Hari sudah siang dan para pengunjung pantai sudah mulai berdatangan, Anna juga harus segera kembali dan berganti pakaian. Terlepas dari apa yang terjadi sekarang, Anna harus mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya pada sang ayah. Anna masuk ke dalam rumah dan melihat Hellen sudah berdiri menyambutnya. Dia hanya mengangguk singkat sebagai balasan sapaan wanita itu kemudian langsung masuk ke kamarnya. Tidak butuh waktu yang lama untuknya bersiap, Anna langsung turun dari kamarnya dan berjalan menuju pintu rumah. Namun, tiba-tiba namanya dipanggil, Anna menoleh dan melihat Hellen menghampirinya. "Maaf, nyonya. Makan siang sudah siap, apakah Anda—""Tidak. Hari ini aku tidak makan di rumah," Anna kembali berbalik tetapi Hellen juga kembali memanggil.Anna menghela napas, dia dengan malas bertanya, "Ada apa? Aku mungkin tidak akan makan malam di rumah. Jadi tidak perlu menyiapkan makan malam."Hellen tersenyum, dia masih melakukan tugasnya dengan baik, lalu berkata, "Tidak, saya hanya
Anna menunggu Carlos menjelaskan maksudnya, seketika tubuhnya menegang, pikirannya tiba-tiba berkata bahwa pria ini sudah tahu tentang perasaannya. "Carlos, ada apa?" Anna bertanya ragu-ragu, jantungnya berdebar dengan kencang, keringat dingin mulai muncul dari dahinya. Carlos menatap Anna dengan sedih kemudian bertanya, "Anna, apakah benar bahwa saat ini kau telah menikah dengan seorang pria dari keluarga yang telah memberikan ibumu uang untuk membantu perusahaan keluargamu?" Anna terbelalak, dia tidak pernah menduga bahwa hal ini yang akan dibicarakan oleh Carlos padanya. Dia tidak pernah berniat untuk memberitahu pria itu tentang masalahnya. Dia bahkan tidak pernah bercerita tentang pernikahannya pada siapapun. Anna menundukkan kepala, jemarinya saling bertaut, sikapnya yang seperti itu, tidak lepas dari pandangan Carlos. Pria itu sudah hafal dengan setiap gerakannya. Di matanya Anna merupakan gadis lugu yang tidak bisa berbohong. Jika gadis ini berusaha untuk berbohong, maka
Anna bergeming, dia seperti membeku setelah mendengarkan perkataan pria itu. Otaknya mulai mencerna apa yang Eric katakan, secara tidak langsung pria itu sudah mengakui bahwa dia merupakan suaminya. Namun, melihat tidak ada satupun yang "istimewa" di tubuh pria itu, seketika hati Anna melakukan penyangkalan. Eric terkenal dengan kedua kaki yang tidak bisa berjalan. Sementara pria ini sangat sehat walafiat. Jadi, tidak mungkin anak mafia ini adalah suaminya. Anna mendengus, dia memalingkan wajah, "Jangan mengucapkan sesuatu yang tidak bisa kau pertanggungjawaban kebenarannya!"Anna langsung berbalik, tidak peduli pria itu akan menerima atau tidak. Pria ini sepertinya sedang ingin bergurau dengannya. Mengatakan bahwa dia adalah Eric? Anna mendengus, anak kecil juga tidak akan percaya jika mendengarnya!Anna hendak berjalan pergi tetapi Eric langsung menahannya, pria itu memegang pergelangan tangan Anna dan seketika langsung dilepaskan olehnya dengan kasar."Kenapa? Masih ada yang ingi
Kedua mata Anna terbelalak, dia sama sekali tidak pernah mendengar kata pernikahan di antara Carlos dan Laura. Dia tahu bahwa pasangan itu saling mencintai tetapi tidak pernah menduga bahwa mereka akan sampai ke arah yang lebih serius daripada sebuah hubungan pacaran. "Pernikahan?" Anna membeo.Laura menganggukkan kepala, dia melihat perubahan ekspresi di wajah Anna, tetapi seperti tidak peduli dia dengan antusias menjelaskan."Iya! Aku dan Carlos akan segera menikah."Wajah Laura berubah serius, "Sebenarnya ... Carlos melarangku untuk memberitahumu tentang pernikahan kami tapi aku merasa harus memberitahukannya padamu. Itu semua karena aku telah menganggapmu lebih dari sekedar sahabat."Anna sama sekali tidak bisa bereaksi, wajahnya seakan membeku dan lidahnya terasa kelu. Anna sama sekali tidak bisa berbuat apapun bahkan hanya untuk berkata-kata ataupun memberikan selamat pada hubungan Laura dan Carlos saja dia tidak mampu. "Anna," panggil Laura. Dalam hati gadis itu sangat senang
