Hanako Rin Sudo tidak dapat berkata-kata saat Ham menunjukkan kamar tidur yang akan dia tempati selama dia berada di Kyoto. Kamar tidur itu sangat luas dan sangat mewah. Dindingnya dicat dengan warna coklat lembut. Ada sebuah lukisan pohon bunga sakura yang bunganya yang berwarna merah muda sebagian telah gugur di tanah. Tempat tidurnya cukup untuk tidur tiga orang. Di sisi tempat tidur ada sebuah meja kecil dengan lampu tidur yang jika dinyalakan akan memancarkan cahaya temaram. Selain itu ada juga dua buah sofa panjang berwarna coklat tua yang diletakan secara berhadap-hadapan dengan sebuah meja kecil di tengah. Lalu ada sebuah lemari kayu yang juga memiliki ukuran cukup besar dan sebuah meja rias.“Nona Hanako, saya harap Anda dapat beristirahat dengan nyaman di kamar tidur Anda yang sederhana ini,” kata Ham. “Jika Anda memerlukan sesuatu Anda dapat menelepon saya.” Dia menunjuk telepon di meja dekat tempat tidur.“Apa kau bercanda? Kamar tidur ini bahkan berkali-kali lipat lebih l
Haibara Shintaro baru saja menyelesaikan makan siangnya dan sedang duduk minum jus tomat sambil membaca buku di kamar tidurnya. Hari ini memang hari Natal. Tapi, sudah sejak lama suka cita Natal hilang di dalam keluarga Haibara. Kehangatan dan damai Natal merupakan kenangan manis di masa lalu yang entah kapan akan dapat terulang kembali. Sejak ibu Haibara meninggal hampir sembilan tahun yang lalu, ayahnya, Hakim Ichiba Nakanisi Shintaro yang patah hati kemudian memilih menenggelamkan hidupnya dalam pekerjaan dan menyerahkan Haibara dalam asuhan pengasuhnya. Dia terlalu patah hati hingga sampai sekarang pun tidak memiliki niat untuk kembali membuka hatinya. Sejak saat itu, baik Natal maupun Paskah, sudah tidak memiliki makna apa pun lagi untuk keluarga Shintaro. Terutama bagi Hakim Ichiba. Mereka memang merayakan Natal. Tapi, hanya sebatas itu. Sebatas perayaan tanpa makna sama sekali.“Kau tidak pergi berkunjung ke rumah Takuya, kekasihmu yang seorang pengacara itu, Haibara?” tanya Ha
“Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan, Ryoma. Kau mengirim Hanako yang seorang amatir ke Kyoto untuk membantu Takaki menyelesaikan masalah kasus pencurian itu? Oh, ya Tuhan ... sepertinya kau memang telah kehilangan akal sehatmu,” sembur Ayumi Otsuka dengan marah saat Ryoma akhirnya menjawab teleponnya. “Dengar, Ryoma. Aku tidak peduli apa dab bagaimana rencanamu itu. Tapi, aku benar-benar tidak suka dengan tindakan yang kau ambil secara sepihak ini. Kau memang orang yang memiliki saham paling tinggi di antara yang lain selain ayah. Tapi, bukan berarti kau bebas mengambil tindakan semaumu. Aku sudah mengatakan padamu jika Takaki pasti akan mengatasi masalah di Kyoto dan akan bertanggung jawab secara penuh. Tapi, kau justru mengirim Hanako Rin Sudo, orang luar dan amatir untuk membantu Takaki. Aku tahu kau pasti sudah memiliki rencana dengan Hanako, tapi, bukan seperti ini caranya, Ryoma. Yang kau lakukan adalah menghina aku dan juga Takaki. Kau menganggap kami b
Takaki baru sekitar kurang lebih tiga puluh lima atau empat puluh menit bertemu dan berkenalan langsung dengan Hanako Rin Sudo dan dia sudah terpesona dengan sikap dan keramahtahamahan gadis itu yang tulus. Takaki sekarang mengerti kenapa Ryoma Otsuka tertarik dengan gadis itu. Selain cantik dan segala apa yang ada di dalam dirinya sangat memesona, Hanako Rin Sudo juga memiliki kepribadian yang luar biasa dan juga cerdas. Jika dijadikan sebagai lawan, maka Hanako adalah gadis yang tangguh dan akan sulit sekali untuk mengalahkannya. Tapi, jika dijadikan kawan, dia akan sangat membantu dan menguntungkan. Dan sepertinya keputusan yang diambil Takaki untuk menjadikan Hanako sebagai kawan adalah tepat. Meski pada awalnya dia merasa sedikit ragu saat pertama kali melihat gadis cantik bertubuh indah dan seksi itu.“Tuan Takaki, setelah apa yang Anda ceritakan kepada saya,” kata Hanako, “saya ingin mendengar bagaimana hipotesis Anda sendiri terkait kasus pencurian ini. Maksud saya, selain An
