Sebulan berlalu sejak setelah kedatangan Shia. Hari-hari dilalui Alana dengan kesibukannya menyelesai tugas akhir dan melakukan sidang secara online, setelahnya Alana hanya bermalas-malasan di mansion sambil sesekali membaca berita, mengikuti perkembangan kasus Andre dan kabar perusahaan yang diambang kepailtian, bahkan sekumpulan pegawai diberitakan melakukan mogok paksa dan demo karena gaji mereka yang belum dibayarkan.Namun semua itu nampak diselesaikan oleh Henry, tentu saja dengan beberapa bantuan kecil dari Alana yang dituruntangani oleh Alesio.Alana mengetuk pintu ruang kerja Alesio lalu membukanya tanpa menunggu jawaban. Selama sebulan ini juga hubungan Alana dan Alesio cukup berkembang. Alana sering mengunjungi ruang kerja Alesio sekedar untuk mengantarkan kopi, cemilan, atau bertanya beberapa halAlana melangkah masuk ke ruang kerja Alesio dengan langkah ringan, membawa sepiring cemilan dan secangkir kopi panas.Ruangan itu masih seperti biasa, teratur dan tertata rapi,
Setelah Alana pergi, Alesio merasa gelisah. Dia menggebrak mejanya dengan kekuatan yang cukup membuat beberapa barang di atasnya berguncang.Melihat ekspresi Alana tadi membuatnya merasa tidak nyaman. Rasanya dia ingin menarik Alana dalam pelukannya dan menjelaskan segala sesuatu, tetapi dia tahu itu tidak mungkin.‘Kau hanya ingin Alana menerima semua sisi dirimu, termasuk sisi bajinganmu yang suka bermain dengan banyak wanita.’ bisikan dalam dirinya terdengar begitu jelas. Alesio mengusap wajahnya dengan frustrasi. ‘Kau akan kehilangannya!’"F*ck!" gumam Alesio dengan penuh frustrasi. Dia merasa terjepit di antara perasaan yang saling bertentangan. Pikiran ini membuatnya semakin bingung.Bukan seperti ini yang dia inginkan. Alesio merasa terombang-ambing oleh perasaan yang asing dalam dirinya.Di satu sisi, ada kerinduan untuk menjelaskan segalanya pada Alana, meminta pengertian, dan memperbaiki kesalahannya. Di sisi lain,
Alana bangun dari tidurnya. Matanya sedikit melebar karena posisi tidurnya. Sejak kapan ia berada dalam pelukan Alesio. Padahal semalam, pria itu meninggalkannya setelah mempermalukannya“Selamat pagi, Alana” Alesio menyapa. Pria itu membuka matanya beberapa detik setelah Alana terjagaDalam hati Alana tersenyum miris. Hebat sekali Alesio selalu bisa santai, seolah tidak ada masalah diantara merekaAlana menjauhkan tangan Alesio dari perutnya “Bukannya kita setuju kembali pada kesepakatan awal” Alana berucap sambil tersenyum sinis“Dan kesepakatan itu membebaskanku menyentuhmu” Alesio menanggapi dengan santai sambil memainkan ujung rambut AlanaAlana terkekeh hambar “Benar, aku hampir lupa jika kau orang yang seperti itu. jangan lupa ucapanmu, kita kembali ke Indonesia hari ini” Alana turun dari ranjang dan melangkah menuju ke kamar mandiAlesio menghela napas, inilah alasannya menyelesaikan se
Persidangan itu dinyatakan ditunda sampai minggu depan, Alana berjalan keluar bersama namun suara Yulina menghentikannya“Alana” Panggil Yulina dengan senyum palsu. Saat dia melangkah mendekati Alana, Yulina menatapnya dengan tatapan tajam yang membuat bulu kuduk Alana merinding. "Kau berani datang ke sini?" ucap Yulina dengan suara dingin.Alana menatap Yulina "Aku memiliki alasan untuk berada di sini" jawabnya dengan mantap.Yulina tersenyum sinis. "Jangan berpikir kau bisa melangkah begitu saja tanpa konsekuensi, Alana. Jangan lupakan siapa yang sebenarnya mengendalikan situasi ini."Alana tersenyum miring "Kamu takut semuanya terbongkar sampai mengancamku huh?" ucapnya dengan tegas.Yulina hanya tersenyum penuh makna, meninggalkan Alana dengan perasaan campur aduk di dalam hatinya.“Kak Ana” Panggil Linda“Iya Linda, lama gak ketemu” ucap Alana sambil memeluk LindaAlana merasakan kehanga
