Share

Bab. 47 Helena mengamuk

"Bakar sekali lagi. Jangan terlalu banyak, nanti gak habis," perintah Mateo kepada Aca. Aca hanya mengangguk tanpa berkomentar. Melihat raut wajah Mateo yang masih murung, ia semakin merasa bersalah.

"Mateo ..." Aca meraih tangan pemuda yang baru saja akan melangkah pergi. Mateo menoleh.

"Ada apa?"

"Kamu masih marah?" tanya Aca netranya berkaca-kaca, membuat Mateo menggeleng.

"Tidak. Aku tidak mungkin marah padamu."

"Maafkan kedua orang tuaku," celetuk Aca lirih. Air matanya sudah tidak bisa lagi tertahankan. Ia menangis di depan Mateo.

"Tidak masalah. Aku mengerti. Jangan menangis, nanti cantiknya hilang." Mateo berusaha tegar, ia mencolek dagu Aca agar sedikit terhibur. Meskipun hatinya rapuh.

Saat pergi ke rumah kedua orang tua Aca, pemuda itu ditolak untuk menikahi anak kedua gadisnya. Mereka bersikeras untuk tidak menyetujui Aca dan Mateo menikah secepat mungkin, karena kakaknya Aca belum menikah.

Adat istiadat yang menyatakan adik perempuan tidak boleh melangkahi kakaknya, itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status