Setelah Yusuke Sakazaki pulang, Takuya Isahara berkali-kali mengecek ponsel genggamnya berharap ada pesan masuk dari Nona Yuma atau ada panggilan telepon darinya. Tapi, meskipun dia mengecek ponsel genggamnya satu menit sekali, tetap masih belum ada tanda-tanda Nona Yuma menghubunginya atau mengirimkan pesan untuknya. Merasa frustrasi sendiri Takuya akhirnya memutuskan untuk mandi dan mencuci rambutnya agar dia lebih segar dan rileks kembali. Namun, pada saat dia baru saja sampai di ambang pintu kamar mandi dan hendak menutup pintu, tiba-tiba saja ponsel genggam yang dia letakan di atas meja di samping tempat tidur berdering dengan sangat nyaring. Takuya pun berlari untuk mengambilnya. Benar saja, ada panggilan masuk dari nomor baru. Dengan harapan yang meluap-luap, Takuya pun segera menjawab panggilan telepon itu. Akan tetapi, beberapa detik kemudian, saat Takuya mendengar suara yang menjawab di ujung sambungan itu adalah suara seorang pria dan dia sangat familier dengan suara itu, s
“Apa kau bersungguh-sungguh dengan apa yang kau katakan itu, Takagi?”“Tentu saja aku bersungguh-sungguh dengan apa yang aku katakan padamu, Kakak Ipar. Untuk apa aku berbohong? Aku mendengarnya sendiri. Langsung dari mulut Syouchi,” sahut Takagi dengan penuh keyakinan. “Dengar, Kakak Ipar. Syouchi itu tidak sebaik apa yang Kakak Ipar dan semua orang kira. Syouchi busuk dan sangat jahat. Dan, jika Kakak Ipar berpikir di keluarga Otsuka hanya aku satu-satunya orang yang mengalami kesulitan dan masalah dalam keuangan, maka Kakak Ipar salah besar. Selain aku ada satu orang lain lagi yang juga sedang mengalami kesulitan keuangan yang bahkan jauh lebih besar daripada aku. Orang itu adalah Syouchi Otsuka. Ya, Kakak Ipar. Syouchi sedang mengalami masalah keuangan yang sangat serius sekarang. Semua bisnis yang dia banggakan selama ini sedang berada di ujung tanduk, semuanya hampir bangkrut. Aku memang tidak tahu persis bagaimana awal mulanya dan mengapa hal itu bisa terjadi dan aku juga tidak
Hari ini adalah hari yang paling indah untuk Ryoma Otsuka. Dari balkon apartemennya dia dapat melihat langit yang seperti petak biru tak berawan. Matahari yang keemasan, kekal dan abadi, masih berkeliling setiap harinya di jalur putaran yang sama hingga satu tahun berikutnya. Meski siang hari itu cuaca cukup cerah, tapi udara masih cukup dingin. Angin bertiup dengan cukup kencang. Jalanan di sisi dan kanannya berhiaskan gundukan salju berwarna putih bersih yang turun kemarin mala. Jalanan yang tidak ditutupi salju berkilauan tertimpa sinar matahari. Meski udara cukup dingin, namun, itu sama sekali tidak menghalangi orang-orang untuk keluar rumah merayakan Natal bersama saudara dan keluarga yang lainnya. Sambil merundukkan badan menahan dinginnya udara bulan Desember di Jepang yang dapat tiba-tiba turun suhunya tanpa aba-aba, mereka bergegas mempercepat langkahnya. Dari balkon kamar apartemennya, Ryoma Otsuka dapat melihat orang-orang berlalu lalang di jalanan. Mereka menggigil dalam
“Memang kau pikir aku sekeji itu padamu, Yusuke? Jika bukan karena terpaksa aku juga tidak akan mau melakukannya. Aku melakukan ini semua karena aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jika aku menolak, maka bukan hanya aku yang akan berada di dalam bahaya, tapi kau dan ibu juga, Yusuke. Aku melakukan ini semua demi kebaikan kita bersama.”Jawaban dari Hanami itu benar-benar menghancurkan hati Yusuke Sakazaki. Dia seketika jatuh terduduk di atas sofa dan lemas. Ternyata benar dugaan Takuya. Semua ini adalah perbuatan Ryoma Otsuka. Dia menekan dan memaksa Hanami untuk bekerja sama dengannya membuat Yusuke putus hubungan dengan Hanako Rin Sudo. Entah dia mengancam Hanami apa, yang jelas, itu pasti bukan sesuatu yang sederhana dan buruk sekali.“Aku benar-benar tidak menyangka, Hanami. Ternyata kau benar-benar begitu tega sekali padaku. Padahal kau tahu persis jika aku sangat mencintai Hanako dan aku ingin menikahinya. Tapi ... oh, ya Tuhan. Aku benar-benar tidak menyangka kau sekejam itu padaku