Auditorium Resident University terlihat ramai dan terasa hangat serta penuh semangat. Alana, dengan gaun wisuda yang elegan, duduk di antara rekan-rekannya yang juga akan menerima gelar mereka.Namanya dipanggil oleh pembawa acara, dan dia maju ke panggung dengan langkah yang mantap, dipenuhi oleh perasaan bangga dan pencapaian yang luar biasa.Alana berdiri tegak di depan panggung, merasa gemetar sedikit oleh perasaan euforia dan haru. Ketika dia melihat ke arah para tamu yang hadir, tiba-tiba tatapan matanya bertemu dengan sepasang mata yang tidak asing baginya, mata yang pernah membuat hatinya berdebar dengan berbagai emosi.Alana tersenyum lebar yang dibalas senyum tipis oleh sang pria pemilik netra biru gelapDi antara kerumunan tamu, Alesio, dengan pakaian yang khas, juga terlihat di sana.. Tatapan mereka bertemu, dan sejenak, ruang wisuda itu terasa seperti hanya ada mereka berdua, terpisah dari keramaian yang mengelilingi mereka.“Sel
Alana selesai mandi ketika Alesio membawa sebotol wine dan dua buah gelas masuk ke dalam kamar “Mau?” Tawar Alesio Alana menggeleng “Akan merepotkan kalau aku mabuk” Balas Alana mengingat pengalaman sebelumnya “Hanya satu gelas tidak akan membuatmu mabuk sayang. Lagipula kita harus merayakan kelulusanmu” Jawab Alesio dengan senyum tipis Mata Alana menyipit, menatap Alesio penuh selidik “katakan tujuanmu.” Todongnya Alesio terkekeh, dia meletakan botol wine dan gelas itu diatas meja lalu membawa wajah Alana mendekat, secara perlahan melumat bibir pucat Alana. Setiap sentuhan bibirnya mengirimkan gelombang panas ke seluruh tubuh Alana, membuatnya merasakan sensasi yang tak terlukiskan. “Kau ingin aku melanjutkannya?” Suara Alesio semakin serak, diiringi dengan hembusan napas hangat yang menggelitik kulit Alana “Atau ingin minum?” Alesio memberikan pilihan Alana membuang pandangannya, dia tahu jika akhirnya akan sama diantara dua pilihan itu jadi Alana lebih suka untuk memancing.
Cahaya matahari menyapa dengan malu-malu. Alana membuka matanya perlahan kemudian melirik Alesio yang masih tidur disampingnya. Tatapan Alana sangat rumit, sulit untuk menjelaskan perasaannya sekarang.“Selamat pagi, istri” Sapa Alesio dengan lembut, senyuman tipis terukir diwajah tampannya.“Pagi” Alana membalas dengan sedikit kikuk, panggilan itu terasa menggelikan namun dia suka.“Shh.. badanku remuk” Desis Alana merasakan rasa sakit menjalar diseluruh tubuhnya terutama bagian bawah miliknya saat mencoba bergerak untuk menjauhkan Alesio yang memeluk tubuh polosnya dibalik selimut.“Mau kupijat?” Tawar AlesioAlana menggeleng pelan “Tidak mau, bukannya nyaman. Yang ada kamu menyerangku lagi” ucapnya sambil tertawa kecil, mencoba menyamarkan rasa sakitnya dengan candaan.Alesio hanya terkekeh, mencium lembut dahi Alana. “Baiklah, kalau begitu. Apa aku terlalu kasar?”
“Jika aku mencintaimu, apa kau siap dengan konsekuensinya?” Tanya Alesio. Pandangan keduanya bertemu dengan lekat “Kamu berbicara seperti mengancamku” Alana tertawa renyah “Aku serius, banyak hal yang tersembunyi Alana. Kau tidak tahu segila apa aku” “Apa lebih gila daripada semalam?” Tanya Alana dengan nada bercanda Alesio tersenyum, ia menarik Alana dalam pelukannya “Bukannya kamu sakit?” tanya Alana. Wanita itu menggoda Alesio dengan mengalungkan lengannya ke leher Alesio dan mendekatkan wajahnya. "Tidak, aku baik-baik saja" jawabnya dengan suara serak. Alesio memandang Alana dengan mata penuh keinginan, bibirnya bergerak pelan mendekati bibir Alana yang lembut. Namun Alana menutup mulut Alesio dengan telapak tangannya Alana bisa melihat ekspresi kesal Alesio “Cepat sekali kepalamu sembuh” Ejek Alana Alesio mengangkat bahu, ia mengulum senyumnya dan menyandarkan dahinya pada dahi Alana "Yang aku butuhkan sekarang adalah kamu." Ketika Alesio berbisik meminta sesuatu yang t