk tidak berjengit kaget saat satu tangan Ipang memeluk pinggangnya padahal mereka sudah duduk berdampingan.“Kamu mau cari gaun buat acara Sadira Group?” tanya Raden lagi.“Iya, kok tahu?”“Oh, karena aku dan mamaku juga cari pakaian untuk ke sana.” Kemudian Raden mengajak perempuan di sebelahnya untuk menghampiri Julie. “Mama pasti udah kenal Julie.”Salwa yang merupakan ibu kandung