Setelah dari cafe, Eric langsung kembali ke kantornya. Dalam perjalanan, tak henti dia berpikir kenapa dia langsung bergegas pergi menghampiri Anna ketika mengetahui istrinya itu akan bertemu dengan cinta pertamanya. Eric sama sekali tidak memiliki perasaan apapun selain rasa kasihan. Menikahi Anna juga bukan untuk menjadikan gadis itu sebagai pelunas hutang.Eric bukan seorang lintah darat, dia tidak kekurangan uang sampai harus memaksa orang yang berhutang dengannya mesti melunasi. Terlebih melunasinya dengan sebuah pernikahan. Tidak sembarang wanita bisa menjadi bagian dari keluarga Shailendra. Eric termenung, pikirannya terus tertuju pada Anna dan semua yang dia lakukan setelah menikahi gadis itu. Kemudian kejadian beberapa tahun lalu ketika dia hendak dijemput oleh kematian. Saat itu, seorang wanita muda datang dan menyelamatkannya. Eric masih ingat dengan jelas wajah dan suaranya. Wanita yang sangat baik bahkan jauh lebih baik daripada ibu tirinya. Bertahun-tahun dilewati ta
Kali ini ganti Eric yang menatapnya dengan kepala penuh tanda tanya, "Tentu saja aku sedang memberitahumu. Jangan lagi melakukan tindakan bodoh seperti itu, mengerti?"Anna terdiam beberapa saat, pandanganya kembali menyapu air laut yang seperti saling berlomba untuk menyentuh daratan."Siapa yang melakukan tindakan bodoh?" Anna berbalik tanya. Eric terdiam beberapa saat lalu kembali bertanya, "Tentu saja kau."Kening Anna berkerut semakin dalam, dia menggelengkan kepala lalu kembali melihat Eric, "Tindakan bodoh apa yang telah kulakukan sampai membuatmu menarikku paksa seperti itu?"Eric menyipitkan kedua mata, lalu tatapannya berubah tajam pada istrinya, "Apa yang kau lakukan di sini?""Bukan urusanmu!" Anna berbalik hendak pergi meninggalkan Eric tetapi dengan cepat suaminya itu langsung menahan gerakannya, mencengkeram kembali pergelangan tangan Anna hingga dia sama sekali tidak bergerak dan malah membuat mereka seperti saling berpelukan."Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" An
Kedua tangan Eric terkepal erat, tujuannya menikahi Anna, selain karena ingin bermurah hati dan membalas budi, tentu saja karena ingin posisinya tidak direbut oleh sang kakak tiri. Jadi, dia segera menjawab, "Iya, aku telah menikah." Ekspresi wajah Edmund berubah gelap, dia sama sekali tidak menunjukkan rasa senang dan bahagia di wajahnya. Pria paruh baya itu bangkit dan berjalan mendekati Eric. "Siapa gadis itu?" Edmund bertanya dengan penuh amarah. Eric sama sekali tidak takut, dia seakan sudah biasa menghadapi hal seperti ini. Jadi, wajahnya sama sekali tidak berubah, tubuhnya juga tidak gemetar. Sudut bibir Eric sedikit terangkat, seketika hal itu membuat ayahnya tercengang. Selama dia bersama dengan putranya, tak sekalipun melihatnya tersenyum. Bahkan terakhir kali diingatnya, Eric tersenyum adalah saat ketika ibu kandungnya masih hidup. "Lain kali, aku akan memperkenalkan dia dengan baik," jawab Eric. Tanpa harus dijelaskan, seperti sudah tahu, Edmund tidak lagi bertanya
Sebenarnya Anna bertanya seperti itu juga bukan tanpa alasan. Dia sudah memikirkannya selama beberapa hari terakhir ini. Setiap dongeng anak-anak yang dia baca selalu menggambarkan seorang ibu yang penuh cinta kasih pada anaknya. Hanya seorang ibu tiri yang mencintai anaknya tapi sangat membenci anak tirinya. Anna merasa apapun yang dilakukannya selalu salah di mata Agatha. Bahkan pengorbanan yang dia lakukan untuk bisa mengembalikan posisi Gwenevieve grup di dunia bisnis sama sekali tidak dilihat. Jadi, dia berpikir mungkin saja kisahnya sama seperti putri-putri dalam cerita dongeng anak-anak. Melihat pria itu hanya diam saja sembari terus menatapnya, seketika membuat Anna sadar bahwa pertanyaannya sangatlah tidak penting untuk pria itu. Dia langsung mengibaskan kedua tangan di depan Eric, kemudian langsung tersenyum canggung. "Sudahlah! Anggap saja pertanyaanku tadi tidak pernah terucap." Anna langsung mengambil sendok dan memasukkan kembali makanan ke dalam mulutnya. Merasa